Pemberdayaan kesehatan di era saat ini adalah energi ketahanan bangsa terdayaguna sebagai kekuatan intensifikasi dan pemerataan kesehatan berdampak kepada kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat merupakan mekanisme alamiah melalui perubahan kultural mengadaptasinya potensi-potensi partisipasi kesehatan di setiap daerah /desa menuju kepada soliditas dan tanggung jawab komunitas. Potensi ini akan bergerak dinamis solidaritas yang menyentuh akar kebutuhan masyarakat, salah satunya peran posyandu sebagai wadah dan wahana untuk hidup produktif dan sehat.
Wahana produktif dan kualitas hidup sehat merupakan salah satu program IDI Reborn, menyumbangkan konsep dan langkah impelementasi diantara jembatan kapital industri kesehatan dan Investasi kesehatan di tingkat grass root. Jembatan tersebut adalah strategi kesehatan dan kesejahteraan dengan mengkompromikan nilai ekonomi yang didapat dari keuntungan bisnis kesehatan dengan ekspansi dinamis nilai kompetensi keilmuan, sebagai kompromi adanya suatu dampak kemasyarakatan kualitas hidup sehat yang lebih baik.
Kita pahami agenda kesehatan menjemput transformasi kesehatan ditandai dengan bertumbuhnya dua kekuatan enterpreunership pemberdayaan kesehatan, yaitu posyandu dan puskesmas sebagai layanan kesehatan tingkat akar rumput dan pemberdayaan rumah sakit sebagai layanan spesialistik dan rujukan. Keduanya memiliki perspektif berbeda dalam proses bertumbuh. Posyandu dan Puskesmas bertumbuh melalui rute bottom up demokrasi kesehatan yaitu kekuatan spirit akar rumput pemberdayaan kesehatan dan inspirasi bergeraknya starting point dalam mempengaruhi kebijakan kesehatan sebagai pola keberlanjutan yang dinamis, dalam konteks teritorial kesehatan, di sisi lain rumah sakit sebagai organisasi padat modal, padat karya dan padat ilmu bertumbuh melalui rute keekonomian namun memiliki tanggung jawab untuk menjaga kesinambungan dalam mutu dan keselamatan pasien.
Bagaimana titik temu kedua titik pemberdayaan sebagai turning point? Titik temunya adalah kekuatan akar rumput di rumah sakit rujukan (SDM dan tenaga kesehatan lapangan) memiliki kompetensi dan solidaritas yang kuat untuk berubah, memperbaiki kelemahan pelayanan yang ada dengan bertumpu kepada radical care sebagai empati pelayanan paripurna. Disisi lain akar rumput di tingkat posyandu dan puskesmas dengan layanan kesehatan masyarakat dan keterampilan teritorial menjaga potensi dan kompetensi kesehatan daerahnya serta mengembangkan mekanisme umpan balik dalam evaluasi pemberdayaan kesehatan, bertumpu kepada community care sebagai empati gerakkan kesehatan paripurna, sehingga tercipta energi kinetik gerak kesehatan masyarakat yang menapak dari bottom up.
Transformasi Kesehatan bangsa adalah tapak yang dijalin oleh lilin-lilin kecil disetiap sudut terpencil kebangsaan, melalui tangan-tangan pelayanan tanpa pamrih. Transformasi ini berwujud sebagai gerakkan masyarakat (Germas) yang membumi dan menyatu dalam semangat kedaulatan bangsa. Spirit nasionalisme berwujud sebagai nilai (value) jembatan sinergitas transformasi kesehatan sebagai proses panjang terbangunnya kemerdekaan oleh para pendiri bangsa menyatukan pilah-pilah kebangsaan menjadi networking – one health security. Keluaran yang diharapkan adalah kematangan sumber daya membangun jaring-jaring pelayanan nusantara sehat sebagai nilai “to do more”, suatu kompetensi yang berkemampuan membangkitkan masyarakat menyerap spirit dan kultur kesehatan bangsa sebagai kekuatan partisipasi dan kemandirian.
IDI Reborn dan Nasionalisme Kesehatan Bangsa
IDI Reborn dalam menghadapi dan mendukung transformasi kesehatan yang diusung oleh Kementerian Kesehatan adalah keniscayaan dinamis terkait dengan karakter dan peran dokter Indonesia mengaplikasikan spirit nasionalisme untuk bakti negeri. Kesadaran nasionalisme adalah kemandirian dan ketangguhan mengantisipasi tantangan global dengan menguatkan Sistem Kesehatan Nasional dan Kesehatan Pertahanan, berdasarkan nilai-nilai sejarah perjalanan IDI untuk melestarikan identitas, nasionalisme dan integritas konstruksi kedaulatan bangsa.
IDI Reborn adalah karakter nasionalisme ilmuwan kesehatan berkemampuan mengkalbukan nilai tambah (added value) profesinya sebagai Defense Human Capital. Kesadaran nasionalisme hendaknya mengadaptasi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran berperspektif peradaban baru yaitu terkait dengan kepemimpinan masyarakat, digitalisasi kesehatan dan sebagai jiwa transformasi kesehatan. Transformasi ini akan memberikan pemikiran baru tanggung jawab profesionalisme, cara berpikir dan menyusun algoritma tataran baru kebijakan kesehatan nasional.
Saat ini Transformasi Kesehatan dengan enam pilar yang dicanangkan merupakan jalan perubahan yang menautkan dua aspek penting yaitu tantangan kesehatan global (Pandemi) dengan akibat berpengaruhnya terhadap berbagai komponen multisektor kehidupan dan tantangan kesehatan internal yaitu pembenahan komprehensif berbagai potensi energi kesehatan bangsa yang dapat diberdayakan untuk kemandirian kesehatan. Keenam pilar tersebut adalah (1) Memperkuat infrastruktur, SDM layanan promotif dan preventif di bidang kesehatan pencegahan layanan primer, (2) Meningkatkan peran center of excellence rumah sakit rujukan memiliki akses mutu pelayanan yang didukung oleh pendidikan dan riset, (3) Menjembatani dan Menautkan konsep ketahanan dan kesehatan nasional melalui pemberdayaan berkelanjutan program kemandirian di bidang alat kesehatan, farmasi (keanekaragaman bahan hayati) dan material kesehatan lainnya sebagai kekuatan cadangan strategis kesehatan menghadapi krisis kesehatan didukung oleh suravaillans yang kuat, (4) Pembiayaan kesehatan melalui Jaminan Kesehatan Nasional berstruktur keadilan untuk masyarakat dan berkesinambungan.(5) Akses Distribusi Tenaga Kesehatan yang menembus pelosok desa dan Peningkatan Kualitas SDM yang terbina dengan pendidikan berkelanjutan. (6) Pendayagunaan Teknologi Kesehatan yang menyentuh akses layanan kesehatan di tingkat dasar dan Industri Kesehatan seperti Bioteknologi, Big Data Kesehatan (Internet of Thing) yang akan berpengaruh terhadap layanan diagnostik, terapeutik dan preventif.
IDI Reborn menuai dan mensemai transformasi kesehatan memerlukan reartikulasi dibidang kemitraan ilmu yang melingkupi ranah klinis kompetensi keilmuan berdasarkan science of human being bagi dokter yang bekerja di rumah sakit, community responsibility sebagai kompetensi kesehatan masyarakat bagi dokter yang bergelut dengan keseharian kesehatan di masyarakat dan penjaga gerbang kesehatan pertahanan bagi dokter yang bertugas di bidang kesehatan dan ketahanan bangsa. Salah satu yang mengemuka adalah keterlibatan dokter Indonesia dalam tataran Ekosistem Kesehatan Pertahanan yaitu merajut kemitraan keilmuan yang melingkupi ranah klinis berdasarkan science of human being bagi dokter yang bekerja di rumah sakit dan kompetensi kesehatan masyarakat dengan ikon community responsibility untuk berkontribusi terhadap kualitas kesehatan masyarakat yang lebih baik. Pendekatan ekosistem kesehatan pertahanan tersebut meliputi: (1) Penguatan infrastuktur fasilitas layanan kesehatan primer untuk menjejak fungsi dan rantai preventif – promotif bergerak dinamis di tingkat komunitas dengan manajemen pengelolaan yang kondusif ; (2) Penguatan kerjasama multikeilmuan untuk menjalin kerjasama tingkat komunitas terkait dengan peran posyandu, khususnya rantai promotif dan protektif ; (3) Mengurai peran yang saling mengisi diantara tanggung jawab keilmuan (profesionalisme) baik personil maupun korps bersinergi dengan kondisi lapangan. Profesionalisme seorang ilmuwan adalah menata akal dan kalbunya berdasarkan profesionalisme personil (meliputi keahlian, tanggung jawab dan kesatuan korps, yang didukung adanya sifat ulet, tekun, tegar, patuh, tulus dan disiplin dan menyenangi profesinya) dan profesionalisme korps (meliputi keahlian, tanggung jawab dan kesatuan korps, yang didukung adanya sifat ulet, tekun, tegar, patuh, tulus dan disiplin dan menyenangi profesinya) dan profesionalisme korps (meliputi adanya spesialisasi peran yang didukung kebaradaan satu sumber otoritas kekuasaan dan pertumbuhan bangsa)
IDI Reborn mendukung Pemerintah mewujudkan enam pilar transformasi kesehatan yakni transformasi kesehatan yang mengkoneksikan proporsi pemberdayaan SDM, Infrastruktur, kesiapsiagaan tenaga kesehatan cadangan dan proporsi kemanfaatan JKN yang terajut dengan kesejahteraan masyarakat dan sistem kesehatan global. Peran IDI adalah memberikan jalan perubahan berupa spirit baru yang terjalin erat dengan meninggalkan pola lama (konvensional) kepada pola baru yaitu kolaborasi, networking dan membangun ide bersama yang berimplementasi menguatnya ketahanan dan kesehatan bangsa.
Titik temu IDI dan Kemenkes dalam Transformasi kesehatan adalah terpeliharanya Ekosistem Kesehatan Bangsa terhadap jalan perubahan terukur setiap pilar yang memperkuat nilai-nilai kedaulatan bangsa. Nilai-nilai tersebut adalah uji bukti (evidence) nilai kebangsaan yang bergerak dinamis untuk menjamin kelangsungan kehidupan nasional sebagai reartikulasi nilai terhadap berbagai varian kehidupan, situasi dan kondisi aktual yang dihadapi. Otoritas dari kedua lembaga ini adalah daya dukung dan daya juang organisasi terhadap strategi, kebijakan, pendidikan dan riset yang berkemampuan memiliki analisis futuristik mengawal enam pilar transformasi kesehatan.
IDI Reborn – Kemenkes akan mencatat cita sejarah optimisme terwujudnya enam pilar transformasi kesehatan untuk Indonesia Maju.
Selamat Hari Bakti IDI 20 Mei 2022
Jakarta 19 Mei 2022
Brigjen TNI Purn Dr.dr.Soroy Lardo, SpPD KPTI FINASIM CIQnR, CIQaR
Ketua Divisi Kebijakan Eksternal MPPK
Ketua Departemen Advokasi Lembaga Pemerintah PB IDI
Mantan Direktur Pengembangan dan Riset RSPAD Gatot Soebroto
Kepustakaan
Octavian A. Karakter Nasionalisme Ilmuwan Kesehatan sebagai Defense Humah Capital. Kata Pengantar dalam Buku Bioetika Multi Disiplin. Indonesia Bioethics Forum (IBF) – UNHAN. Hal vii-ix. 2021
Kesehatan Republik Indonesia. Cetak Biru Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024. Jakarta. 2021 https://dto.kemkes.go.id/Digital-Transformation-Strategy-2024.pdf
Download PDF IDI Reborn: Bakti Untuk Negeri dan Transformasi Kesehatan