oleh:

Brigjen TNI Purn Dr.dr.Soroy Lardo, SpPD KPTI FINASIM, CIQnR, CIQaR

Peneliti Pusat Kajian Perencanaan dan Pengembangan Program Strategis (P2KP3S)

PB IDI

 

Pendahuluan

Ekosistem kesehatan bangsa merupakan titik tumpu ruang depan di era transformasi kesehatan. Beberapa alasan utama yang mendasari yaitu;1) Transformasi kesehatan merupakan pilar ketahanan bangsa, memerlukan landscape konseptual dan strategik untuk mendeterminasi kebijakan kesehatan menguak sebagai elemen-elemen pergerakan bangsa;2) Pertumbuhan penduduk yang sedemikian cepat terutama  generasi milenial, merupakan potensi produktivitas bangsa yang besar untuk mendukung akselerasi pembangunan dan kemandirian bangsa, namun disisi lain kompleksitas teknologi digital memberikan kemudahan sekaligus tantangan untuk menghadapi akumulasi global kesehatan;3) Transformasi penyakit yang berdimensi sistematis sosial yaitu divergensi penyakit infeksi (Pandemi – Endemi), keganasan, autoimun dan penyakit komunitas (gizi dan dinamik host) yang mendera masyarakat (grassroot) berdampak kepada kebijakan dan manajemen untuk mendukung efikasi dan efektivitas pelayanan terkait dengan meningkatnya pembiayaan kesehatan.

Strategi Ekosistem kesehatan adalah kebijakan kesehatan berdimensi jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Kebijakan jangka pendek bernuansa memetakan secara objektif kotak pandora problematika kesehatan saat ini, misalnya munculnya riak-riak potensi kejadian luar biasa di tingkat daerah seperti gizi buruk (stunting) dan penyebaran penyakit kuku dan mulut. Kebijakan jangka menengah mengurai secara perspektif kotak multidimensi permasalahan kesehatan berbasiskan interaksi sumberdaya, penguatan fasilitas dan kualitas pelayanan, misalnya distribusi dokter, perubahan fungsional puskesmas sebagai mata rantai pelayanan – promotive – preventif, terpenuhinya jaminan kesehatan dan tercapainya sistem rujukan yang baik. Kebijakan jangka panjang meramu dan meracik kemampuan prediktif dan protektif kualitas kesehatan masyarakat terhadap gelombang akumulasi dampak kesehatan yang mungkin terjadi, dan mengatasi kesenjangan diantara tapak idealitas konseptual dan langkah strategis secara implementasi yang terukur di lapangan sebagai nilai komperehensif potensi dan kultur kesehatan lokal menjadi parameter berkelanjutannya upaya kesehatan di masyarakat.

Strategi Menggapai Ekosistem Kesehatan sebagai Penjaga Ketahanan Nasional

Strategi mencapai kekuatan ketahanan nasional adalah adalah pemantapan nilai-nilai kebangsaan untuk segenap warga negara, memuat pemahaman dan aktualisasi nilai-nilai kebangsaan sesuai perubahan dinamika yang berkembang berkelanjutan dalam interaksi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Menghadapi hal tersebut, memerlukan suatu paradigma nasional yang mengemas realitas dan problematika kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai faktualitas tantangan nasional dan global dengan optimalisasi perimeter solutif dan sintesis yang bersifat implementatif – konkret guna memperkuat ketahanan nasional.

Paradigma ketahanan nasional bertumpu kepada pernyataan Presiden RI pertama Dr.Ir. Sukarno “Nilai-Nilai kebangsaan adalah jiwa yang mengandung kehendak untuk bersatu dan

hidup bersama, sedangkan bangsa adalah masyarakat dengan kesatuan spirit dan karakter.” Mengungkapkan bahwa spirit dan karakter kebangsaan adalah spiritualitas yang harus dibangun menghadapi kecepatan globalisasi yang mereduksi nilai-nilai kebangsaan. Pengemasan program nilai-nilai kebangsaan harus bergerak dinamis sebagai nilai instrumental dan nilai praktis yang dapat disesuaikan dengan zamannya, sebagai kunci persatuan bangsa dan nilai kebangsaan yang dapat mempersatukan komunitas budaya, etnik, agama yang berbeda dan kelompok.

Pengelolaan Sumber Daya Kesehatan

Salah satu pengemasan program nilai kebangsaan adalah terintegrasinya politik kesejahteraan, yaitu pengelolaan sumber daya kesehatan untuk menciptakan kemakmuran, didukung oleh struktur kekuasaan dalam menentukan pengambilan keputusan untuk distribusi produksi, alokasi dan sumber daya. Konsepsi ini adalah menjembatani dan memberikan peran sumber daya kesehatan lokal sebagai the grounding of human activities in specific places, yaitu adanya makna ruang (sphere) yang bukan sekedar arena (space) untuk hadirnya implementasi kesehatan dan kesejahteraan di arena komunikasi publik.

Mekanisme pengelolaan sumber daya kesehatan, jika mengadopsi dan memodifikasi pendapat Karl Polanyi terdiri dari; (a) Redistribusi tempat sumber-sumber daya dikumpulkan dan didistribusikan melalui pengambilan keputusan secara terpusat dan dikontrol oleh birokrasi. Salah satu contoh yang sudah dijalani adalah redistribusi dokter dan tenaga kesehatan dalam program nusantara sehat untuk memenuhi kebutuhan daerah terpencil. Redistribusi daerah terpencil ini akan lebih tajam jika melibatkan peran teritorial kesehatan dari TNI melalui program bakti kesehatan, terjalin dalam satu distribusi program ; (b) Pertukaran sumber daya kesehatan melibatkan institusi independen untuk mengendalikan rasionalitas penempatan kerja, kompetensi keilmuan dengan memperhatikan kebutuhan lokal kesehatan berdasarkan relasi kontraktual dengan menguatkan peran swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat : (c) Resiprositas yaitu mengembangkan sikap dan perilaku altruisme dalam tata kelola sumber daya kesehatan di daerah penugasan sebagai perwujudan menghargai ethical coordination karakter, kebiasaan, norma dan tradisi sebagai potensi lokal. Nilai potensi lokal kesehatan yang positif dirangkum sebagai kategori spirit tradisi dalam kebijakan pengelolaan sumberdaya kesehatan pemerintah daerah. Pengelolaan ini dalam konteks governance melibatkan mekanisme jaringan (network) sebagai peta jalan produksi, alokasi dan distribusi sumber daya, sebagai mekanisme jaringan yang membangun kepercayaan masyarakat.

Peta jalan sumber daya adalah mensinergikan kinerja SDM dan organisasi sebagai kebijakan pro aktif bergerak di ranah fungsi-fungsi motivasi, kecakapan, kompetensi, leadership dan jejaring. Kebijakan pro aktif tersebut mengimplementasikan konstruksi berdayaguna untuk kekuatan institusional. Nilai-nilai proaktif berkemampuan memberikan suatu penjelasan (enlightenment), kekayaan (wealth), kesejahteraan (wellbeing), keahlian, afeksi, respek dan sikap yang benar.

Kolaborasi konstruksi sumber daya dan institusional akan menjadi pendulum dinamika intellectual capital dalam organisasi. IDI Reborn dengan cita masa depannya menjadi pendorong kinerja berkelanjutan pengabdian untuk kesehatan bangsa dengan mengembangkan tiga parameter kinerja (Tripola Capital) yaitu Human Capital, Structural Capital dan Customer Capital. Menurut Tom Stewart (2001) Human Capital meliputi kompetensi, skills, brain power, ekspertis, kreativitas, problem solving capability, leadership, entrepreneurial, managerial skill dan tacit knowledge. Structural capital merupakan kapasitas pengetahuan yang meliputi teknologi, metodologi, dan proses untuk merespon kebutuhan masyarakat terhadap problematika kesehatan yang semakin kompleks. Customer Capital melingkupi relasi, feedback, spirit dan kontribusi memberikan layanan kesehatan terbaik. Ketiga jenis kapital tersebut mengkaitkan perannya dalam satu lingkaran Human Health and Defense Capital.

Sinergitas Tripola Capital sebagai Human Health and Defense Capital merupakan daya ungkit berdayanya dokter Indonesia tidak semata sebagai bagian distribusi sumber daya kesehatan berimbas kepada efek dinamika Peradaban Indonesia Satu Sehat yang dicanangkan oleh Kemenkes untuk mewujudkan reformasi kesehatan terkait dengan beberapa fase krisis kesehatan mengarustamakan enam pilar transformasi kesehatan dengan prioritas platform integrasi data kesehatan nasional  dan transformasi layanan primer sebagai intervensi hulu (Promotif dan Preventif)  melalui revitalisasi dan standarisasi posyandu (300.000) dengan satu setengah juta kader menjadi kader perubahan kesehatan untuk kualitas kesehatan yang lebih baik. Akselerasi promotif dan preventif secara gradual dengan perkembangan kesehatan yang semakin kompleks akan menjadi kekuatan protektif kesehatan bangsa.

Strategi Cross of Change dan Koeksistensi Kompetitif

Strategi Cross of Change adalah tema pada konferensi Internasional Women’s Forum yang diadakan di Chicago 2016. Tema ini mengungkap kesadaran perubahan masyarakat global terhadap dinamik problematika dan ancaman global yang bergerak eksponensial dan upaya mendapatkan titik temu apa yang ada saat ini (what is) dan apa yang akan segera terjadi (what is about to be). Pola yang disiapkan adalah sejauh mana secara substantial dan implementatif community preparedness merupakan titik temu kolaborasi konstruksi berbagai sumber daya. Community preparedness menampilkan peta jalan linier yang memuat perencanaan dan langkah antisipatif menghadapi perkembangan global sebagai tanggung jawab substantif. Salah satunya adalah bagaimana mengelola kekuatan informasi sebagai bagian peluang kemanfaatan yang dapat didistribusikan secara massif.

Karakteristik peluang mengembangkan Community preparedness, berdasarkan pendapat Napoleon Hill dalam bukunya Think and Grow Rich mengungkapkan bahwa peluang seringkali muncul dalam bentuk atau dari arah berbeda dengan yang kita harapkan dalam bentuk ‘silent operation’ namun bentuk penyamaran bentuk kekalahan sementara yang dibaliknya terdapat keberhasilan. Peluang akan muncul disaat kita takut dengan ide-ide baru, namun jika tidak ditata peluang tersebut akan keluar dengan irama dan fenomena yang tak terelakkan. Dengan demikian, Community Preparedness adalah suatu perspektif perubahan yang perlu dikelola sebagai prospek ancaman dalam respons peluang yang memunculkan ide berikut implementasi yang efektif dan realistis menghadapi suatu instabilitas, sebagai contoh Kejadian Luar Biasa (KLB) dan Pandemi.

Koeksistensi kompetitif dari Community Preparedness adalah transformasi geostrategis peta jalan kesehatan untuk menguatkan kapasitas dan kapabilitas infrastruktur dan SDM kesehatan memiliki kemampuan memediasi berbagai faktor kekuatan sektoral kesehatan sebagai suatu kekuatan integrasi kesejahteraan masyarakat. Salah satu pilar integrasi menerapkan kompetisi dan kerjasama dalam satu atap. Pilar kunci untuk mengeratkan kemajuan sumber daya kesehatan adalah mengkombinasikan pola asertif dan pola adaptasi sebagai kemampuan yang diharapkan mentransformasikan perubahan kesehatan global menuju keseimbangan ke dunia multisentris, yaitu suatu kebijakan dan upaya tindakan mengedepankan kreativitas dan inovasi untuk mengatasi dominasi global, misalnya penguasaan teknologi kesehatan menuju kepada partisipasi global yang terdistribusi ke berbagai negara, sebagai bagian kesetaraan health quality production. Strategi asertif dan adaptasi akan membangun platform baru sumber daya kesehatan adalah investasi kesehatan multi bangsa yang perlu dijaga sebagai konvergensi kekuatan bersama, yaitu teknologi kesehatan – community preparedness dan partisipasi global.

Tatanan Generasi Milenial Kesehatan Matra Multilayer Oversight

Generasi milenial dokter Indonesia saat ini tentu berbeda dengan generasi sebelumnya, baik pola pikir, pola kolaboratif, pola jejaring, pola pengambilan keputusan dan pola leadership, mengingat adanya tantangan nasional dan global kesehatan, terlebih  pandemi mengakselerasi kontak pandora sikap dan peran generasi kesehatan milenial untuk membuka sekat-sekat potensinya untuk berelaborasi dengan ‘sistem darurat kesehatan’ yang terbentuk.

Generasi milenial kesehatan, tidak hanya dokter an sich, melingkupi tenaga kesehatan lainnya berupaya menampilkan karakter berlapis untuk menguatkan energi kinetik dan energi potensial kiprah kesehatannya dalam suatu konstruksi ekosistem kesehatan yang dinamis, bahkan mungkin bergerak lateral tidak mendekati sumbu birokrasi, namun ide-ide pemikiran dan  langkah kolaborasi implementasinya mampu menembus kebekuan keinginan masyarakat akan keadilan distribusi partisipasi kesehatan yang menyentuh  sampai dengan akar bawah.

Tatanan kesehatan yang ada saat ini dengan enam pilar transformasi kesehatan membutuhkan adanya lapisan-lapisan pendukung yang mampu melekatkan pilar tersebut memiliki enzim-enzim spirit belanegara di bidang kesehatan, terutama peran di bidang kesehatan matra, suatu bidang kesehatan terkait dengan kondisi yang tidak biasa (ekstrim), membutuhkan suatu kemampuan perubahan cepat karakter partisipasi kesehatan regular menuju partisipasi kesehatan dalam kondisi kematraan, salah satu contohnya menghadai Kejadian Luar Biasa.

Kesehatan Matra mengungkap kapasitas dokter milenial dengan spirit IDI Reborn menempatkan perannya secara integratif bergerak dalam level pengabdian preventif dan promotif, namun tidak melupakan keterlibatannya di bidang kuratif di layanan primer dan rehabilitasi untuk mereduksi keterbatasan disabilitas.

Kompetensi Kesehatan Matra memiliki kekhasannya sendiri. Beberapa aspek yang perlu menjadi landasan diantaranya;1) Aspek diagnosis berbasiskan perumusan masalah reflektif dan stratifikasi;2) Aspek asuhan medis;3) Aspek kemitraan profesi dan (4) Aspek kesehatan pertahanan. Aspek diagnosis berbasiskan perumusan masalah reflektif adalah kemampuan untuk memahami alur berpikir proses penyakit melalui pemetaan data klinik (objektif dan subjektif) sebagai upaya menjembatani suatu hipotesis yang dibuktikan dengan verifikatif diantara data klinik dan diagnosis. Kemampuan dokter milenial kesehatan matra memiliki pengetahuan komprehensif menjembatani kesenjangan di lapangan melalui pra analisis perencanaan dan pengelolaan terukur dalam tata laksana faktual di lapangan dari proses evakuasi – monitoring dan rujukan. Aspek asuhan medik mencakup pandangan holistik insan dokter matra sebagai kesatuan biopsikosial-spiritual untuk memiliki kemampuan dan landasan profesional dalam ;1) Memecahkan masalah;2) Menyembuhkan penyakit;3) Pendampingan pasien di lapangan;4) Membangun kondusivitas pelayanan berdasarkan etika kepedulian. Aspek kemitraan profesi dan mekanisme menjalin kerjasama dengan bidang lain bertujuan untuk mendapatkan pelayanan terbaik kepada pasien dan komunitas baik di layanan primer maupun kondisi kejadian luar biasa. Sinergitas kemitraan ditujukan kepada data dan status kesehatan serta analisis kerentanan komorbid yang memiliki makna prediktif dan protektif. Kemitraan mencakup dua aspek penting yaitu interaksi komunikasi dan networking. Interaksi komunikasi menjadi sarana penting dalam menajamkan perumusan masalah dan penentuan diagnosis. Interaksi komunikasi menentukan sejauh mana profesionalisme diterapkan berdasarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang didapat, proses berpikir yang benar (penerapan), sikap dasar (attitude) sehingga diaharapkan dengan hasil profesionalisme mutu yang tinggi dan memuaskan (quality and satisfaction). Networking kemitraan adalah salah satu spirit dokter kesehatan matra untuk mampu bekerjasama dalam satu sistem. Kerjasama tersebut bersifat profesi dengan bidang lain yang terkait proses rujukan dan kerjasama dengan multidisiplin. Aspek kesehatan pertahanan adalah pemberdayaan dokter kesehatan matra dalam peran dan fungsinya untuk mengembangkan kapasitas dan kompetensi secara berkesinambungan mencakup tiga aspek yaitu ;1) Aspek idealitas pemberdayaan sebagai dokter kesehatan matra mempersiapkan transformasi kerja lapangan di situasi ekstrim;2) Aspek idealitas pemberdayaan mengembangkan keahlian dan kompetensi;3) Aspek idealitas keilmuan memiliki spirit bela negara mengikuti jejang pendidikan dengan prestasi tertinggi.

Partisipasi kesehatan rakyat dapat diwujudkan secara optimal melalui tiga kekuatan milenial dengan terminologi multilayer oversight yang meliputi leadership, networking dan pembumian digitalisasi kesehatan sebagai pendulum kolaborasi. Dokter milenial sebagai multilayers oversight leader adalah kemampuan mensinergikan elemen-elemen kiprah kepemimpinan dalam suatu kepemimpinan berlapis, yaitu proses berkelanjutan penempaan diri berpijak filosofi historis keteladanan yang tidak lekang dengan perubahan zaman dan konsistensi kepemimpinan. Karakter kalbu yang disemai adalah spirit dan daya juang sebagai energi perubahan dan pembaharuan bersirkulasi biokimiawi dengan enzim-enzim terbarukan memasuki target-target sel sebagai jiwa dan entrepreunership dokter muda untuk menjembatani kekuatan akal dan kekuatan kalbu.

Perspektif networking dokter multilayers oversight mengacu kepada dua nilai ketahanan bangsa yaitu ketertiban bangsa dan keselamatan insani. Ketertiban bangsa merujuk kepada disiplin mutu pengabdian berbasiskan kepada agama dan nasionalisme. Ketertiban bangsa memiliki acuan tercapainya sendi-sendi kekuatan pribadi bersublimasi dalam community preparedness berasaskan kepada kejujuran, kebenaran, keadilan, komunikasi publik, kecerdasan kritis, memelihara lingkungan yang membangun, berjiwa petarung, melihat fokus yang berdampak besar (futuristik) dan bernafaskan disiplin. Disiplin adalah nafasku akan bergerak keluar menuju lingkungan dimana dia bertugas untuk mengembangkan suatu kultur komitmen yang akan mengurai menjadi nilai-nilai pengabdian kesehatan di masyarakat. Masyarakat akan terpacu untuk menyerap nilai disiplin adalah nafasku yang terjadi dalam interaksi keseharian, sehingga mengembangkan perspektif baru tentang nilai kualitas kesehatan yang terkait dengan produktivitas dan kinerja hidup.

Perspektif pembumian teknologi digitalisasi kesehatan merupakan karakterstik multilayer oversight mengutuhkan teknologi informasi (Big Data, Internet of Thinking dan Artificial Intelligent) untuk mendukung dan memaknai perubahan – pembangunan kesehatan di masyarakat sebagai pergerakan inovasi berbasiskan talenta genetik, multifaset dan futuristik berkonstruksi keilmuan berlapis untuk menebar nilai solusi dan sintesis. Dokter muda saat ini memiliki tantangan tersendiri untuk menumbuhkan dan mengembangkan kapasitas keilmuan dan potensi dinamis spiritual intelegensinya, yang tidak hanya beririsan dengan kebijakan hidup untuk mengabdi kepada masyarakat, namun menguak fenomena-fenomena baru untuk masyarakat sebagai inovasi-inovasi kebijakan yang berorientasi tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik.

Kesimpulan

Triathlon Ekosistem Kesehatan Bangsa merupakan peta jalan menuju Peradaban Indonesia Satu Sehat melalui tripola human health and defense capital sebagai landscape enam pilar transformasi kesehatan. Perwujudan ini adalah suatu energi pergerakan kesehatan berparadigma ketahanan nasional bertumpu kepada pengelolaan sumber daya kesehatan yang memberikan ruang kepada Kesehatan Matra, Community Preparedness dan multilayer oversight generasi muda dokter Indonesia dalam leadership, networking dan digitalisasi kesehatan.

Daftar Pustaka

Hamengkubuwono X, Sri Sultan. Merajut Kebhinnekaan melalui Penguatan Nilai-Nilai Kebangsaan. Majalah Swantara | Edisi 23 Desember 2017.

Paskarina, C. Politik Kesejahteraan di Tingkat Lokal. Dalam Negara, Kesejahteraan dan Demokrasi. Majalah Prisma, Volume 36; 2017. h 53-66

Wayne, P. Public Policy Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan. PT Kencana. 2017. h 366-75

Sedarmayanti. Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. PT Refika Aditama, 2017. h.463-68

Sadikin, B. Peluncuran Indonesia Health Sevices (HIS) Satu Sehat. Kemenkes.26 Juli 2022

Naisbitt J, Doris. Mastering Megatrends Menghadapi dan Menguasai Megatrends di Tatanan Global Baru. Penerbit Bhuana Ilmu Populer, 2018. h. 7-47

Lardi, S. Nurrobi Tj. Sofiana. Etika Kedokteran Militer Suatu Jawaban Dilema Etika Profesi Dokter Militer dalam Buku Indonesia Bioetik Forum (IBF). UNHAN Press, 2022. h.3-23

Rif’an, AR. Generasi Emas. PT Elex Media Komputindo. 2014

Download PDF IDI Reborn dan Triathlon Ekosistem Kesehatan Bangsa Kesehatan Matra dan Community Preparedness

Bagikan