Kemandirian kesehatan adalah jejak perjuangan menempa akal dan kalbu berproses dalam relung-relung pengabdian menulis kata demi kata, memakna kalimat demi kalimat meretas sebagai kebaruan gagasan kesehatan bangsa yang memayungi nilai kebersamaan untuk memajukan kesehatan dan ketahanan bangsa. Nilai kebersamaan tersebut adalah legislasi kebijakan kesehatan berjabat erat dengan pemerintah mendukung transformasi kesehatan.

Transformasi kesehatan adalah fokus utama IDI Reborn dengan memprioritaskan pemberdayaan dokter multipotensi dan multifungsi menguak kapabilitas kompetensi yang dimiliki, tidak sekedar suatu retorika namun menguatkan benang-benang halus nurani dokter untuk berdaya di masyarakat dengan maksimal.

IDI Reborn adalah suatu proses kontemplasi dan intropeksi untuk mendayagunakan berbagai stratifikasi dokter Indonesia yaitu dengan melihat secara jernih untuk memperjuangkan harkat dokter-dokter di layanan kesehatan tingkat primer berada dalam posisi dan martabat yang menjadi kebanggaan masyarakat. Keberadaannya memberikan nafas-nafas oksigenisasi  terpenuhi harkat dan kesejahteraan kesehatan masyarakat, didukung oleh keberadaan institusi profesi yang mengawal kompetensi, spirit bela negara, kesejahteraannya terjamin, pendidikan berkelanjutan, menjadi agen komunikasi dan kolaborasi menjabat erat baik pemerintah daerah dan pemerintah pusat.

Kesejahteraan dokter adalah dimensi prioritas yang memiliki peran bermakna menggerakkan potensinya di tengah masyarakat dengan terjaganya kebutuhan dasar nilai keluarga inti. Kemampuan potensi yang dimiliki menjadi tantangan IDI (Reborn) untuk memformulasikan proses kontinuitas setiap jenjang profesionalitas dokter sampai dengan yang tertinggi. Stratifikasi ini adalah ‘bak’suatu pohon menjulang tinggi dengan akar, ranting disemai daun dan buah yang ranum, masing-masing memberikan kontribusi memekarkan potensi produktivitas hasil dari pohon tersebut, dipetik untuk kemaslahatan masyarakat. Stratifikasi dan kontinuitas tersebut berjalan sebagai pendidikan kedokteran berkelanjutan dari tingkat dokter di tingkat layanan primer (Puskesmas) sampai dengan subspesialis dalam satu rangkai ranting yang bertautan baik keilmuan dan kesejahteraan.

Pendidikan kedokteran berkelanjutan merupakan ‘ruh’ yang menggerakan akal dan kalbu dokter Indonesia memelihara nilai kerendahan hati dalam menjaga standar pelayanan kesehatannya. Istilah kerennya diatas langit ada langit, pendidikan yang didapat adalah kompetensi di satu stasiun yang harus bergerak lagi ke stasiun berikutnya. Hal ini bermakna suatu kompetensi dan keahlian setiap dokter memiliki disparitas sangat luas dan membutuhkan suatu kolaborasi satu dengan yang lainnya.

Kita tidak menafikkan adanya suatu proses ide dan inovasi yang bergerak lateral dan out the box jika mengambil istilah dari Edward de Bono. Ide dan inovasi adalah keniscayaan yang dapat muncul setiap saat, mengingat kodratNya memberikan potensi untuk itu. Inovasi adalah suatu gagasan pemikiran yang termaktub suatu hipotesis, premis, kerangka teori dan kerangka konsep menjelma sebagai suatu algoritma untuk menjelaskan tahap-tahap proses riset memiliki suatu bukti bermanfaat untuk suatu pelayanan kesehatan. Perjalanan ini membutuhkan kurun waktu yang panjang sebelum diterapkan di masyarakat, melalui rangkaian diskusi keterbukaan tahap penelitian, evaluasi dan monitoring, publikasi dan kejujuran hasil penelitian terkait dengan efikasi di masyarakat.

Kemandirian dan Sinergitas dengan Pemerintah

Kemandirian dan ketahanan kesehatan bangsa adalah transformasi kemitraan yang mendukung jejaring sistem kesehatan bergerak dalam dua arus global yaitu ancaman krisis kesehatan dan kesiapsiagaan geomedik kesehatan. Pendekatan terhadap ancaman krisis kesehatan adalah mendayagunakan segenap potensi infrastruktur yang dimiliki sebagai penjaga utama berdayanya sikap deteksi dini dan responsif menghadapi bencana. Penguatan tersebut adalah dukungan kolaborasi institusi profesi kesehatan (IDI Reborn) memberdayakan anggotanya sebagai tenaga kesehatan inti dan cadangan bersamaan dengan penyediaan fasilitas layanan kesehatan mandiri bidang farmasi dan alat kesehatan. Kedua akses sumber daya ini merupakan tombak utama terbentuknya kemitraan sehat yang memiliki dampak kepada masyarakat.

Pendekatan terhadap kesiapsiagaan geomedik kesehatan adalah pemberdayaan potensi intelijen kesehatan masyarakat sebagai alat ukur deteksi – respon – pencegahan sebagai suatu kekuatan jejaring surveillans kesehatan untuk menguatkan peran dan akseptabilitas setiap dokter, bergerak dan keberadaannya diakui oleh masyarakat. Konsep kerja ini memuat suatu perencanaan sistematis untuk mendukung kompetensi dokter dengan tingkat stratifikasi berjenjang (layanan primer dan rujukan) dan memiliki kemampuan tambahan selain keahliannya dengan kultur Emergency Prevention Treatment Community (EPTC). EPTC layaknya relawan kesehatan siaga IDI Reborn yang senantiasa berkemampuan memetakan problematika kesehatan di daerahnya dan mengimplementasikannya dalam bentuk respon kepedulian dan pencegahan komunitas.

EPTC bergerak sebagai kultur dinamis IDI Reborn yang sudah berjalan sebelumnya dalam tata kelola Tim Mitigasi Risiko bencana dan Relawan Bencana. Penguatan struktur, SDM dan gerak cepat tanggap bencana salah satu prioritas yang berjalan konsisten baik dalam kompetensi dan profesionalitas. Terjaganya kompetensi ini merupakan soliditas dokter Indonesia menjalankan fungsi-fungsi di bidang kebencanaan.

Tataran kesehatan dan ketahanan bangsa berikutnya adalah peran IDI Reborn dalam mengakselerasi akses energi kesehatan bangsa, yaitu peran IDI secara struktural dan partisipatif (kolaborasi) mendorong dan membantu pemerintah memperkuat kemampuan dalam pemetaan distribusi dan cakupan pelayanan kesehatan terutama di pulau-pulau terpencil bersama institusi kesehatan lainnya (TNI) yang memiliki kapasitas intelijen medik dan geomedik untuk memeliharan ketahanan nasional. Perannya secara substansi menjadi salah satu komponen dalam pemberdayaan kedaulatan dan instrument untuk keamanan nasional.

Pembangunan kesehatan saat ini memerlukan suatu pola sinergitas dan partisipatif sebagai paradigma yang bergerak dinamis dari berbagai varian yang berkepentingan, untuk tercapainya tujuan pembangunan kesehatan yang sedemikian kompleks. Dimensi sinergitas pembangunan yang berorientasi struktural dan partisipatif merupakan paradigma yang akan terus berkembang, mengingat bergerak dinamisnya varian yang berkepentingan untuk tercapainya tujuan pembangunan kesehatan sedemikian kompleks. Tidak hanya kebijakan, namun kemampuan konseptuasi yang bedimensi protektif dan prediktif menjadi salah satu acuan penting.

Pendekatan protektif adalah kebijakan dan kesinambungan pembangunan kesehatan  berorientasi kepada perlindungan masyarakat, dalam hal ini kegiatan promotif dan preventif yang didayagunakan sebagai suatu kekuatan ketahanan kultural. Dalam konteks ini, pendidikan masyarakat untuk sadar memproteksi dirinya sangat penting. Pendekatan prediktif adalah kebijakan yang menautkan tali temali kuat kepada implementasi yang berimbas kepada masyarakat dalam mengelola kesehatan secara individu dan komunitas sehingga memiliki kemampuan untuk memprediksi terhadap kerentanan, bahkan mengantisipasi kedaruratan kesehatan.

IDI Reborn adalah keniscayaan untuk menjembatani Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dan Sistem Kesehatan Pertahanan (Siskeshan) sebagai jalur kebersamaan pembangunan kesehatan nasional. SKN memiliki prioritas pemberdayaan kesehatan masyarakat sebagai nilai akumulatif berkelanjutan, ditopang oleh struktur organisasi – jejaring dan teknologi informasi. Siskeshan memiliki prioritas determinasi sistem ketahanan nasional sebagai titik tumpu kepada nilai kesehatan, berbasiskan uji kompetitif keilmuan sehingga memiliki akseptabilitas dalam memberdayakan kesehatan di masyarakat sebagai bagian dari ketahanan nasional. Titik temu SKN dan Siskeshan adalah terciptanya partisipasi masyarakat untuk mendukung kebijakan kesehatan nasional dengan acuan terciptanya kemandirian bangsa.  Konsep SKN dan Siskeshan memiliki nilai fleksibilitas dalam menentukan setiap ancaman terhadap kedaulatan bangsa. Kebijakan yang termaktub dalam SKN menjadi parameter utama. Bidang keilmuan tersebut mendukung konsep strategis kesehatan nasional yang terintegrasi untuk membentuk organisasi dan jaringan kesehatan nasional yang kuat. Pemenuhan ini tercakup dalam strategi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas), dalam menggerakkan secara simultan berbagai elemen dasar kesehatan dalam satu tombak perjuangan.

Sinergitas IDI – Pemerintah untuk mengawal Kesehatan dan Ketahanan bangsa merupakan kekuatan energi kesehatan baru untuk mengisi peran-peran kemasyarakatan di berbagai daerah, berdoman kepada asas kemandirian dan kolaborasi

Jakarta 3 Mei 2022

Brigjen TNI Purn Dr.dr.Soroy Lardo, SpPD KPTI FINASIM CIQnR, CIQaR

Ketua Divisi Kebijakan Eksternal MPPK

Ketua Departemen Advokasi Lembaga Pemerintah PB IDI

Mantan Direktur Pengembangan dan Riset RSPAD Gatot Soebroto

Gambar Algoritma Sinergitas Kesehatan dan Ketahanan Bangsa

Download PDF: Sinergitas Kesehatan dan Ketahanan Bangsa: Peran IDI Reborn

Bagikan