Oleh :

Soroy Lardo*)

                  Karakter bangsa merupakan perjalanan sejarah yang berkelindan dari masa ke masa. Sejak zaman kemerdekaan hingga saat ini, tetap menjadi suatu tinta tertulis dan jejak yang  tertapak. Selama periodik dan episodik orde pemerintahan, karakter bangsa menjadi “primadona” yang harus disapih dan dijaga untuk keutuhan, ketahanan dan kualitas bangsa.

            Pada awalnya karakter bangsa adalah dimensi kehidupan yang sederhana dan bermakna, untuk kemerdekaan, dimana elemen dan aura lingkungan saat itu bersih dari polutan kepentingan, selain nilai idealitas kebangsaan. Namun, seiring dengan perjalanan bangsa, faktor perilaku, intervensi lingkungan dan global menjadi titik-titik api yang menggerus karakter bangsa dengan bhinneka tunggal ika dan pemberdayaan sumberdaya alam (UUD 1945 pasal 33), menuju suatu degradasi nasionalisme kebangsaan.

             Seiring dengan perjalanan waktu, karakter kebangsaan berkembang dalam nuansa-nuansa yang sulit dikendalikan. Jika mengambil terminologi penyakit infeksi, hal ini terkait dengan faktor lingkungan, mediator dan pejamu (host) yang senantiasa berubah sesuai dengan tuntutan kehidupan. Pola kuman (agen-agen intervensi bangsa) akan melokalisasi karakter kebangsaan dalam situasi terperangkap, sulit keluar dan memerlukan penggalangan kekuatan (antibodi) untuk membuka kotak pandora, menyusun kembali pola-pola karakter kebangsaan dengan energi terbarukan.

         Konteks karakter kebangsaan saat ini terkait dengan berbagai interaksi sistem, yakni sistem internal dan sistem eksternal. Sistem internal adalah sistem tubuh bangsa dengan kemampuan mendegenerasi nilai kebangsaan yang berdampak terhadap perubahan dan struktur sistem imunitas bangsa menghadapi intervensi global.  Penyakit degeneratif nilai bangsa menjadi komorbid (penyerta), seperti penyakit infeksi dengan adanya diabetes, hipertensi dan kondisi usia lanjut, menjadi power yang menggerogoti sendi kebangsaan.

———————————————————-

Dr.dr.Soroy Lardo, SpPD FINASIM. Kepala Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Departemen Penyakit Dalam, RSPAD Gatot Soebroto

            Sedangkan sistem eksternal adalah kondisi lingkungan bahkan global yang mempengaruhi perilaku kebangsaan dan memiliki relasi asimetrsi dengan realitas yang ditimbulkannya. Hal ini ditujukan dengan munculnya strain  atau pola yang mencoba mengeliminasi sendi kebangsaan, misalnya liberalisasi tanpa kendali, dikhawatirkan menurunkan spirit kebersamaan. Terkait dengan bidang kesehatan, dapat ditujukan oleh berkembangnya strain baru virus, khususnya influenza yang menakutkan penduduk dunia, jika terjadi suatu outbreak, seperti H7N9.

            Karakter kebangsaan dalam proses global merupakan isu penting saat ini. Perubahan dan dinamisasi global merupakan bagian dari perubahan dan pergerakan dunia, dimana terjadi peningkatan aktivitas politik, ekonomi, industri dan sharing teknologi yang berdampak terhadap kekuatan budaya bangsa. Salah satu analisis di bidang kesehatan adalah tentang efek global warming  dan efek gas rumah kaca sebagai bagian dari perubahan iklim global. Menurut Panel on Climate Change (IPCC), kondisi ini terjadi akibat peningkatan aktivitas gas rumah kaca. Dampak yang timbul dari pemanasan global tersebut, terjadinya perubahan cuaca regional, kontaminasi mikrobial dan dampak terhadap kesehatan.

            Karakter bangsa dan Transformasi kesehatan adalah dua sisi mata uang yang saling membutuhkan. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan penyakit kebangsaan (juga infeksi) yang melekat adalah (1) Kejadian sosial yang terkait dengan minimnya  ekonomi, konflik antar penduduk dan migrasi penduduk yang eksplosif, (2) Masalah kesehatan terutama penggunaan antibiotik (resistensi antibiotik) yang begitu luas dengan tidak memperhatikan rasionalisasi dan efek samping yang ditimbulkan. (3) Proses produksi makanan (kemandirian pangan), (4) Perubahan perilaku seksual, penggunaan narkotika dan perilaku (travelling), dan (5) Perubahan lingkungan seperti penggundulan hutan, perubahan ekosistem, banjir, kekeringan. Faktor berikutnya adalah (6) masalah infrastruktur di masyarakat, khususnya dibidang kesehatan masyarakat, yaitu survaillans dan pengendalian penyakit infeksi yang terbatas serta (7) Perubahan mikrobial (agen intervensi) terhadap penetrasi mutasi kebangsaan (penyakit infeksi).

           Kondisi di atas menjembatani penyakit infeksi terkait dengan dampak Global Warming sebagai problema bangsa yang membutuhkan perhatian khusus. Terjadinya banjir, kebakaran hutan, kekeringan menyebabkan meningkatnya penyakit gangguan respirasi, kematian dini akibat penyakit paru dan jantung.

            Dampak tidak langsung terjadi perubahan bionomik dan vektor kebangsaan, yaitu karakter yang menstimulasi suhu ketidaksabaran, kelembaman berpikir dan bekerja serta meningkatnya densitas kurang menghargai suatu produk inovasi. Dampak bidang infeksi terhadap perubahan bionomik dan vektor nyamuk, dengan suhu meningkat dan kelembaman tertentu, maka nyamuk akan lebih aktif melakukan perkawinan dan siklus hidup lebih pendek. Dengan begitu densitas nyamuk akan meningkat dan jangkauan daerah operasinya lebih luas. Sehingga berdampak infektivitas pada komunitas masyarakat.

            Kita masih ingat, bahkan saat ini kejadian gempa bumi bahkan tsunami terjadi beruntun, ataupun banjir badang yang dapat menyebabkan suatu outbreak penyakit infeksi (leptospirosis). Kejadian ini tentunya tidak semata diakibatkan oleh perubahan iklim. Namun harus disikapi terdapatnya suatu kesenjangan aspek kebijakan lingkungan dan monitoring serta evaluasi bencana. Sedangkan keterkaitan dengan penyakit infeksi, terjadi  kesenjangan diantara aspek lingkungan di satu sisi dan aspek perilaku masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang bertumpu terhadap pelayanan primer di puskesmas dan rumah sakit, jika menderita suatu penyakit.

            Kekuatan partisipasi masyarakat menghadapi problematika dan tantangan kebangsaan, hendaknya diupayakan melalui suatu transformasi sosial. Menurut Doyle, transformasi sosial dapat dikembangkan dari konsep paradigma Kuhn, yaitu paradigma fakta sosial di mana struktur dan institusi sosial memiliki peran penting dalam memainkan peran dalam pencegahan penyakit bangsa.

            Dapat pula melalui pengembangan paradigma perilaku sosial dengan pendekatan objektif empiris realitas penyakit kebangsaan, dan adanya suatu  tantangan kebangsaan sebagai diagram arus umpan balik diantara komunitas dan sistem sosial akibat perubahan global (termasuk penyakit  infeksi) dan sistem lingkungan. Sehingga, dapat dilakukan upaya penilaian, tindakan perbaikan secara sistem terhadap tujuan pemberdayaan masyarakat untuk mengatasi penyakit kebangsaan.

                  Mengingat multifaktorialnya problematika kebangsaan  di negara kita, seperti kepadatan penduduk, intervensi budaya, ketidakseimbangan ekosistem dan kualitas SDM kompetitif, merupakan pekerjaan rumah yang perlu direncanakan dan dilaksanakan dengan baik. Analoginya, terkait dengan multifaktorial problematika penyakit infeksi yang dipengaruhi oleh vektor penyakit, faktor virulensi mikroorganisme penyebab, dan perubahan iklim global. Untuk mengatasi ini memerlukan pendekatan partisipatif berbagai pihak yang didukung oleh sistem kondusif, strategi tepat dan realistis, penetapan skala prioritas dan prasarana yang optimal.

       Tingkat “mortalitas dan morbiditas” penyakit, merupakan problematika kebangsaan, diperlukan suatu kebijakan yang seyogyanya bertumpu kepada problem solving cycle yang membangkitkan partisipasi masyarakat secara luas. Diharapkan dengan langkah ini, dapat mengurangi problematika kebangsaan menjadi transformasi bangsa dan kesehatan terhadap kualitas SDM yang lebih baik.

Kesimpulan :  Karakter Bangsa dan Transformasi Kesehatan adalah dua sisi mata uang perjalanan bangsa untuk menjemput kualitas dan perilaku kesehatan bangsa yang lebih baik. Pendekatan yang menguatkan partisipasi masyarakat terhadap produk inovasi dan problem solving cycle , merupakan salah satu alternatif konsepsi idealitas bangsa untuk kesehatan yang lebih baik.

Jakarta, 20 Januari 2019

Bagikan
Translate »