Kehidupan itu memiliki fungsi multiparadigmatik. Karena cahaya energi kehidupan bertitik tolak dari fungsi tersebut, yang terwadahi oleh kalbu dan akal yang bergerak dinamis. Bagaimana menjaga kalbu dan akal agar berperan sebagai cawan yang menerima tetesan keilmuan dan kendi yang mengalirkan amaliah keilmuan ?
Hal tersebut mungkin hanya sedikit yang memahami. Cahaya energi keilmuan tersebut seperti cahaya diatas cahaya, berlapis dan berpendar secara gradual dan kemudian mengisi sendi-sendi kehidupan untuk mengalirkan siklus creb biokimia tubuh menjadi energi kehidupan terbarukan dan energi multiparadigmatik.
Energi multiparadigmatik merupakan adalah multiplier effect peran ulil albab (QS 3:191-192), pancarannya memahat fungsi rahmatan lil alamin, merekonstruksi kenyataan sosial sebagai jalan untuk membangun filsafat ketahanan hidup berkepribadian integral. Masyarakat multiparadigmatik yang terbentuk adalah yang berkarakter pejuang dan petarung
Kesadaran kolektif dan komitmen keilmuan menjadi kata kunci pertama terhadap paradigma ilmu sosial terhadap kesehatan pertahanan. Pendekatan ilmu sosial dalam kesehatan pertahanan sebagai suatu konstruksi teori formal dikembangkan dalam suatu konstruksi kenyataan sosial (social reality construction).
Menurut Berger dan Luckmann, proses ini menggambarakn interaksi ilmu kesehatan pertahanan sebagai faktual objektif yang mewarnai realitas sosial. Realitas sosial yang terbangun direkonstruksikan secara sosial (social constructed reality) yang dirangkum berdasarkan filsafat fenomenologi, filsafat objektif ilmu pengetahuan, filsafat lingkungan sosial.
Ilmu Kesehatan Pertahanan yang berkembang secara gradual, menghadapi realitas problematika yang melingkupi Health Security (GHSA), tidak dapat dilepaskan sejauh mana mekanisme filsafat membangun suatu sisi multiparadigmatik suatu kebijakan kesehatan pertahanan.
Multiplier effect akan berimbas terjadinya perubahan paradigma tindakan sosial ke sistem sosial. Sistem sosial tersebut menurut Parsons, adalah perspektif kenyataan sosial yang sangat luas, tidak hanya terbatas pada struktur sosial saja, namun berkembang kepada sistem keseluruhan dengan dibentuk kepada sistem sistem kepribadian, sistem budaya sebagai bagian internalisasi kehidupan profesi keseharian serta sistem organisme perilaku yang bertanggung jawab bagaimana mendayagunakan keilmuan profesi memberikan suatu kemanfaatan.
Sejalan dengan peran integrasi sosial, suatu analisa fungsional keilmuan kesehatan pertahanan, perlu diurai dalam suatu dimensi struktural organisasi yang dapat membentuk interaksi simbol keilmuan kesehatan pertahanan yang berdampak sosial.
Melalui pengembangan organisasi perilaku sebagai sistem keseharian, diharapkan terbentuknya suatu multiplier effect ilmu kesehatan pertahanan yang mengimbas kepada sistem sosial di masyarakat
Kesimpulan :
Energi multiparadigmatik kehidupan merupakan multiplier efek menghadapi suatu konstruksi realitas kehidupan yang berbasiskan ulil albab (QS :191-192) dalam membentuk SDM inovasi berkarakter pejuang dan petarung. Energi multiparadigmatik kesehatan pertahanan merupakan multiplier effect dalam merekonstruksi GHSA sebagai energi terbarukan ketahanan nasional berbasiskan NKRI
Demikian sharing ke 9. “One Health-One Security” dan Dinamisasi Kehidupan…….