Oleh :
Soroy Lardo
Masih ingat dokter telapak kaki “foot doctor”, mungkin sudah beberapa puluh tahun yang lalu gemanya dikenal. Foot doctor adalah terminologi yang dikembangkan pada saat itu, untuk menurunkan tingginya angka kematian bayi dan kematian ibu. Spirit yang dibangun adalah mengeratkan kalbu akal dan hati setiap dokter untuk peduli dengan tugas awalnya, terjun langsung ke masyarakat, mencoba memahami kompleksitas kesehatan masyarakat di lapangan, ikut terlibat dalam pengentasan tingginya penyakit, dan berupaya menjadi “social worker dan agent of change” ditengah keterbatasan dukungan birokrasi dan logistik. Istilah kerennya mungkin dokter yang berwajah LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dengan peran kerakyatannya.
Lima tahun yang lalu, kami mendapatkan rujukan pasien seorang dokter perempuan yang menderita malaria berat dari Papua atas petunjuk Menteri Kesehatan. Dokter perempuan ini mengikuti crash program wajib kerja sarjana di daerah sangat terpencil di suatu pulau kecil Papua, bertugas selama enam bulan. Program tersebut adalah mendatangi setiap desa di pulau-pulau Papua dengan kapal motor, dan memetakan masalah kesehatan disetiap daerah yang dikunjungi, bersamaan dengan kegiatan pelayanan dan dukungan kesehatan. Ditengah menjalani tugas dan kewajibannya, dokter tersebut terkena malaria berat dengan komplikasi gagal ginjal, setelah menjalani hemodialis di kota terdekat, kemudian dirujuk ke RSPAD Gatot Soebroto.
Menyimak dengan uraian diatas dan sedemikian luasnya negara kita dengan akses yang masih sulit terjangkau, menunjukkan perjuangan nusantara sehat merupakan tantangan tersendiri yang perlu diwujudkan secara berkelanjutan, tentunya disesuaikan dengan setiap episodik pemerintahan, sebagai prioritas Sustainability Development Program (SDG) dibidang kesehatan.
Kebijakan dan determinasi kesehatan era saat ini, tentunya sudah mengurai problematika kesehatan dan memetakannya dalam suatu ruang lingkup sinergitas kesehatan yang berkemampuan menjembatani kotak-kotak permasalahan kesehatan menjadi retasan tali problem solving yang mengikat kotak tersebut. Analisis determinan mencakup kulturisasi nusantara sehat,
——————————————————————————-
Dr.dr.Soroy Lardo, SpPD FINASIM. Kepala Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Departemen Penyakit Dalam RSPAD Gatot Soebroto.
peta geomedik, networking dan digitalisasi dan penguatan ketahanan bangsa.
Kulturisasi nusantara sehat
Kulturisasi nusantara sehat merupakan upaya mewujudkan suatu kebijakan, sikap dan perilaku petugas kesehatan yang menjalani program ini, dilandasi oleh semangat nasionalisme bangsa untuk membangun kedaulatan kesehatan yang mandiri, suatu terminologi yang bercita ideal. Bukankah sejak zaman orde baru program pembangunan puskesmas, puskesmas pembantu dan posyandu sudah memelosok negri ? Hal tersebut tentunya tidak dapat dibantah, bagaimanapun intensifikasi dan ekstensifikasi kesehatan pada saat itu sudah menerapkan suatu model pemberdayaan yang tepat, bagaimana menurunkan angka kematian bayi dan upaya perbaikan gizi masyarakat. Kondisi ini didukung oleh Posyandu, sebagai sarana dan tempat bersemainya kepedulian masyarakat untuk memberikan kontribusinya di bidang kesehatan. Program ini dalam setiap dan proses pengembangannya menjadi tajam sejalan dengan adanya AMD (ABRI Masuk Desa) dan AMT (ABRI Manunggal Transmigrasi). Seiring dengan dekade pembangunan yang terus berkembang, terkait dengan liberalisasi pelayanan kesehatan (khususnya swasta), spirit untuk menjaga tetap berjalannya program nusantara sehat menjadi keniscayaan kita semua, bahwa akselerasi pembangunan kesehatan dimulai dari titik gradual di pedesaan dengan memberdayakan karakteristik potensi lokal untuk mendukung nusantara sehat. Kulturisasi yang perlu dikembangkan adalah ter”frame”nya nusantara sehat sejak sosialisasi, pemberdayaan, umpan balik di lapangan menjadi kesatuan sistem yang berkelanjutan.
Peta geomedik
Peta geomedik merupakan sistem dan metode untuk menggambarkan “kondisi realitas” titik kuat dan titik lemah kesehatan bangsa berbasiskan geografik dan intelijen medik. Peta geomedik merupakan mata akal dan mata kalbu isi yang dapat diurai dan dikaji sebagai kedaulatan bangsa. Peta geomedik menjadi tuntunan dasar sejauh mana pemberdayaan potensi kesehatan disetiap wilayah dapat didayagunakan sesuai dengan tuntutan dan karakteristik daerah. Peta geomedik juga menguak distribusi epidemiologi penyakit dan transportasi logistik terhadap akses pelayanan dan dukungan kesehatan yang dapat dirintis dan dikembangkan. Dengan demikian, peta geomedik menjadi pena analisis ketajaman kita dalam merencanakan kebijakan kesehatan terhadap regularitas di lapangan melalui perspektif lateral dan out the box. Kenapa hal tersebut perlu menjadi perhatian ? Sebab karakteristik dan jangkauan daerah (terpencil) menjadi parameter awal untuk menentukan regulasi dan terobosan di bidang kesehatan, sehingga skala prioritas untuk terbangunnya sistem pelayanan kesehatan berbasis karakteristik pemberdayaan, dapat diwujudkan. Salah satunya adalah melihat peta penyakit infeksi, budaya masyarakat terhadap perilaku hidup sehat, kebersamaan dan partisipasi, serta keterlibatan birokrasi mensinergikan potensi yang ada. Kita tentu belum lupa, adanya dokter yang terkena malaria berat di Papua, disebabkan akses yang sulit tidak terselematkan. Kita tentu masih ingat, menyeruaknya kasus gizi buruk di Asmat, sebagai dimensi dari kondisi geomedik yang perlu dipetakan kembali dan dinilai kembali (assessment) dan kemudian direncanakan sebagai risk assessment masalah bangsa yang perlu dibuat problem solving-nya. Peta Geomedik dalam pengembangan kedepan menjadi jalinan yang kuat dalam networking dengan institusi kesehatan TNI di daerah pelosok, untuk memfungsikan kesehatan sebagai nilai kedaulatan dan ketahanan bangsa.
Networking dan Digitalisasi
Networking dan digitalisasi nusantara sehat merupakan jalur penting sistem informasi dan komunikasi, bergerak dinamis menjembatani setiap faktor baik internal dan eksternal sebagai mata rantai membangun kesehatan dengan teknologi kesehatan yang tepat. Teknologi informasi ini menjadi keilmuan yang penting dalam mengisi, menguak dan menautkan alur kebijakan dan alur kerja kesehatan dalam suatu kebijakan komando, sehingga memiliki dampak sosial dan kultural, terhadap arus dan pergerakan interelasi kebijakan informasi dibidang lain (ekonomi, poliitik, budaya dan ketahanan bangsa)
Networking dan digitalisasi nusantara sehat adalah spirit berinovasi dalam penggunaan teknologi kesehatan. untuk mendukung terciptanya kualitas kesehatan bangsa yang lebih kuat, berasaskan kepada sistem elektronik. Kebijakan dan pemetaan digital kekuatan kesehatan bangsa, menjadi alat ukur keadaulatan kesehatan dalam mengembangkan perspektif sebagai suatu kebijakan prospektif. Pendayagunaan sistem digital ini termaktub sebagai bagian wawasan nusantara, dengan beragam dan beraneka kepulauan, adat, kultur kebudayaan dan potensi kedaerahan, menguak spirit dan lembaran catatan yang merantai dan menyatu sebagai rangkaian wawasan kesatuan kesehatan bangsa.
Networking dan digitalisasi pada saatnya akan menjadi benang-benang yang mengurai tercakupnya pelayanan kesehatan yang didukung teknologi informasi sebagai alat diagnostik, pengobatan, monitoring dan jalur evakuasi. Salah satu contoh yang saat ini dikembangkan adalah teknologi diagnostik mikroskop lapangan digunakan di tengah hutan dalam pemeriksaan malaria, dihubungkan dengan GPS, sehingga secara cepat dapat dilakukan manajemen secara tepat dan akurat penanganan malaria di lapangan. Konsep ini juga dapat menjadi pemetaan setiap objek tumbuhan dalam program ekspedisi nusantara beberapa tahun lalu oleh TNI dan LSM, sebagai potensi riset pengembangan obat dan bahan alam lainnya. Sistem ini juga menjadi acuan pemberdayaan jalur transportasi dari TNI dalam proses evakuasi.
Penguatan Ketahanan Bangsa
Kebijakan nusantara sehat, berdasarkan pijakan prospektif menjadi alat ukur dalam penguatan ketahanan bangsa. Fungsi yang perlu dikembangkan adalah, sejauh mana nilai-nilai idealitas pemberdayaan kesehatan dan ketahanan di masyarakat, diwujudkan melalui jembatan organisasi yang kuat, mejadi suatu realitas akar rumput yang berdampak terciptanya keberlanjutan masyarakat yang cinta, peduli dan berkontribusi terhadap pembangunan kesehatan berdasarakan karakteristik daerahnya. Program nusantara sehat sebagai unsur penguatan ketahanan bangsa, dapat dimulai dari memberdayakan setiap potensi dan unsur yang terkait sebagai bagian dari Sustainabilty Development Community (SDC) di setiap daerah tempat tinggalnya. SDC menjadi akar dan tulang punggung pemberdayaan yang berjalan dengan pagar-pagar kebijakan, infrastruktur, organisasi, penguatan partisipasi dan kultur pembelajaran inovasi. SDC menjadi merupakan mata akal dan mata harti yang menjadi sumber spirit pemberdayaan relawan kesehatan desa, relawan posyandu, relawan LSM dan bintara teritorial. SDC memuat suatu sistem kerja yang memayungi berbagai elemen filosofi keilmuan, batang-batang organisasi dan regularitas jaringan kerja dalam penguatan bidang kesehatan dan ketahanan masyarakat. Penguatan ini melalui pendidikan kesehatan, akan memunculkan suatu komponen masyarakat, yang akan berdiri di depan dalam penguatan community oriented base heath berjalan beriringan. Pendidikan kesehatan di masyarakat merupakan bagian penting yang perlu dikembangkan sebagai salah satu kompetensi penguatan ketahanan bangsa. Pendidikan kesehatan tersebut menjadi jalan utama memprioritaskan aspek preventif dan promotif berbasiskan untuk kualitas bangsa yang lebih baik, dimulai dari komitmen dan kesadaran bersama.
Kesimpulan
Narasi nusantara sehat sebagai strategi kualitas bangsa merupakan perwujudan dan komitmen kebangsaan yang perlu diperkuat dengan perspektif keilmuan mutli disiplin (lateral dan out the box), dengan mengedepankan spirit kulturisasi, networking dan digitalisasi. dan penguatan ketahanan bangsa sebagai tiga pilar penting dalam rangka SDC dan komitmen terhadap community oriented base health yang lebih baik.
Jakarta, 23 Januari 2019