Salah satu guru kami mengungkapkan, menghadapi kehidupan itu harus dengan ‘fight’. Setiap tantangan kehidupan harus dihadapi dengan ketajaman potensi diri yang kuat. Istilah kerennya terbangunnya integrasi kompetensi kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai peluru yang dapat menembus ketahanan musuh.

Bagaimana mencerai berai kekuatan musuh ya…itu kita perlu berlatih dan berlatih, meningkatkan (upgrade) keilmuan secara kontinu dan satu lagi ….jangan lupa ilmu padi, kerendahan hati bahwa kita adalah mahlukNya yang sangat tergantung dengan kekuatan Asmaul Husna yang dimilikinya. Konsistensi (istiqomah) menghadapi kondisi tersebut, Insya Allah kita akan masuk dalam katagori pasukan khusus keilmuan untuk bijak dalam menghadapi tantangan hidup.

Salah satu guru kami dibidang Tropik Infeksi (yang sangat kami hormati) mengungkapkan, menghadapi serangan pasukan kuman infeksi kitapun harus ‘fight’ dan tidak mengenal kata menyerah. Menghadapi infeksi itu sebenarnya menghadapi tiga hal penting. (1) Kekuatan virulensi kuman yang dapat kita kalahkan salah satunya dengan antibiotik yang adekuat dan appropiate. (2) Kondisi host pasien, yang ini sedikit rumit, terkait dengan sistem daya tahan tubuh yang harus dikelola dengan baik. (3) Kondisi komorbid pasien (DM, keganasan, Usia lanjut) yang sebenarnya dapat ditangani dengan tepat dengan kontrol faktor inflamasinya.

Kekuatan fight melawan infeksi ini, perlu belajar antibiotik yang tepat yang pada tingkat tertentu menjadi otoritas konsultan penyakit tropik infeksi. Namun perspektif yang perlu dibangun adalah beratnya infeksi harus dihadapi dengan kerendahan hati terhadap Rahman dan Rahim dari ilmuNya

Kesimpulan : Kompetensi fight terhadap kehidupan memerlukan integrasi potensi diri yang kuat. Kompetensi fight terhadap infeksi memerlukan kompetensi memberikan antibiotik yang tepat dengan keilmuan kompetensi tropik infeksi

Demikian sharing ke 9, Bijak Antibiotik – Bijak Kehidupan……

Bagikan
Translate »