oleh :

Soroy Lardo   

            Energi terbarukan dan Investasi kesehatan bangsa, sepertinya terminologi yang tidak biasa, seolah pembangunan kesehatan merupakan problematika yang dapat diselesaikan oleh dua perspektif : teknologi dan investasi ekonomi. Terminologi ini merupakan suatu ide yang berpijak  kepada konsep kebijakan kesehatan negara kita, memerlukan suatu pemikiran berkelanjutan dan nafas segar untuk membumikan pembangunan kesehatan, berkemampuan meniti setiap jejak digital masyarakat, sampai dengan pelosok negeri.

            Energi terbarukan dan Investasi kesehatan bangsa, dianalogikan sebagai peluru dalam selubung senapan, memancarkan energinya dalam hitungan detik, melesat menuju sasaran target. Sasaran target tersebut adalah tujuan pembangunan kesehatan yang ingin dicapai, transformasi kesehatan yang memberikan spirit, dan inovasi berbasiskan teknologi baru. Proses ini tentu tidaklah mudah, memerlukan suatu pembelajaran yang panjang, dengan penempaan proses kematangan yang disebut dengan transisi energi. Transisi energi akan menjadi penopang kuat kapasitas dan ketahanan bangsa melalui jejaring potensial partisipasi masyarakat.

            Masih ingat percepatan pembangunan kesehatan saat orde baru ? Tentunya meninggalkan jejak sejarah tersendiri. Kita tidak menafikan gerak kesehatan masyarakat sedemikian solidnya, menyatu dengan partisipasi posyandu sebagai titik tumpu di setiap desa. Saat itu, imunisasi, gizi dan sanitasi lingkungan merupakan ‘ikon’ yang harus ditangani secara bersama, sebab bangsa kita yang sedang growth dan development, membutuhkan pondasi kuat membangun generasi bangsa yang lebih sehat dan berkualitas. Imunisasi menguatkan ketahanan tubuh, gizi menguatkan metabolisme tubuh dan sanitasi lingkungan menjadi ruang untuk berdayanya tumbuh-kembang generasi yang berkemampuan untuk berdaulat, dan mandiri untuk bangsanya.

            Saat ini di era digital, pencapaian target pembangunan kesehatan tidaklah sesederhana ayunan perahu yang bergerak di tengah lautan. Perlu suatu pembelajaran yang ‘istiqomah’, mengalir melalui titik-titik tumpu kesulitan, sebagai pematangan transisi energi. Transisi energi memuat kandungan enzim, elektron, biokimia yang saling mengkombinasikan peluru-peluru energi, untuk mencapai hal tersebut, memerlukan penguatan perencanaan dan digitalisasi jejaring yang terstruktur dan partisipatif.

            Perencanaan dan digitalisasi jejaring pembangunan kesehatan membutuhkan energi untuk menopang kapasitas dan potensinya, sebagai pintu gerbang untuk mengisi dimensi kesehatan dalam tatanan ketahanan nasional. Energi yang diharapkan adalah, suatu kandungan peradaban (kebijakan ) dan  kultural (budaya hidup sehat) sebagai suatu momentum peradaban dan kultural yang menuangkan bagian-bagiannya  (perilaku dan kualitas hidup sehat), mengkristal sebagai bola kekuatan yang memiliki fungsi multidimensional, dan secara praktis berwujud  diversifikasi komponen akselerasi sinergitas birokrasi dan partisipasi masyarakat,  untuk menjembatani tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang berkualitas. Terdapat dua energi yang perlu di jaga kesinambungannya, yaitu energi kinetik dan energi potensial untuk kesehatan bangsa.

Energi Kinetik Kesehatan Bangsa

            Energi kinetik kesehatan bangsa adalah potensi gerak kesehatan bangsa yang menyandingkan pertumbuhan ekonomi disatu sisi dan ekologi disisi lain. Kedua mazhab tersebut akan terus berjabat erat saling merangkul, menjembatani nilai ekonomi sebagai penopang  tumbuh kembang pembangunan kesehatan yang terukur, dan nilai lingkungan sebagai penjaga kelestarian kesehatan preventif. Keseimbangan kedua aspek tersebut merupakan energi kinetik dalam menentukan visi dan misi kesehatan bangsa kedepan. Melalui nilai ekonomi, dapat memfasilitasi pendidikan karakter kesehatan bangsa, dimana setiap komponen masyarakat memiliki kapasitas dan kapabilitas mengembangkan tumbuh kembang kualitas hidup sehat sejak dini. Pendidikan gizi masyarakat salah satunya, menjadi alat kendali mutu terbentuknya generasi yang memiliki potensi keilmuan dan intelektualitas. Diharapkan, salah satu dampak dari program ini adalah, berkurangnya angka stunting yang sudah dimonitor sejak lahir.

            Kekuatan gerak kinetik dari aspek nilai lingkungan adalah suatu pertumbuhan ekologi yang bertumpu kepada terjaganya sanitasi dan  kesehatan lingkungan menjadi tombak prevensi kesehatan, yang tidak sekedar suatu program sesaat. Program berkesinambungan ini, memiliki daya dukung mengawal kinetik nilai ekonomi dengan memprioritaskan pencegahan penyakit sebagai garda terdepan, namun memiliki efek dalam mereduksi berkembangnya penyakit infeksi dari suatu outbreak dan penyakit degeneratif terhadap disabilitas kinerja kesehatan bangsa.

            Pola yang dikembangkan dari nilai ekonomi dan nilai lingkungan adalah terbangunnya energi terbarukan berupa karakter yang kokoh dari masyarakat peduli membangun kesehatan yang lebih baik. Menurut Lickona karakter energi bangsa terdiri dari :  (1) Moral Knowing yang terdiri dari : Moral awareness, Knowing moral values, Perspective taking, Moral reasoning, Decision making dan self knowledge. (2) Moral Feeling yang terdiri dari : Conscience, Self esteem, Emphaty, Loving the good, Self control, Humility. (3) Moral Action yang terdiri dari : Competence, Will dan Habit. (Dikutip dari Riant Nugroho: Kebijakan Membangun Karakter Bangsa, Gramedia, 2018. hal 60)

Energi Potensial Kesehatan Bangsa

            Energi potensial kesehatan menapak kepada sejarah perjuangan bangsa dengan mengandalkan daya tahan dan daya juang sebagai kekuatan energi, diplomasi dan intelektualitas untuk memenangkan solusi kemandirian bangsa yang berdaulat. Gerakan kemandirian ini merupakan buah dari energi berskesinambungan (SDG) yang perlu dijaga sebagai sajadah panjang, yang memuat rangkaian perencanaan, metodologi,  SOP investasi kesehatan bangsa.

            Salah satu sumber energi potensial kesehatan adalah nilai perjuangan kesejarahan perjuangan bangsa yang berpeluh keringat dan bersimbah darah, dan saat ini terbentuk sebagai karakter bangsa. Karakter tersebut adalah kepribadian mandiri dengan fasilitas minim, namun berkemampuan menjadi spirit yang menggerakkan perubahan pada masanya. Saat itu, laskar-laskar kesehatan rakyat berjibaku dengan minimnya SDM dan teknologi membantu perjuangan prajurit TNI menghadapi penjajah. Spirit ini membangun suatu kekuatan SDM kesehatan yang berkarakter dan bermartabat dalam menjalankan tugas.

                Energi potensial kesehatan bangsa berada dalam tataran sebagai tulang punggung (back bone) terjaminnya keberlanjutan pembangunan kesehatan. Pola pemberdayaan yang dikembangkan, bertumpu kepada penguatan infastruktur (sarana dan prasarana), jejaring dan alokasi pembiayaan. Energi potensial tidaklah dikenal layaknya energi kinetik, umumnya bekerja dengan diam, namun senantiasa berpikir keras untuk menciptakan ruang-ruang baru bahkan inovasi, agar ide-ide energi kinetik dapat berjalan lebih pesat menembak sasarannya. Energi potensial kesehatan  bangsa menyiapkan lahan dan metode, bagaimana mendayagunakan wadah organisasi menjadi efektif dan memiliki nilai juang serta nilai kemanfaatan yang tinggi.

Kompetensi dan Energi Terbarukan

            Dinamika investasi kesehatan bangsa ‘bak’ tanaman yang dipupuk dan disemai, ditandai dengan dedaunan dan mekarnya bunga yang mengharum lingkungan. Tanaman yang sehat akan menjaga berkesinambungannya ekosistem disekitarnya dalam menata “hidup sehat” bersama. Untuk menggapai hal tersebut diperlukan perjuangan yang tidak sederhana, diperlukan suatu konsep open mind sebagai nilai keikhlasan bekerja dan berkreasi peran untuk kualitas kesehatan yang lebih baik dan kompetensi sebagai track profesionalitas.

            Konsep open mind adalah membuka akal dan kalbu untuk hadir dalam kancah perjuangan kesehatan di masyarakat, tidak sekedar tangan terbuka dalam menerima ilmu baru, namun kesanggupan merefleksikan energi kinetik dan potensial terhadap titik titik energi terbarukan, menguatkan infrastruktur pelayanan kesehatan, yang tidak hanya untuk menggapai daerah terpencil, namun memiliki makna terkandung sebagai ujung tombak health security di daerah perbatasan.  Konsep open mind membuka cakrawala bahwa setiap daerah terpencil memiliki dimensi dan spesifikasi berbeda, sejauh mana health security berperan atau hanya pendamping intensifikasi pelayanan kesehatan di masyarakat. Dengan demikian, energi terbarukan yang perlu menjadi catatan kecil adalah, keterpaduan dan kesinambungan jejaring diantara kesehatan nasional dan kesehatan pertahanan.

            Konsep kompetensi adalah proses pembelajaran dan penempaan yang mengasah akal dan nurani sebagai “petarung” menaiki satu tangga menuju tangga berikutnya. Kompetensi energi terbarukan merupakan obor membuka nilai keilmuan, ketrampilan dan bakat agar tetap terjaga, sebagai kompetensi teknik. Kompetensi ini akan membangun suatu karakter dan kultur yang kuat yaitu investasi kesehatan berbasiskan inovasi dan produktif untuk ketahanan bangsa.

 Kesimpulan :

            Energi terbarukan dan Investasi kesehatan bangsa merupakan fenomena bergeraknya  energi kinetik untuk tercapainya visi dan misi tujuan pembangunan kesehatan dan energi potensial sebagai back bone kemandirian,  mewujud terciptanya masyarakat yang open mind dan kompteten untuk membentuk karakter kesehatan untuk ketahanan bangsa.

 

Jakarta, 18 Februari 2019

Dr.dr.Soroy Lardo, SpPD FINASIM  Kepala Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Departemen Penyakit Dalam RSPAD Gatot Soebroto

Rujukan:

Riant Nugroho: Kebijakan Membangun Karakter Bangsa, Gramedia, 2018. hal 60)

Prisma. Menyongsong Era Energi Terbarukan. LP3ES Volume 37, 2018.

Bagikan