oleh

Soroy Lardo

            Apakah terdapat hubungan diantara rumah sakit dan peradaban bangsa ? Suatu terminologi yang tidak biasa. Rumah Sakit memiliki dimensi menjejak bumi, dan peradaban bangsa mengurai dimensi menjejak langit. Terdapatkah benang merah-nya ? Tentunya, akan saling mengkait jika kita melihat dari cita kehidupan berperspektif jalinan fisik dan rohani. Rumah Sakit adalah tempat merekonstruksi berbagai komorbid penyakit untuk dieliminasi kembali menjadi sehat, peradaban adalah nilai luhur rohani kekuatan bangsa untuk mendukung nilai produktif dan kinerja berkualitas, setelah menjalani fase kesembuhan.

            Peradaban bangsa menguak dimensi akulturasi sejarah, yang mengemuka sebagai bergeraknya multidimensional perjuangan bangsa. Indonesia, dengan karakter perjuangan kemerdekaan pantang menyerah, menunjukkan suatu peradaban menumbuhkan literasi pohon kehidupan yang mengakar kuat. Membangun suatu pohon yang kokoh, memerlukan relfleksi beberapa generasi untuk meneteskan proses biokimia, enzimatis dan hormonal, sehingga memperkuat batang pohon tertanam kuat. Demikian pula dengan pohon kebangsaan, memerlukan proses yang panjang terkait dengan puncak rerimbunan pohon yang harus disemai, akar yang menembus bumi dan batang bercabang, yang menjulang kuat disertai mekarnya bunga dan dedaunan bangsa.

            Rumah Sakit merupakan jendela peradaban bangsa, sejauhmana kualitas hidup sehat rakyatnya dapat terpelihara baik. Peradaban bangsa membuka potensi dan kemampuan budaya dan energi penggerak dan kesatuan pandangandalam berbangsa. Pancasila dan UUD 1945 menjadi landasan kuat dan dasar energi kinerja bangsa, terkait dengan nilai-nilai kualitas kesehatan, sebagai elemen ,dasar ketahanan nasional yang harus dibangun dan dipertahankan. Dengan demikian, peradaban bangsa menjadi bangunan fisik spirit rumah sakit sebagai yang  dinamis sebagai mekanisme dan proses berkelanjutan untuk mempertahankan kualitas kesehatan bangsa.

Rumah Sakit dan Akar Kebangsaan

            Rumah Sakit dimanapun memiliki peran besar untuk menjangkar dan meningkatkan kualitas kesehatan, minimal di area kerjanya. Rumah Sakit merupakan organisasi yang memiliki dua fungsi yaitu generalis dan spesifik. Fungsi generalis mencakup visi rumah sakit dengan perangkatnya, menjadi konstruksi pelayanan yang memiliki skala kemampuan dan kompetensi berbasiskan pendekatan sistematik dan komprehensif. Salah satunya adalah, filosofi pelayanan medis, sebagai nilai luhur dan konsep berpikir berdasarkan nilai dasar pelayanan kesehatan, yaitu untuk keselamatan pasien, mutu dan kualitas kehidupan yang lebih baik. Keselamatan pasien merupakan fokus utama dari filosofi pelayanan medis, mencakup dua sisi dari tercapainya cita dan kebijakan pelayanan medis. Sisi pertama pola pikir rumah sakit mengembangkan empati pelayanannya melalui fasilitas, sumber daya manusia (SDM) dan sistem yang mendukung kecepatan dan ketepatan diagnostik dan terapetik. Sisi kedua adalah pola pikir yang dibangun pada pasien, melalui edukasi dan informasi secara berkesinambungan, sehingga menjadi faktor internal yang mengkristal, sebagai perilaku pasien menjalani pelayanan di rumah sakit rujukannya.

            Fungsi spesifik adalah filosofi pelayanan medis yang berpijak kepada akar kebangsaan, yaitu kebhinekaan dalam lingkup persatuan. Nilai yang dibangun adalah semangat ‘merah putih’ melayani berbagai stratifikasi masyarakat berasaskan gotong royong, tanpa membedakan dimensi sekat. Prinsip yang dikembangkan adalah, memprioritaskan setiap pasien sebagai bagian dari science of human being, yaitu seni kebijakan yang menjadi landasan pola pelayanan berjalan pada jalur yang benar. Filosofi science of human being adalah sistem pelayanan medis dengan konsep berpikir idealitas yang dikembangkan pada struktur organisasi, dan memilki fungsi menjembatani kesenjangan kondisi realitas pelayanan kesehatan. Konsep ini menjadi tonggak yang menancapkan perannya kepada sendi-sendi pelayanan yang berorientasi kepada tujuan idealitas pelayanan kesehatan dengan akarnya basis keilmuan Evidence Base Medicine (EBM), batang dan tangkai sebagai perangkat pelayanan yang berfungsi diagnostik, terapetik dan prediksi / ramalan pelayanan (plan of care) dengan bunga dan dedaunan sebagai keluaran terbentuknya mutu pelayanan yang berdampak kepada kesembuhan pasien.

Rumah Sakit dan Peran Multifuturistik

            Rumah Sakit dalam lingkup semangat nasionalisme kebangsaan, tahap berikutnya adalah bagaimana memberdayakan akar yang sudah kuat, menjadi jejaring yang saling merajut di setiap tapak bumi Indonesia. Kekuatan nasionalisme ini, menjadi tonggak kokoh memberdayakan peran multifuturistik, bahwa organisasi rumah sakit bukan sekedar tempat mengelola aspek pelayanan, namun terdapat tonggak-tonggak futuristik yang terkait dengan fungsi pendidikan dan penelitian.

            Kerangka rumah sakit yang dibangun adalah komitmen manajemen rumah sakit, mempersiapkan organisasi dan sistem kerja-nya berjalan dengan maksimal. Kondisi ini memerlukan SDM dengan kualifikasi terdidik dan tersertifikasi dari masing-masing kompetensi keahliannya. Melalui pemberdayaan lembaga pendidikan rumah sakit,  terjadi gerak dinamis sebagai wahana sintesis pola pendidikan yang diterapkan, dengan berorientasi kepada tujuan solutif. Pendidikan yang dijalankan di rumah sakit, menjadi alat ukur dalam pemecahan masalah yang terjadi di rumah sakit. Konsep pendidikan tersebut menjadi pisau yang menajamkan kontribusi untuk mendukung setiap petugas kesehatan meningkatkan kemampuan dan kompetensi keilmuannya, melalui sosialisasi keandalan rumah sakit-nya terhadap berbagai dimensi pelayanan, dari stratifikasi penyakit ringan sampai dengan berat, dengan harapan tercapainya suatu nilai lebih (value) dan tampilan (performance) SDM untuk tingkat pelayanan paripurna.

            Peran multifuturistik adalah pemberdayaan organisasi rumah sakit menjadi suatu Health Reliability Organization dengan perangkat team work (pelayanan, pendidikan dan penelitian)  yang sudah berkualifikasi melalui berbagai  pendidikan dan latihan, sehingga memiliki kesiapan alternatif terhadap setiap perubahan dan tantangan di lapangan. Konsep futuristik ini terdiri dari dua tombak kebijakan. Tombak pertama adalah penguatan infrastruktur pelayanan (SDM, perangkat jaringan/aplikasi), pelayanan berbasiskan problem solving (EBM) dan  diagnosis berorientasi masalah, serta clinical pathway sebagai alur manajemen klinik. Tombak kedua adalah kompetensi komunitas berbasiskan rumah sakit yang terdiri dari profesionalitas, universalitas, integralitas, empowerelitas dan modelitas. Profesionalitas adalah kemampuan seorang individu yang memiliki integritas mengabdikan keilmuannya berdasarkan kaidah-kaidah evidence base medicine. Universalitas adalah pola berpikir dan bertindak dengan mengendepankan nilai-nilai universal sebagai parameter pengembangan dan distribusi keilmuan kepada lingkungan pendidikan dan komunitasi di lingkungan rumah sakit (termasuk pasien) dan masyarakat. Integralitas adalah komitmen baik secara individu maupun komunitas, untuk berpegang teguh kepada kaidah keilmuan dalam pengabdian dengan berorientasi kepada kemanfaatan yang optimal bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan institusi. Empowerlitas adalah suatu karakter SDM yang terbentuk melalui proses yang panjang di organisasinya dalam menghadapi ATHG (Ancaman, Tantangan, Hambatan dan  Gangguan), dan memiliki kemampuan sebagai pemberi solusi dalam pemecahan masalah, dengan hasil akhir pemberdayaan yang dikembangkan, dapat menjadi alat ukur keberhasilan program yang dicanangkan. Modelitas adalah proses penyusunan modeling dari berbagai proses di lapangan dengan berbagai umpan baliknya, sehingga ditarik dengan suatu kaidah keilmuan terkini, sebagai suatu modeling yang menjadi acuan pengembangan institusi professional menjadi lebih baik.

Rumah Sakit sebagai Teknologi Alternatif

            Rumah Sakit merupakan suatu organisasi yang sangat kuat, karena bersinerginya elemen padat modal, padat karya dan padat teknologi. Rumah Sakit sebagai teknologi alternatif sepertinya suatu upaya yang harus diperjuangkan dengan kerja keras dan kesungguhan. Hal tersebut terkait dengan multisistem kebijakan sains dan teknologi. Sains dan teknologi merupakan rumpun sangat penting untuk suatu kemajuan bangsa. Jika tidak diantisipasi sejak dini, kelambatan inovasi teknologi rumah sakit, agak sulit berkembang mengejar ketertinggalan.

            Sains teknologi inovasi rumah sakit adalah ramuan ampuh untuk bertahan di dunia kompetitif. Melalui beberapa pengamatan, semangat sains teknologi (pendidikan dan riset) kurang menjadi prioritas dengan lebih bertumpu kepada aspek pelayanan dan kendali biaya. Tataran riset inovasi rumah sakit  mencakup bidang material dan non material. Bidang material terkait dengan penelitian alat diagnostik dan perekayasaan yang berdayaguna sebagai problem solver kompleksitas penyakit. Bidang non material adalah pemberdayaan multidisiplin ilmu pendukung yang memiliki kontribusi penting dalam aplikasi untuk mutu dan keselamatan pasien.

            Sains dan teknologi inovasi rumah sakit merupakan bagian dari kerangka besar kebijakan nasional. Sains dan teknologi merupakan prasyarat bangsa untuk menjadi unggul, perlu dikembangkan suatu sistem dan kultur pembelajaran untuk mendidik secara dini petugas medis (dokter) dan paramedik (perawat) memiliki spirit sebagai ilmuwan yang berkampuan kolaborasi dan berelaborasi terhadap sumberdaya dan inovasi teknologi menuju titik tumpu keunggulan bangsa.

 

Kesimpulan

            Rumah Sakit dan Peradaban Bangsa adalah semangat ‘merah putih’ nilai-nilai kebangsaan dengan memberdayakan potensi science of human being sebagai titik tumpu peran multifuturistik, berkesinambungannya nilai (value) dan performance, untuk menjalankan fungsi maksimal pelayanan medis yang didukung tombak sistem pelayanan terintegrasi dan tombak kompetensi komunitas berbasiskan rumah sakit. Rumah Sakit sebagai teknologi alternatif merupakan inovasi pendidikan dan riset yang mendukung titik tumpu kerangka peradaban bangsa.

Dr.dr.Soroy Lardo, SpPD FINASIM. Kepala Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Departemen Penyakit Dalam RSPAD Gatot Soebroto. Doktor lulusan Universitas Gadjah Mada.

Bagikan