oleh :

Soroy Lardo

            Pernahkan kita menganalisis peran intelektual dalam pembangunan bangsa ? Sejak periode orde baru kiprahnya telah mengisi roda-roda bangsa, berputar mengurai problematika dan kompleksitas menjadi benang-benang yang berfungsi multisintesis dan multisolutif. Kajian permasalahan bangsa tidak akan pernah surut, mengikuti gerak bola yang mencari peran sebagai defensif ataupun ofensif, dengan tujuan sejauh mana kontribusi intelektualitas menjadi guidance dan gate target arah pembangunan berbasiskan objektifitas keilmuan.

            Pendekatan intelektualitas  adalah suatu proses pembelajaran yang berkelanjutan. Dimensi yang dirangkum sedemikian luas, mencoba mensinergikan berbagai potensi dan elemen kebangsaan ke dalam suatu ruang pemberdayaan, sebagai pendayagunaan kerangka teori dan kerangka konsep kebangsaan, menjadi metodologi perumusan cita bangsa.

           Pembelajaran melalui pendidikan formal dan non formal merupakan basis dan tulang punggung melajunya intelektualitas bangsa, berperan aktif menuangkan terobosan keilmuan untuk mewujudkan arah pembangunan bangsa yang lebih baik. Melalui tahap pendidikan sampai dengan pendidikan tinggi, menguatkan tali-tali karakter didaktik untuk membentuk lulusan perguruan tinggi yang memiliki kompetensi sebagai otak pembangunan bangsa.

            Intelektualitas adalah otak pembangunan bangsa. Melalui kontemplasi pendidikan dan riset, menuangkan aliran air berdimensi pencerahan. Aliran air tersebut mengalir dengan jernih tanpa jeda, karena bertabur kebersihan hati menetes bumi dengan kekuatan  agent of change, untuk memupuk menjadi subur dan berdayaguna, sebagai sumberdaya alam yang menghasilkan energi, dan diperuntukkan sebesarnya untuk bangsa. Intelektual yang berdaya adalah yang berkemampuan mentransformasikan ide inovasi keilmuan kedalam petak-petak keadilan bangsa, mewujud sebagai alih teknologi untuk mengangkat harkat dan penghidupan masyarakat, memiliki spirit untuk perubahan bangsa yang lebih baik.

            Intelektualitas bangsa merupakan bangunan yang utuh. Untuk menguatkan tiang-tiang bangunannya, memerlukan pendekatan yang mengapresiasi peradaban dan multiparadigmatik peran. Kedua aspek tersebut menjadi kalbu akal dan kalbu hati yang berdimensi kinerja berkelanjutan (amal jariah), dimana  bertautnya kebijakan dan partisipasi masyarakat sebagai jabat tangan perjuangan bersama. Konteks ini dapat diibaratkan suatu sistem di rumah sakit   dimana  terpatrinya ketiga unsur penting yaitu manajemen dengan peran leadership mengayomi terhadap ide bersama, dokter sebagai tulang punggung keilmuan bidang pelayanan (problem solver) terhadap kompleksitas penyakit, dan multidispilin penunjang kesehatan untuk memberikan bukti (evidence) pelayanan kesehatan yang diberikan berbasiskan diagnostik yang cepat dan terapetik yang tepat. Intelektualitas yang disemai adalah keterbukaan leadership dalam mengembangkan inovasi, yang tidak hanya berdasarkan pemikiran “inner cycle”, namun menyadari, menerima dan memahami pendapat kritis yang berbeda sebagai suatu masukkan organisasi. Leadership kepemimpinan rumah sakit membuka cakrawala berpikir seluasnya analogi untuk perubahan rumah sakitnya lebih baik.

Intelektual dan Peradaban Bangsa

            Peradaban bangsa menjadi jendela sejauh mana bangsa ini menggerek potensi dan kemampuan budaya sebagai pola energi penggerak dan kesatuan pandangan berbangsa. UUD 1945 dan Pancasila menjadi landasan kuat dan menjadi dasar energi budaya, terkait dengan nilai-nilai ketahanan nasional yang harus dibangun dan dipertahankan. Sejarah bangsa kita, dengan jatuh bangunnya mempertahankan kemerdekaan, menunjukkan budaya dan spirit kesatuan bangsa sudah mengalir sebagai internalisasi ketahanan bangsa.

            Peradaban bangsa dalam ketahanan nasional, mengemuka sebagai keterpaduan diantara nilai filosofis dan epistemiologis kebangsaan, menjejak struktur, gagasan dan jejaring kebangsaan yang sudah terbentuk, menyeruak sebagai wawasan ketahanan nasional. Kekuatan yang terbangun adalah adanya  determinasi yang kokoh untuk mempertahanakan kedaulatan NKRI, dan partisipatif yang tangguh, untuk merajut perjuangan rakyat semesta dalam satu pagar dan barisan yang saling berjabat kuat.

            Kerangka konseptual peranan intelektual dalam peradaban bangsa, menjadi rujukan merangkum secara koheren tentang dinamisasi dan kerangka metodologi tentang masa depan yang terus berkembang. Metodologi ini ditujukan untuk citra masa depan kesehatan bangsa, terhadap kecenderungan pendekatan intuitif, spekulatif, utopis dan imajinatif, menuju pendekatan yang memiliki proyeksi, bahwa konsep tersebut berada dalam batas yang relevan, bermakna kebijaksanaan dan alternatif yang dapat menuntun masyarakat menuju cita-cita yang diharapkan.

            Intelektualiatas dalam perspektif kebangsaan mengembangkan beberapa prinsip kecendekiawaannya yaitu : (1) Prinsip ketahanan bangsa  terhadap interelasi, interaksi dan koneksivitas keseimbangan potensi energi bangsa, (2) Analisis mikro dan makro terhadap masalah dan isu masa kini dan masa depan konsep kesehatan bangsa, sebagai nilai kreativitas menuju bangsa yang berdaulat.

Intelektual dan Multiparadigmatik bangsa          

            Intelektual dan Multiparadigmatik bangsa adalah dua sisi mata uang yang menyatu. Pendekatan multiparadigmatik adalah pendekatan objektif empiris terhadap kenyataan sosial bangsa, dengan asumsi implisit konstruksi teori perilaku bangsa. Berdasarkan kondisi tersebut, fakta kesehatan bangsa tidak hanya bersifat eksternal, tetapi juga dalam derajat tertentu, sebagai suatu kesadaran subjektif keanekaragaman suku bangsa / kelompok / masyarakat, yang perlu diwujudkan sebagai suatu kesadaran kolektif. Menurut Durkheim, kesadaran kolektif mendeskripsikan  adanya kesadaran kebersamaan satu bangsa setiap suku bangsa/kelompok dan masyarakat menginternalisasi moral, pandangan politik dan kesejahteraan,  sebagai bagian dari komunikasi sosial. Intelektual berperan  membuat jembatan sinergis tanpa batas, merangkum dalam suatu tingkat komunikas sosial yang memiliki dampak psikologis dan gerakan sosial di masyarakat.

            Intelektual yang ber-multiparadigmatik adalah yang berkemampuan mengintegrasikan kesehatan dan fungsional bangsa, sebagai satu kesatuan tujuan nasional. Integrasi kesehatan bangsa adalah menguatkan ketahanan bangsa sebagai perspektif dan prioritas kebijakan,  terutama dalam menjembatani kesenjangan kondisi realitas  masyarakat dan idealitas birokrasi pemerintah terhadap partispasi masyarakat  dalam bela negara. Sedangkan analisis fungsional memberikan suatu kerangka, untuk melihat dilema kebijakan kesehatan bangsa yang diterapkan. Analisis fungsional ditujukan sejauh mana sistem kesehatan bangsa di masyarakat dapat bertahan dalam menjalani fungsi dan sistem hidupnya.

            Salah satu peran intelektual adalah  kemampuan daya pikir, daya juang dan daya kritis terhadap perubahan di masyarakat  yang berdampak multiplier effectMultiplier effect akan berimbas terjadinya perubahan paradigma kebijakan dan tindakan sosial terhadap sistem sosial  di masyarakat. Sistem sosial tersebut menurut Parsons, adalah perspektif kenyataan sosial yang sangat luas, tidak hanya terbatas pada struktur sosial, namun berkembang kepada sistem kesehatan bangsa keseluruhan menuju sistem kepribadian, sistem budaya yang bertanggung jawab untuk kedaulatan NKRI.

Kesimpulan : Intelektualitas kesehatan bangsa  mengurai problematika dan kompleksitas menjadi benang-benang yang berfungsi multisintesis dan multisolutif. Pendekatan peradaban bangsa berbasiskan  ketahanan bangsa yaitu interelasi, interaksi dan koneksivitas keseimbangan potensi energi bangsa dan multiparadigmatik dalam mengintegrasikan fungsional bangsa,  sebagai kekuatan multiplier effect.

Jakarta, 1 Februari 2019

Dr.dr. Soroy Lardo, SpPD FINASIM. Kepala Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Departemen Penyakit Dalam RSPAD Gatot Soebroto 

Bagikan
Translate »