Production House – Teknologi Digital – Energi Pelayanan

oleh:

Soroy Lardo

 Pendahuluan

            Rumah Sakit Rujukan di era Revolusi 4.0 apakah ada yang berubah? Tentunya menjadi pertanyaaan para pihak. Perkembangan rumah sakit sudah menjalani proses historis yang panjang. Dimensi waktu dan ruang menempatkan peran pada titik sejarahnya, untuk menunjukkan interaksi diantara pelayanan, teknologi diagnostik dan akreditasi, merupakan suatu keniscayaan yang senantiasa perlu diulas secara berkesinambungan.

            Rumah Sakit Rujukan di era Revolusi 4.0 adalah suatu transformasi multi fungsi, multi talenta, multi sintesis dan multisolusi, yang mau tidak mau akan menyapa setiap layanan untuk menerima sistem tersebut, dan memodifikasinya dalam bentuk suatu   kultur dan pembelajaran  yang lebih baik.

            Rumah Sakit Rujukan di era Revolusi 4.0 adalah suatu tantangan sekaligus tekanan, sejauhmana perspektif setiap pimpinan dan elemen rumah sakit menyikapi dengan mata akal dan mata ikhlas, membenahi setiap sudut-sudut jaring pelayanannya untuk ditata kembali menjadi suatu nilai kejujuran, kebenaran dan keadilan, bermakna transparansi alih teknologi.

Kebijakan Kesehatan dan Revolusi Industri 4.0

            Kebijakan kesehatan di era revolusi industri 4.0 merupakan langkah strategis yang menjadi landasan pacu bergeraknya sinergitas kesehatan menjejakkan digital data numerik dan katagorikal sebagai basis keluarannya. Prinsip ini tidak bisa dilepaskan dengan proyeksi pembangunan berkelanjutan bahwa peluang perubahan global untuk menopang kehidupan bumi, merupakan sirkulasi yang menyeimbangkan diantara produksi dan kebutuhan masyarakat dunia, mendapatkan nilai kenyamanan hidup yang lebih baik.

Secara kasat mata, kesehatan merupakan bagian dari produksi, perdagangan, bisnis dan teknologi. Keempat faktor tersebut akan mempengaruhi sejauh mana dimensi bandul kebijakan kesehatan akan mengkutub. Kondisi demikian sudah tentu akan memicu peran dan peluang baru peran kebijakan kesehatan (terutama rumah sakit rujukan) menghadapi revolusi 4.0, sebagai suatu ekosistem yang menyimpan sejumlah besar inovasi di bidang digital, fisik dan biologis. Ketika terjadi akselerasi dalam bentuk volume inovasi, maka teknologi menjadi panglima utama.

—————————————————–

Tulisan ini merupakan Edisi Spesial RSPAD Gatot Soebroto – Ke 69 (2019)

            Revolusi 4.0 adalah suatu rangkaian pembangunan berkelanjutan (SDGs) yang terkait interaksi faktor produksi, daya saing bisnis dan persaingan global. Berkembangnya proses ekosistem tersebut membuat peran dan tantangan revolusi inovasi digital mencapai kemajuan eksponensial. Jika volume inovasi tersebut meledak, akan membawa nuansa baru perubahan teknologi terhadap cara pandang komunitas manusia melihat alternatif solusi untuk memecahkan problematika dunia.

         Kemajuan teknologi eksponensial menjadi buku putih yang menguak catatan sejarah peradaban manusia sebagai kerangka kerja kehidupan baru, yang berkemampuan untuk mengurangi setiap hambatan (poin of leverage) dan memicu produksi, menuju gerbang pertumbuhan dan inovasi kerja. Strategi ini mengembangkan potensi penciptaaan nilai teknologi yang memiliki daya saing kompetitif.

         Titik kemajuan Revolusi 4.0 ditunjukkan kemajuan teknologi bergerak sebagai roda inovasi berkelanjutan mencakup wilayah global. Sudah tentu, konsep ini merupakan peluang sekaligus tantangan. Pekerjaan yang bergerak menguak sektor-sektor geografi dengan perspektif agenda berkelanjutan, adanya visi terhadap sistem produksi sebagai aset intervensi dan analisis di setiap wilayah regional.

         Beberapa dekade ke depan, revolusi 4.0 akan membuka peluang bahwa “hari ini” adalah pijakan produksi tidak semata sebagai hasil yang faktual, namun ilmu pengetahuan menjadi titik tumpu penguat kegiatan ekonomi dan pola konsumsi. Keuntungan yang diraih adalah tercapainya efisiensi sumber daya yang diimbangi oleh pertumbuhan konsumsi global dengan model bisnis take make dispose. Peran ekonomi global akan bertumpu kepada intensifikasi sumber daya dengan memperhatikan mitigasi perubahan iklim dan sumber daya alam terhadap perubahan sosial terhadap pekerjaan dan interaksi di tingkat pasar.

        Menyimak uraian revolusi 4.0, kebijakan kesehatan tidak bisa melepaskan diri dari perubahan peta sosial di tingkat regional dan global. Percepatan arus teknologi dan dinamika sistem interaksi sosial individu dan masyarakat, menjadi salah satu pola pikir diperlukannya transformasi berkelanjutan dengan memantau titik-titik krusial gerak partisipasi masyarakat di bidang kesehatan terhadap kebijakan yang diterapkan.

            Rumah Sakit Rujukan di era 4.0 menghadapi tantangan tersendiri terhadap intropeksi arus dan pola pikir lama melihat keberhasilan yang dicapai jika dipenuhi angka layanan yang tinggi terhadap aspek kepuasan dan keselamatan pasien. Perubahan struktural dalam cara pandang ke depan perlu menjadi suatu bahan analisis pimpinan/calon pimpinan rumah sakit, selain pembangunan fasilitas layanan fisik menjadi prioritas utama untuk menunjukkan keberhasilan kepemimpinannya dengan terbangunya fasilitas layanan fisik dan aspek pelayanan lebih baik. Perspektif lebih lanjut adalah menguatkan gelang pelayanan yang berputar tidak hanya kepada satu aspek itu saja, jika diilustrasikan secara naif, badan di tubuh kita akan terus berkembang memerlukan asupan energi dan hormonal untuk memelihara pertumbuhan yang optimal. Dengan demikian, perspektif pemberdayaan komprehensif potensi pendidikan, sumber daya manusia (SDM) dan riset masa depan (futuristic research) menjadi keniscayaan.

Perspektif era 4.0 adalah akumulasi sedemikian cepatnya era digital, memerlukan suatu akselerasi keseimbangan untuk membangun “ruh” rumah sakit yang berbasiskan suatu kepedulian, kebersamaan bertumpu kepada pemberdayaan berbagai sumber dan potensi rumah sakit, merekatkan karet-karet fleksibel pelayanan untuk membangun tingkat kepercayaan sosial dari masyarakat. Proses ini akan berjalan dan bergerak walaupun menghadapi berbagai restriksi, namun menjadi landasan jangka panjang spirit perangkat lunak inovasi “ruh” rumah, bahwa kita memerlukan elemen lain (pendidikan dan penelitian) agar tubuh rumah sakit tetap kokoh dan tidak oleng.

Rumah Sakit Rujukan 4.0: Tantangan dan Peluang       

     Peluang dan tantangan rumah sakit rujukan adalah mempertahankan fungsionalisasi sebagai production house mengembangkan potensi keberdayaannya mengelola dan mengawal akreditasi rumah sakit, agar terpelihara dalam koridor yang tepat. Produciton house dapat bermakna fisik maupun kejiwaan rumah sakit. Makna fisik mengungkap perangkat organisasi yang senantiasa berkembang secara fleksibel mengikuti era digital, tidak statik dengan perspektif tidak mau meninggalkan zona aman. Makna jiwa rumah sakit adalah karakteristik yang mewadahi spirit berjuang tanpa pamrih dan pantang menyerah untuk kemajuan rumah sakit. Setiap elemen/unit maupun individu yang bekerja di rumah sakit menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari ikatan kalbu spirit ini.

          Peran rumah sakit sebagai unit produksi menjadi tataran peluang masa depan, bahwa jika tujuan pemberdayaan ditujukan untuk dimensi ekonomi yaitu keuntungan semata maka akan menyebabkan suatu proses degenerasi pemanfaatan sumber daya yang ada. Justru orientasi yang perlu dikembangkan adalah pemanfaatan dekade ilmu pengetahuan untuk mendukung keberadaan potensi ekonomi, yang berdampak kepada makna internalitas dan eksternalitas. Dampak internalitas adalah terwujudnya keseimbangan optimalisasi pelayanan melalui suatu pembiayaan yang terukur sebangun dengan nilai kesejahteraan yang didapat setiap petugas rumah sakit. Dampak eksternalitas adalah terbangunnya suatu iklim dan nuansa suasana kerja dengan spirit inovasi, dengan harapan terbentuknya kultur sosial, bahwa keuntungan ekonomis yang didapat merupakan langkah efisiensi dan intensifikasi yang mewujudkan sumber daya handal

       Rumah sakit rujukan menghadapi kondisi masa depan harus mengembangkan nilai keberanian, mengubah pola lama yang selama ini bergerak secara tertutup dan inner cycle dengan kebijakan yang terpusat dan struktural. Bertitik tolak hal tersebut, sudah saatnya bertransformasi mengkombinasikan sistem produksi-sosial-ekonomi yang terimplementasikan secara partisipatif, dengan membuka ruang kreatif di setiap akar rumput pelayanan yaitu sektor publik, sehingga pemanfaatan teknologi dan sumber daya investasi yang didayagunakan, merupakan peluang dan tantangan yang senantiasa menginspirasi, bahwa era 4.0 adalah suatu kompatibilitas perubahan yang perlu dicermati dan dipenuhi.

      Saat ini kuncinya adalah keberanian menerapkan dan mentransformasikan potensi produksi pelayanan sebagai suatu nilai tambah dan kombinasi unik pemberdayaan komunitas yang menguntungkan berupa momentum sosial, pemahaman sektor publik terhadap kapabilitas pelayanan, teknologi diagnostik yang dikembangkan dan investasi yang berorientasi kepada maksimalnya mutu dan keselamatan pasien.

            Revolusi 4.0 adalah kurun waktu yang datang mendesak rumah sakit memeluk performance yang dimiliki saat ini dan target waktu untuk memenuhi ambisi baru perencanaan dan tujuan yang ingin dicapai, tidak sekedar optimistik tetapi meyakinkan. Saatnya sekarang adalah memimpin di depan terhadap perubahan sistem ekonomi yaitu keberhasilan produksi pelayanan, sebagai kondisi yang memiliki dan momentum kemanfaatan sosial.

          Revolusi 4.0 menjadi ajang transformasi teknologi efisien terkait dengan produksi dan efisiensi, bergerak dalam jejak digital dengan mendayagunakan interaksi partisipatif sebagai ‘ikon’utama. Proses ini merupakan jalan untuk menjembatani pola instruktif dan struktural yang dijalani selama ini dengan pemerintah sebagai penentu kebijakan, namun dalam konteks pembangunan berkesinambungan interaksi diantara pemerintah dengan sektor bisnis dan privat dan bisnis berada dalam mitra yang seimbang. Potensi ini akan mengubah peta distribusi kekayaan dan teknologi sebagai buku putih pendekatan pragmatis, namun nilai wawasan ke depan dengan menyeimbangkan kesejahteraan lingkungan dan daya saing bisnis. Pola ini menjadi kekuatan inti pembangunan berkelanjutan, terbentuknya kultur dan nilai ekonomis yang menguatkan transformasi teknologi digital merambah kepada pelayanan masyarakat.

            Konsep production house – teknologi digital – energi pelayanan (PTE) jika menyimak uraian diatas, menjadi tantangan dan peluang rumah sakit rujukan merumuskan sistem dan potensinya menuju gerak rumah sakit berbasis pemberdayaan teknologi digital, sebagai elemen dasar untuk merubah perspektif tradisional rumah sakit menuju era tercapainya optimalisasi pelayanan. Rumah Sakit Rujukan sudah saatnya memulai orientasi profesional berbasiskan nilai objektif. Pendekatan profesionalitas merupakan asas tertinggi yang tidak dapat dikompresi secara struktrual. Pendayagunaan PTE menjadi satu tali kebijakan yang berkelindan melalui pemilihan tim ahli yang memiliki kompetensi mengintegrasikan sistem digital rumah sakit dengan teknologi informasi yang tepat mencakup akses pelayanan komprehensif.

Sampai saat ini, belum ada keseragaman sistem teknologi informasi, lebih khusus sistem rekam medik dan networking mengikuti pola yang terstandarisasi, mengingat memiliki variabilitas yang lebar. Misalnya sistem informasi teknologi di laboratorium memiliki standarisasi tersendiri (CLSBI) dan berbeda dengan di ICU. Laboratorium memerlukan perangkat teknologi untuk menguatkan diagnostik dan SDM yang mumpuni, sedangkan ICU memerlukan perangkat teknologi dengan SDM selain mengoperasionalkannya, berkemampuan membangun interaksi komunikatif intens dalam keseharian dengan tenaga medis dan paramedis (teamwork) yang merawat dengan tujuan hasil yang maksimal dalam tataran keselamatan pasien. Konsep PTE merupakan tantangan dan peluang rumah sakit rujukan jika ingin bergerak maju, jika stagnan tentu akan digilas oleh gerak sejarah pelayanan. Konstruksi yang dibijaki dan dikembangkan adalah melihat production house sebagai organ tubuh yang perlu asupan energi dan pemeliharaan vitamin secara berkala. Sirkulasi tubuh dan oksigenisasi yang bergerak, menjadi tumpuan sejauh mana digital optimasi organ penting (jantung, paru, hati dan ginjal) memompa kesinambungan kinerja hidup. Kekuatan ini akan berdimensi kepada suatu energi pelayanan yang bergerak sebagai bola salju, mengingat SDM dan sistem kerjanya sudah menjadi kultur pelayanan.

Rumah Sakit Rujukan dan Kerangka Keberlanjutan

            Keberlanjutan rumah sakit ditentukan oleh komitmen bersama ideologi dan spirit membangun rumah sakit menjejak dari tingkat pimpinan sampai dengan petugas lapisan bawah. Tali-temali yang kuat dan terajut menjadi nilai ukur keberhasilan untuk membangun kesinambungan. Perlu dipahami, kesinambungan bukanlah suatu sistem yang mapan atau berada zona aman, namun suatu sistem climbing untuk dalam periodik waktu tertentu keluar dari zona aman untuk evaluasi, monitoring sistem yang sudah berjalan, dan melakukan analisis objektif mengembangkan konsep baru bahkan alternatif yang berkemampuan menembus sekat struktural.

         Kerangka kerja keberlanjutan (framework) bertujuan untuk mengukur data kuantitatif dan kualitatif sistem kerja kekuatan organisasi rumah sakit sebagai production house menerapkan pengembangan sistematika pelayanannya melalui tahap setiap akreditasi. Tahap akreditasi yang dijalani (nasional dan internasional) akan menampilkan suatu kerangka perubahan orientasi menuju lebih baik atau mengalami stagnasi bahkan tereduksi. Kerangka kerja memuat kemampuan dalam mengidentifikasi dampak terukur keberhasilan dan kritisi pelayanan yang terjadi selama ini, berdasarkan parameter yang dapat memvisualisasikan nilai strategis kebijakan pimpinan apakah sudah bersinergi dengan spirit inovasi yang dibangun oleh akar rumput sebagai asas kemanfaatan.

            Di era 4.0 ini tidak dapat dinafikkan perlu pembelajaran dengan upaya kuat terhadap formulasi kerangka kerja ke depannya. Tidak semata dengan pola instruktif dan menjadi keputusan yang harus dilaksanakan setiap elemen rumah sakit dibawahnya. Diperlukan suatu proses dan kultur yang memberikan reward terhadap setiap karya maupun inovasi konsep pelayanan yang diajukan petugas, sebagai visualisasi yang mengandung nilai futuristik. Kemampuan dan kejelian pimpinan rumah sakit melihat peluang ini akan mengangkatnya sebagai nilai strategis keberlanjutan rumah sakit untuk tidak hanya dalam konteks bisnis, namun mengembangkan suatu model kompetitif yang memiliki kekuatan tawar menawar, gesit dan didukung oleh metodologi yang dirancang dengan intervensi teknologi berbeda sebagai suatu nilai (value).

            Kerangka kerja dalam konteks berkelanjutan merupakan tantangan bagi rumah sakit yang sudah mapan mempertaruhkan pendekatan nilai yang selama ini dimiliki untuk memperluas potensi unggulannya dengan indikator yang tertinggi. Proses ini merupakan suatu transformasi melihat peluang peran rumah sakit yang lebih luas bahkan khusus, tidak hanya aspek pelayanan, namun merambah kepada pemanfaatan teknologi diagnostik dan jejaring digital pelayanan, berintegrasi dengan komunitas masyarakat yang membutuhkan. Kompleksitas penyakit yang datang sebagai rujukan harus dianggap sebagai pola yang dapat menjadi nilai solusi melalui kekuatan untuk bertransformasi. Pola ini dapat berkembang kepada tiga nilai pokok keberlanjutan yaitu ekonomi, lingkungan dan sosial serta potensi risk assessment dalam evaluasi dan monitoring selanjutnya.

            Kerangka kerja untuk melihat mutu dari keberlanjutan Rumah Sakit Rujukan adalah pemberdayaan digital pelayanan sebagai bagian teknologi kesehatan yang diharapkan memberikan dampak terhadap fisik dan biologik pelayanan. Kerangka ini mengintegrasikan kekhasan kepentingan lingkungan dan masyarakat. Kerangka kerja memilik tujuan yaitu ;1) Mengukur nilai total dari penerapan pengembangan sistem dan produk pelayanan dan ;2) Mengidentifikasi sumber dampak program keberlanjutan berdasarkan indikator yang mendasarinya. Perwujudan kedua aspek yang diuraikan diatas, tim ahli rumah sakit terhadap tercapainya target PTE memerlukan empat langkah utama yaitu ;1) Verifikasi nilai yang digunakan dalam kerangka kerja PTE;2) Peninjauan literatur yang komprehensif untuk mengidentifikasi indikator yang dapat menangkap dampak sosial dan ekonomi dari pelayanan yang tereduksi. Salah satunya misalnya, ketidaksesuaian diantara pembiayaan berbasiskan clinical pathway dengan klaim yang dibayarkan.;3) Penilaian indikator program keberlanjutan secara terinci dan metodologi yang dikembangkan melibatkan kelompok ahli yang memahami pemberdayaan visi dan disain organisasi, berdimensi multisintesa dan multisolusi terhadap kendala jangka pendek. Berdasarkan nilai capaian indikator sebelumnya, disusun nilai-nilai indikator baru yang bernilai futuristik;4) Pembuatan kerangka kerja alternatif yang berkemampuan memetakan dampak potensial PTE yang mengikuti perkembangan dan proses revolusi 4.0.

            Mengkaji kerangka keberlanjutan rumah sakit rujukan, kekuatan identifikasi, monitoring, integrasi dan memetakan masalah menjadi acuan utama keberadaan tim ahli yang berkemampuan menerapkan metodologi secara tepat, didukung oleh studi literatur keilmuan terupdate untuk menajamkan program PTE di rumah sakit.

Rumah Sakit Rujukan: Struktur Inovasi dan Efek Keberlanjutan

        Rumah Sakit Rujukan menguak peran berbasiskan kepada penguatan organisasi. Organisasi rumah sakit sebagai organ yang bertanggung jawab mewujudkan pengejewantahan struktur padat modal, padat karya dan padat teknologi dalam integrasi pelayanan komprehensif. Struktur padat modal adalah kekuatan cadangan ‘devisa’ rumah sakit baik dalam bentuk dana cadangan, dana pembiayaan dan dana operasional mengacu kepada transparansi keuangan. Nilai (value) struktur ini berpusat kepada potensi ekonomi sebagai nilai manfaat yang berdampak keberlanjutan yang melibatkan lingkungan dan masyarakat. Struktur ini dimodifikasi sebagai nilai transformasi yang memfokuskan kepada migrasi pemberdayaan keuangan (industri rumah sakit) dan migrasi pemberdayaan marketing (pelanggan, masyarakat, tenaga kerja, lingkungan). Struktur padat modal berorientasi kepada percepatan produksi berkelanjutan (investasi bangunan dan peralatan), jika prosesnya mengalami modifikasi sesuai dengan kendala dan potensi yang didapatkan di lapangan, memberikan nilai solusi terhadap dampak negatif potensial yang muncul.

            Struktur padat modal rumah sakit diera 4.0 menjejak efek digital terkait dengan keseimbangan input – output pembiayaan dikaitkan dengan nilai ekonomis yang didapat. Dua aspek yang perlu menjadi perhatian;1) Peningkatan layanan unggulan diharapkan menghasilkan laba operasi dengan premi yang tinggi;2) Efisiensi biaya baik langsung (biaya input atau tenaga kerja) dan biaya tidak langsung (utilitas dan peralatan);3) Migrasi nilai laba operasi yang didapat dari layanan unggulan dikonversi kepada pembentukan lembaga pendidikan rumah sakit yang tangguh (medical education center) dan lembaga riset rumah sakit yang kuat (medical research center);4) Peningkatan pendapatan dari pemberdayaan kapasitas teknologi dengan melakukan suatu sistem sharing dan optimasi peralatan berdasarkan tingkat guna yang tepat dalam efisiensi pelayanan;5) Monitoring dan evaluasi secara tersistem dan berkala terhadap tingkat kerugian dan inefisiensi yang didapat, dengan mengurai secara teliti nilai modal kerja dan investasi, terkait dengan dampak rumah sakit rujukan dalam mengembangkan PTE.

            Struktur padat karya adalah kekuatan pilar pemberdayaan SDM dalam menyuarakan potensi koeksistensi kompetensi dan asertif. Koeksistensi kompetensi adalah kapasitas kemampuan SDM yang dapat menjadi penggerak dalam transformasi strategi kebijakan rumah sakit terpeliharanya program PTE. SDM yang bergerak dan berkembang dengan pola asertif adalah SDM yang berfokus kepada kompetensi sebagai nilai ekonomis yang memiliki fungsi strategis tujuan jangka panjang, misalnya pelayanan unggulan bernilai ekonomis menghasilkan suatu produksi berkualitas  (quality production) berupa keuntungan finansial beriringan dengan mutu dan keselamatan pasien. Koeksitensi kompetitif dan pola asertif merupakan dua gelang yang saling bertaut dan saling mempengaruhi. Bagaimana menjaga untuk tetap konsisten? Perlu langkah dan gerak strategis memanfaatkan perkembangan teknologi (teknologi digital) yang berdampak terciptanya layanan inovasi baru.

Struktur padat teknologi merupakan pendayagunaan teknologi berdimensi spirit inovasi. Inovasi menurut Rhenald Kasali (2018) adalah rentang bagaimana kita membuat ide-ide baru yang bermanfaat. Terdapat dua kata kunci yaitu ide baru dan bermanfaat. Jika idenya baru, tetapi tidak bermanfaat, itu bukan inovasi. Setiap inovasi biasanya selalu mengandung sesuatu yang baru, berupa ide-ide baru, cara-cara baru atau produk baru yang belum diketahui sebelumnya.

Beberapa ciri inovasi diantaranya;1) Disruptif yang berorientasi kepada perubahan;2) Khas dan spesifik. Ciri semacam ini biasanya tidak atau belum ada ide, cara, atau produk yang terdahulu. Salah satu contoh yang dikemukakan ketergantungan memiliki ponsel dengan power bank. Jika tidak ada power bank, saat membawa ponsel terasa tidak sempurna. Hal yang sama dengan kebutuhan pelayanan intensif di rumah sakit rujukan misalnya, jika ICU penuh perlu dicarikan alternatif memperbanyak fasilitas HCU di beberapa unit pelayanan. Prinsipnya RS Rujukan dalam kurun waktu kedepan memiliki suatu perencanaan manajemen ‘khas dan spesifik’ apa yang perlu dipersiapkan, sehingga ketergantungan durasi waktu di UGD tidak terlalu lama. Salah satu contoh misalnya kecenderungan meningkatnya kasus stroke kurun waktu lima tahun kedepan, sejak dini disiapkan peningkatan kemampuan PTE dari unit stroke yang sudah ada;3) Tujuan tertentu. Rumah Sakit Rujukan dalam menerapkan PTE harus memiliki tujuan tertentu, tidak semata kebutuhan sesaat. Tujuan tertentu tersebut bermakna kepada pendayagunaan teknologi untuk mempermudah akses diagnostik dan pelayanan. Salah satu contoh adalah ketika terjadi letusan gunung berapi di Bali, Oktober 2017, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menggunakan pesawat drone untuk memantau aktivitas vuilkanik langsung dari kawah Gunung Agung. Tujuan pemberdayaan PTE disini dapat berupa sistem jaringan terpadu pasien dari anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium dan penunjang diagnostik, aspek terapeutik, prognostik dan prediksi outcome dari pasien.

Sistem digital ini merupakan salah satu contoh yang dapat dikembangkan, misalnya digitalitasi pemantauan tindakan operasi ataupun skrining tertentu penilaian resiko golongan khusus (immunocompromised) untuk menjalani tindakan operasi. Perencanaan merupakan rangkaian penting, yaitu suatu rancangan untuk melihat alternatif teknologi terhadap kebuntuan tindakan diagnostik dan pelayanan yang dijalankan. Salah satu contoh adalah perencanaan energi alternatif terhadap kondisi cadangan migas yang menurun, atau mobil listrik untuk menggantikan mobil yang menggunakan energi bensin. Inovasi ini merupakan tantangan rumah sakit rujukan mewujudkan lembaga risetnya berorientasi kepada alternatif PTE yang dapat diberdayakan. Untuk menghadapi hal tersebut, tidak sekedar dibutuhkan inisiatif dari satu rumah sakit, namun membutuhkan suatu korporasi untuk bekerjasama dan berkolaborasi mewujudkan perencanaan yang handal untuk kurun waktu masa depan, didukung oleh pendanaan yang kuat, sehingga memiliki ketangguhan menghadapi kondisi yang sulit.

Rumah Sakit Rujukan dan Perspektif Valuable Assets

            Sepertinya tidak mudah ya…memberikan label bahwa rumah sakit rujukan merupakan aset penting dan bernilai (valuable assets). Secara dinamika, proses perjuangan memajukan rumah sakit adalah suatu ajang dan pertarungan yang panjang. Interaksi kebijakan menghadapi berbagai tantangan faktual di lapangan, membutuhkan energi dan effort learning by doing untuk membenahi kendala menjadi solusi bersama akselerasi pelayanan yang optimal. Rumah Sakit Rujukan sebagai suatu aset kadangkala menjadi faktor yang dilupakan oleh penghuninya, sebab bangunan fisik yang telah lama kokoh (historis) dianggap sudah menjadi gambaran kekuatan sistem yang sudah berjalan komprehensif. Satu hal yang perlu menjadi perhatian adalah generasi demi generasi mengisi rumah sakit tersebut membawa visi dan misi berbeda, dalam fokus tertentu akan bertaut dengan cara pandang, cara kerja dan cara tindak yang mungkin memiliki nuansa tersendiri. Menjadi penting pendiri ataupun tokoh panutan berdirinya rumah sakit, sejak awal sudah menanamkan ‘filosofi – ideologi pelayanan’ rumah sakit sebagai nilai dan kultur berkesinambungan perjuangan visi dan misi rumah sakit.

            Perspektif valuable assets sesungguhnya menciptakan kedayaan rasa memiliki yang kuat (self being) setiap unit, komponen dan SDM bergerak dengan potensi terbaiknya untuk memajukan perusahaan. Rumah Sakit Rujukan dalam kerangka ‘high tech dan high human resources’ mengedepankan kapasitas untuk menjaga tangan-tangan potensial tersebut bergerak mengisi ruang pelayanan dengan nilai terbaiknya. Memelihara kesinambungan merupakan pekerjaan rumah yang tidak mudah. Renald Khasali dalam bukunya Self Disruption (2018) mengungkapkan sebagai strategi kuda troya yang diinspirasi oleh kemampuan pasukan Yunani menembus pasukan troya.

Strategi ini mengkombinasikan inovasi dan sumber daya manusia. Konsep ini mendasari bahwa rumah sakit rujukan dalam mengelola secara istiqomah memerlukan suatu strategi kebijakan inovasi, SDM yang handal dan kontrol yang terukur. Bagaimana konsep ini berjalan? Memerlukan komitmen yang kuat pimpinan, bahwa setiap lini petugas kesehatan adalah valuable assets yang akan terus mengalir membasahi ranah pelayanan berimbas kultur dan optimasi mutu yang baik. Nilai ini menjadi titik tolak saat rumah sakit menjalani masa sulit, langkah yang dilakukan dengan melalukan strategi efisiensi yang memungkinkan efektifitas pelayanan tetap berjalan baik.

            Lebih jauh dikemukakan dikemukakan dalam buku tersebut untuk mempertahankan valuable asset suatu perusahaan diperlukan perwujudan konsep IMORE (Integrity, Meritocracy, Openess, Respect dan Excellence).

         Integrity menunjukkan kapasitas leadership kompetensi yang dituangkan dalam bentuk pemahaman kuat melihat perspektif kekuatan moral sebagai ranah utama untuk mengelola organisasi rumah sakit rujukan. Integritas merupakan suatu keterpaduan keilmuan dan moral yang bermuara kepada terbentuknya kemampuan menjunjung tinggi kejujuran, kebenaran dan keadilan. Perspektif yang dikembangkan adalah nilai-nilai bergerak tiga dimensi yaitu kultur dan berdampak kepada terintegrasinya kinerja rumah sakit.

            Meritrocacy adalah suatu komitmen dan political will yang kuat setiap unsur pimpinan rumah sakit untuk menerapkan sistem rekruitmen, seleksi dan penjengjangan karir yang bersistem dan ber output seleksi yang alamiah berbukti karya, dengan harapkan akan tercipta suatu penjejangan karir yang optimal dan berbasiskan dengan keahlian yang dimiliki. Seseorang menempati pekerjaannya dalam kondisi dan nuansa birokrasi yang mendukung setiap gerak dan inovasi kinerjanya.

            Openess mengungkap kekuatan aura lingkungan rumah sakit terbukanya suasana interaksi yang kondusif di setiap elemen pelayanan yaitu interaksi fungsional pelayan kesehatan dengan pasien, termasuk berjalannya alur pelayanan yang cepat dan tepat. Openess menjadi mata hati dan mata kalbu yang selalu memancarkan warna pelayanan rumah sakit keseharian, bercahaya atau selalu ada warna muram temaram.

            Respect adalah kekuatan hati rumah sakit menerapkan budaya ramah pelayanan di setiap sudut rumah sakit. Sebenarnya respect tidaklah sesederhana itu, misalnya peran unit customer service dalam supervisi, monitoring bahkan mengelola suatu complain dari pasien. Respect menjadi ajang tali silaturahmi menjejak ruang-ruang pelayanan berdimensi ketenangan dan keyakinan pasien untuk mendapatkan pelayanan terbaik.

            Excellence adalah kekuatan gelombang perubahan yang senantiasa didengungkan sebagai ide, informasi dan kultur di rumah sakit rujukan. Excellence menguak kemampuan manajemen rumah sakit untuk senantiasa mempertahankan jiwa petarung menghadapi setiap problematika yang dihadapi. Kekuatan ini selalu mengusik nurani langkah kerja setiap hari dengan jejak yang berbeda, melihat dimensi perubahan tidak pada satu sisi namun multi sisi. Excellence adalah menafikan setiap strata ideologi dan menjujung profesionalitas sebagai kekuatan universal yang bergerak di lingkup rahmatan lil alamin. Excellence membuka sekat yang luas setiap potensi yang terkubur setiap SDM di rumah sakit untuk keluar dan menyinari nilai-nilai perubahan. Excellence adalah kotak terbuka SDM bersikap tangguh dan pantang menyerah mengajukan konsep terbaiknya untuk memajukan rumah sakit, walaupun belum dilirik oleh pimpinan. Ketangguhan tersebut akan membuka jalannya sendiri untuk membuka fase baru perjuangan jati diri rumah sakit dengan gelombang revolusi 4.0

Rumah Sakit Rujukan dalam Era Transformasi Digital

           Transformasi digital saat ini menjadi era yang bergerak massif. Transformasi tersebut menyentuh berbagai dimensi layanan masyarakat. Prinsipnya terbangunnya suatu integrasi digital berkemampuan secara cerdas yang berkoneksi dengan berbagai strata dan elemen komunikasi.

            Rumah Sakit Rujukan merupakan salah satu yang akan berkembang menunju era tersebut. Fokus rujukan menangani kompleksitas penyakit menjadi tataran dasar untuk mengembangkan sistem digital. Sistem digital akan menyederhanaikan alur konsultasi pasien baik melalui jalur unit gawat darurat, rawat jalan dan rawat inap. Dampaknya, diharapkan diagnosis penyakit menjadi lebih tepat dan terapi akan memiliki spesifik personalized medicine, tanpa meningkatkan biaya pengobatan. Rumah Sakit akan melakukan suatu diversifikasi perawatannya sesuai dengan karakteristik dan layanan unggulan yang ditonjolkan. Unit perawatan darurat rumah sakit akan berkembang menjadi penyedia perawatan khusus yang cerdas dan memiliki teknologi yang diintegrasikan ke jalur perawatan secara keseluruhan. Pola pelayanan rawat jalan akan bergeser kearah konsep telemedicine.

            Rumah Sakit Rujukan menghadapi tantangan teknologi digital secara terus menerus adakan dituntut untuk menyediakan alur kerja berkualitas dan efisien. Skenario yang direncanakan berbasis nilai dan metodologi berkelanjutan. Perangkat canggih pendataan dengan teknologi internet Internet of Things (IoT) dan kecerdasan buatan (AI) merupakan langkah perawatan di rumah sakit yang harus dimonitor secara ketat melalui suatu evaluasi dan impelementasi terintegrasi.

            Internet of Things (IoT) sebagai sarana sistem integrasi networking akan membangun nuansa spirit dan inovasi berbasiskan data dan efektifivas pelayanan. Pelayanan akan berkutub kepada layanan enterprise dan solutif dengan mengedepankan pengembangan rumah sakit yang memilki skenario perawatan berbasis nilai dengan metodologi berkelanjutan berbasis bukti (evidence base). Bertitik tolak dari konsep ini, setiap layanan unggulan dan canggih hendaknya sudah mengikuti tahapan-tahapan penelitian, dengan mutu dan keselamatan pasien tetap terjaga. Perencanaan, pemberdayaan dan restrukturisasi pelayanan spesialisasi terintegrasi secara digital yang berjalan tersistem ini harus didukung oleh interaksi sosial yang dibangun dalam keseharian dengan pasien. Pendekatan proaktif dengan melibatkan pasien dan keluarganya menjadi salah satu unsur penting dalam mengelola kesehatan dan memfasilitas kesejahteraannya menuju kualitas yang lebih baik.

           Menurut Roland Berger model digital pelayanan kesehatan mengikuti beberapa kaidah yaitu;1)Laboratorium menyediakan layanan diagnostik dan pendamping diagnostik jika diperlukan;2) Dokter melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik yang tepat, menggunakan layanan diagnostik sebagai bentuk partisipasi aktif memberikan pengobatan dan berbagi data untuk monitoring dan evaluasi.;3) Farmasi mengembangkan sistem kerja terintegrasi data informasi, termasuk penyediaan obat-obatan yang diperlukan (inovatif) untuk kasus-kasus khusus;4) Badan Penasihat Rumah Sakit menggunakan dan mendayagunakan data digital kesehatan sebagai sarana intenalisasi dan eksternalisasi pengembangan rumah sakit. Pengumpulan data yang dilakukan menjadi mata kedepan untuk menyarankan alat diagnostik baru, optimalisasi pelayanan yang sudah dijalankan dan memberikan saran untuk kesejahteraan petugas kesehatan baik kompetensi keilmuan dan penghasilannya;5) Bidang Informasi dan Pengolahan Data memiliki peran penting dalam sinergitas data pelayanan yang didapat disetiap periodik waktu, sebagai suatu data analisis untuk pengembangan rumah sakit tahap berikutnya. Bidang ini bertanggung jawab mengekstraksi informasi menjadi data besar yang bermakna memuat perangkat diagnostik, perawatan termasuk monitoring dan evaluasi terhadap setiap kendala dan complain keseharian pelayanan. Peran ini menjadi data akurat yang dibutuhkan oleh Pimpinan Rumah Sakit dan Komite Medik dalam pengambilan keputusan terhadap peningkatan kinerja rumah sakit.

Hal ini dapat dilihat dari gambar berikut :

                                                                          dikutip dari Roland Berger (2015)

            Standar Health 4.0 mencakup otomatisasi dan pertukaran data dalam bentuk teknologi internet dan disain berbasis database dan konten. Layanan kesehatan yang dikembangkan mengandung efek virtualisasi, perluasan potensi dan proses baru, berhubungan dengan perawatan pasien. Perangkat pelayanan diharapkan memvirtualisasikan berbagai tingkat perawatan, interkoneksi perangkat berorientasi keapda Personalized Medicine. Salah satu perangkat yang dapat dikembangkan adalah Health 4.0 Cyber-Physical System (HCPS) dengan perangkat computer, alat komunikasi, penyimpanan data, biosensor dan bioaktuator. Paradigma HCPS berkemampuan mengamati proses dan kondisi realitas, misalnya penggunaan biosensor untuk pasien bedah sebelum, saat pembedahan dan setelah pembedahan. Biosensor memiliki perangkat untuk mendeteksi pasien-pasien kritis dan mengirimkan sinyal kepada unit pengambilan keputusan (UPK). UPK selanjutnya akan menelusuri riwayat perjalanan klinis pasien dan protokol yang digunakan. Sedangkan bioaktuator berperan dalam menyelesaikan intervensi yang dilakukan dan strategi yang perlu disebarkan dalam konteks Personalized Medicine. Teknologi layanan berbasis HCPS membutuhkan langka seksama dan bertahap dalam proses kebijakannya. Inventarisasi dari multi disiplin, perangkat hukum, multimedia dan sistem komunikasi yang dikembangkan dan integritas keahlian profesional, menjadi catatan penting yang perlu direncanakan dengan baik terkait dengan ketelitian dalam protokol pengambilan keputusan yang tepat.

          Mengkaji uraian diatas, setidaknya kita memiliki gambaran sistematika teknologi digital di rumah sakit rujukan memerlukan suatu pemahaman mendasar terhadap apa dan bagaimana selanjutnya rumah sakit berdayaguna dengan perangkat digitalisasinya. Peralatan teknologi yang canggih tidak selalu memberikan kontribusi yang lebih baik, selama kesiapan organisasi, SDM dan networking tidak dibenahi sejak dini. Namun dari gambaran diatas memberikan perspektif, suatu waktu rumah sakit rujukan akan menuju kesana.

Kesimpulan

            Rumah Sakit Rujukan dalam Tipologi Revolusi Industri 4.0 adalah suatu tantangan global sekaligus beban nasional untuk menguatkan dirinya dalam kancah gerak kemajuan rumah sakit yang terus bertransformasi teknologi digital. Kesiapan organisasi, SDM dan networking merupakan standar utama terwujudnya peran rumah sakit rujukan yang ramah terhadap perubahan. Perubahan tersebut berdimensi dinamis dalam fleksibilitas rumah sakit rujukan, berinovasi mengembangkan fungsi Production House, Teknologi Digital dan Energi Pelayanan (PTE).

Dr.dr. Soroy Lardo, SpPD FINASIM. Kepala Divisi/Sub SMF Tropik Infeksi Departemen Penyakit Dalam RSPAD Gatot Soebroto. Doktor Lulusan Universitas Gadjah Mada.

Rujukan

White Paper Driving the Sustainability of Production Systems with Fourth Industrial Revolution Innovation. World Economic Forum (WEF)

Khasali R.Self Disruption Bagaimana Perusahan Keluar dari Perangkap Masa Lalu dan Mendisrupsi Dirinya Menjadi Perusahaan yang Sehat, PT Mizan 2018.

Digitalitation of Health Care. Asian Hospital& Healthcare Management. 2019

Monteiro ACB, Franca RP, Estrela VV, Iano Y, Khelassi A, Razmjooy. Health 4.0 as Application of Industry 4.0 in Healthcare Sevices and Management. Medical Technologies Journal, Volume: 2, Issue: 4, January-March 2018, Pages: 262-276.

Morris Hosseini, Roland Berger. What will the future look like under Industry 4.0 and digital transformation in the healthcare space?.Stuttgart, April 21st,  2015

Bagikan

Leave A Comment

Recommended Posts

The Relationship Between COVID-19 History and Arterial Vascular Elasticity Measured Using Accelerated Photoplethysmograph Analyzer in Medical Students

Soroy Lardo

Tasya Zuhriya Putri, Nurfitri Bustamam*, Tri Faranita, Agneta Irmarahayu Faculty of Medicine, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, Indonesia. *Corresponding Author: Nurfitri Bustamam, MD. Faculty of Medicine, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta – Fatmawati General Hospital. Jl. RS Fatmawati, Pondok Labu, Jakarta 12450, […]

Bagikan
Translate »