oleh :

Soroy Lardo

            Global Health Security Agenda (GHSA) merupakan suatu kebijakan dan gerakan tingkat global terhadap problematika dan kompleksitas kesehatan, terkait dengan tatanan keamanan dunia. Situasi peta kesehatan global menjadi acuan dinamisasi menyikapi masalah kesehatan dunia, dengan melibatkan berbagai multi kepentingan, multi politik, multi ekonomi dan multi sosial sebagai akses hulu, dan multi kepentingan lingkungan sebagai akses hilir.

            Akses hulu memuat berbagai kepentingan negara maju dan negara berkembang berusaha mewujudkan strategi kebijakan kesehatan nasionalnya, menjadi salah satu bagian dan tumpuan kebijakan global, sehingga kepentingan nasionalnya terjaga. Karakteristik dan kebijakan yang dilandasi dengan ideologi pembangunan berbeda (kapitalis – kerakyatan), merajutkan benang-benang perbedaan terhadap orientasi dan peran kesehatan global, mengatasi stratifikasi penyakit yang berdimensi perimeter/pandemik, dan memasukkan nilai-nilai lokal sebagai bagian strateginya.

            Kompleksitas pandangan politik, ekonomi dan sosial budaya, hendaknya dipandang sebagai suatu wahana angka-angka dalam kubus yang dapat disatukan dalam kubus utama. Kubus utama tersebut melebarkan diameter konstruksi pemikiran, sebagai rancangan dan pola kerja untuk mengatasi problematika kesehatan global.

            Akses hilir memuat berbagai dampak nasional, regional dan global dan lingkungan,  sebagai aspek eksternal dan internal masing-masing negara. Lingkungan sebagai “ikon” global warming memperlihatkan pengaruh besarnya keseimbangan alam sebagai kesetaraan dampak industrialisasi terhadap ekosistem. Pengaruh yang lebih luas, adanya perubahan ekosistem terhadap galur dan penataan sistem agen – host – environment.

            Dampak yang muncul secara eksternal adalah perubahan keseimbangan alam terkait dengan ozon, yang berpengaruh terhadap siklus kehidupan berbagai mahluk, dengan akibat lebih lanjut, mempengaruhi mekanisme oksigenisasi dan metabolisme tubuh terhadap kualitas hidup sehat. Dampak yang muncul secara internal adalah pengaruh terhadap elemen-elemen global change terhadap sikap, perilaku dan kepribadian dalam menilai dan merencanakan kehidupan yang lebih baik. Adanya  program green society dalam setiap layanan kesehatan adalah suatu sikap dan tindakan untuk menyiapkan barisan yang kuat menghadapi global change.

Perspektif Kebijakan Infeksi

           Sejak dicanangkan GHSA pada tahun 2014, ditujukan untuk membuka sumbatan terhadap dekade upaya global, melalui pendekatan baru emerging dan re-emerging infectious diseases – sebagai bagian untuk menumbuhkan pengenalan kejadian penyakit, kondisi alami atau tidak alami dan kebetulan atau disengaja. Problematika dan ancaman yang muncul tidak hanya bidang kesehatan masyarakat, tetapi juga nasional, regional dan menjadi perhatian keamanan global.

            GHSA telah mempercepat perhatian dunia menghadapi emerging dan reemerging infectious diseases, melalui pengenalan dini pertumbuhan outbreak penyakit (natural, accidental dan intentional) terhadap ancaman keamanan transnasional, dan memerlukan respon kolaboratif baru.

            Munculnya penyakit infeksi yang berpotensi pandemi seperti HIV, H5N1 influenza unggas yang sangat patogen, SARS (Sindroma pernafasan akut berat ) dan MERS Co V dengan korban dan melampaui kehidupan manusia, mempengaruhi ekonomi, kemasyarakatan dan stabilitas politik. Kondisi ini memungkinkan terciptanya penyakit menular diantara manusia, hewan peliharaan dan satwa liar, yang ditandai dengan adanya perubahan pembangunan sosial ekonomi, praktek pertanian baru, kepadatan penduduk dan migrasi masyarakat miskin.

            Pespektif kebijakan infeksi yang perlu menjadi perhatian negara kita adalah kesiapan untuk menghadapi public health emergency, dengan mengembangkan pendekatan keamanan kesehatan satu atap, integrasi professional di bidang kedokteran hewan, pertanian, lingkungan dan kesehatan masyarakat. Untuk menggapai hal tersebut, konsep health security diupayakan menjadi landasan secara lokal, nasional dan global dalam penelitian, pendidikan dan aplikasi kolaborasi di lapangan. Pendekatan multidisiplin dan multi sektor menjadi tali yang merajut dari preventing, detecting, responding rapidly dan effectively, dalam rangka mengisi GHSA package. Kondisi yang perlu menjadi kepedulian dari dampak penyakit infeksi (emerging – re emerging disease) mengkatalisasi komitmen baru di tingkat global, sehingga muncul kekhawatiran tentang penggunaan senjata biologis yang disengaja setelah anthrax di Amerika Serikat tahun 2001. KTT G 2002, berbagai negara bersepakat untuk menciptakan kemitraan global melawan penyebaran senjata dan bahan pemusnah massal.

Manajemen Outbreak Berbasis Integrasi Klinis – Komunitas

            Kesiapan GHSA terhadap public health emergency perlu disikapi oleh kita bagaimana mengelola outbreak melalui manajemen klinis berbasis komunitas. Kejadian outbreak memberikan dua pola analisis yaitu pola klinis dan pola komunitas. Kedua pola ini tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, bertaut pada satu tata kelola. Pola klinis merupakan identifikasi kondisi pasien outbreak melalui suatu pemahaman klinik berbasiskan patofisiologi dan patogenesis. Kondisi ini dalam keadaan tertentu perlu pendekatan personalized medicine, dan dalam terminologi lebih khusus diterapkan sebagai community medicine. Keilmuan pola klinis menjadi prasyarat utama petugas kesehatan yang bergerak dibidang kegawat daruratan, dan untuk hal tersebut berkelindan dengan learning by doing, dan mekanisme umpan balik perbaikan sistem kerja melalui audit medis. Proses yang bergerak ini akan mendukung upaya reevaluasi dan monitoring terhadap variabilitas kasus klinis ke area pertama kejadian outbreak. Contoh sederhana menyikapi suatu outbreak  H1N1 terhadap pasien usia muda, menderita komorbid ataupun geriatri memerlukan pendekatan berbeda. Disinilah letaknya suatu art, mengembangkan pola klinis berbasiskan patofisiologi penyakit, dengan harapan dapat menentukan suatu warning sign , sehingga dapat dibuat suatu skoring prediksi beratnya penyakit.

Pola komunitas merupakan dimensi multidisiplin dan multi area sebagai suatu kerjasama keilmuan penanganan paska outbreak. Pola komunitas merujuk kepada dua aspek keadaan dan kebutuhan. Aspek pertama adalah peristiwa outbreak tidak semata suatu kejadian penyebaran infeksi, namun suatu kejadian multicluster melibatkan berbagai elemen dan komponen di lingkungan masyarakat, yang terganggu keseimbangannya akibat outbreak. Komponen dan elemen tersebut adalah keseimbangan ekosistem kehidupan di daerah tersebut (lingkungan dan kultur kehidupan), sebagai penyangga dari suatu KLB. Retaknya keseimbangan ini memerlukan suatu upaya memperkuat penyangga tidak runtuh. Untuk itu, diperlukan suatu komunitas pendorong dari luar, memberikan bantuannya secara sistem dan kekuatan batin, sehingga recovery paska outbreak dapat mengembalikan keseimbangan tersebut.

Kekuatan sistem komunitas menjadi tumpuan utama bergeraknya kegiatan masyarakat kembali normal. Pendekatan yang dikembangkan dengan sistem komunitas ini adalah, memacu gerak dimensi multidisiplin  berperan secara bersama dengan tujuan tercapai spirit baru untuk memberdayakan potensi masyarakat. Misalnya, peran dari psikiater untuk menumbuhkan kembali kondisi masyarakat akibat depresi paska bencana kepada jati dirinya, dan peran sanitasi lingkungan untuk memfasilitasi kembali pendayagunaan sarana lingkungan sehat  kepada terbangunnya kembali kegiatan sosial-ekonomi di masyarakat.

Kesimpulan

            GHSA dalam perspektif kebijakan infeksi adalah konstruksi pemikiran global untuk membangun tatanan agent-host – environment  dalam lingkup interelasi global yang merajut dimensi nasional. Manajemen terintegrasi menghadap Public Health Emergency memerlukan tumpuan dan jejak yang kuat dalam integrasi manajemen outbreak berbasiskan klinis dan komunitas.

Dr.dr. Soroy Lardo, SpPD FINASIM. Kepala Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Departemen Penyakit Dalam RSPAD Gatot Soebroto.

Rujukan

  1. Invasive Species Early Detection & Rapid Response Systems Version 1. June 2003. National Invasive Species Council Department of the Interior Office of the Secretary (OS/SIO/NISC). www.Invasivespecies.gov 
  1. Rebecca Katz, Erin M. Sorrell, Sarah A. Kornblet, and Julie E. Fischer. Global Health Security Agenda and the International Health Regulations: Moving Forward. Biosecurity and Bioterrorism: Biodefense Strategy, Practice, and Science Volume 12, Number 5, 2014
  1. J S Carroll, J W Rudolph. Design of high reliability organizations in health care. Qual Saf Health Care 2006;15(Suppl I):i4–i9. doi: 10.1136/qshc.2005.015867
  1. Workshop of Anthrax : Strengthening Outbreaks Detection, Reporting and Response Using One Health Approach. Journal Emerging :Disease Withoud Borders. Indonesia One Health University Network. May 2018.p 29                               

                        

Bagikan