oleh:
Soroy Lardo
Setiap anak tentu akan tergantung pada Ibunya, walaupun sang anak sudah berusia dekade 4-5 (sudah mapan dan berkarir baik). Dimensi dan aura ibu itu, ya menapak menembus bumi, menggapai sekat sekat langit tanpa batas, karena RahimNya tertanam di Ibu kita, menjadi filososfi hidupnya sejak kita di dalam kandungannya. Ibu itu, ya ciptaanNya yang paling mulia. Nabi Muhammad SAW sampai tiga kali bersabda tentang kemuliaan ibu. Bukan Matematika, IPA dan Ilmu Sosial yang kita dapatkan, tetapi kehidupan itu sendiri dan bagaiman kita bertumbuh, berkembang dan bertransformasi. Bagaimana meletakkan hidup ini, merencanakan hidup dan menggapai kehidupan dalam kerangka keilmuanNya.
Jemari ibu itu dengan kelembutannya menggenggam kehidupan kita. Jemari memang hanya bagian genggaman tangan, namun makna filosofinya sangat dalam, karena dari rangkaian jemari, mengungkap makna kehidupan dari anak anaknya. Dengan jemari itu seorang ibu mempersiapkan rancangan kehidupan anaknya, berharap anaknya menjadi anak yang saleh dan melepaskan dengan kekhawatiran saat anaknya dilepaskan ke lingkungan “abu abu dengan berbagai ideologi”. Jerami ibu memang harus kuat menopang anak anaknya. Dengan jemari itu dia menyusui anaknya dengan pandangan tulus, kadangkala dengan nyanyian kecil. Kita yang saat bayi mungkin hanya bisa memandang dan mencari asal nyanyian indah tersebut.
Sedekah seorang ibu itu…ya dari sorot mata dan gerak empati tubuhnya. Seorang anak yang memahami pentingnya peran ibu, akan betah beralama lama di dekatnya. Ada nuansa ruh kehidupan akhirati disana, yang membawa kita menerawang saat dibesarkan, tumbuh dan berkembang. Sedekah seorang ibu, tidak seperti memberikan sedekah keseharian yang kita lakukan selama ini. Sedekahnya adalah investasi hidup, tali temali kehidupan yang dirajut dengan nilai nilai kesemestaan yang mampu menembus lapisan langit.
Dimensi amal seorang ibu biasanya tersembunyi dalam ruang senyap. Sedekah, silaturahmi dan kepedulian kepada yang tidak mampu baru muncul jika ibu kita sakit atau mungkin meninggalkan kita. Sungguh amal yang dibuatnya selalu didekap erat, jika bisa tidak ada yang mengetahui. Seorang ibu itu menyimpan amalnya seperti saat menyusui anaknya. Saat menyusui itu dengan kasih sayang, dilihatnya bola mata kita yang berbinar seolah ingin menyapa, walaupun tidak mampu.
Pernahkah terpikir suatu waktu kita perlu mengetuk pintu langit, mengurai langit untuk memendarkan cahayanya dan meredupkan nilai kekhawatiran kita terhadap seorang ibu. Kondisi ini mungkin akan dihadapi setiap anak, apapun gelar, posisi dan jabatannya. Kita hanya memiliki sepenggal kehidupan di dunia ini, dan penggalan itu harus kita jaga supaya tetap utuh.
Tahukah kita bagaimanakah seorang ibu menyapa kehidupan ? Ibu itu menyapa kehidupan seperti menanam padi. Dia akan siapkan dulu lahannya berupa petak sawah, kemudian tanahnya dibajak supaya gembur dan memiliki kandungan tanah siap menanam benih padi. Proses ini adalah suatu inklusif kehidupan. Beliau mengajarkan agar tumbuh kembang yang kita jalani beralaskan benih kehidupan, ada tahap yang perlu diikuti, dan ibu menyiapkannya sejak kita berada dalam kandungannya.
DOWNLOAD PDF LENGKAP IBU DAN KALBU TRANSFORMASI KEHIDUPAN MENUJU HUSNUL KHOTIMAH – CATATAN DOA DAN KERIDHAAN