Sebagai dokter militer, hal yang perlu dipahami adalah berbeda dengan dokter sipil. Penempaan di Akademi Militer mentransformasi karakter leadership untuk berperan sebagai pimpinan lapangan. Komandan lapangan tidak hanya secara fisik bernuansa komandan batalyon, namun filosofi dan perspektif moral sebagai titik utama. Dokter militer diharapkan dalam penugasan pertamanya memiliki kalbu untuk memimpin di tingkat batalyon sebagai dokter batalyon, yang tidak hanya dituntut peran pelayanan kesehatan, namun dukungan kesehatan saat latihan maupun tugas operasi memerlukan kapasitas leadership yang spesifik.

Kepemimpinan lapangan bertaut dengan kesehatan lapangan. Dalam konteks ini, aksioma yang ditarik adalah problematika dan aplikasi lapangan sebagai prinisip learning by doing dengan memberlakukan ilmu kegawat daruratan sebagai prioritas utama. Proses yang berkembang akan merunut kepada kajian-kajian keilmuan sejauh mana ilmu yang diterapkan sesuai dengan kaidah keilmuan yang tertuang di buku, dan kesenjangan apa yang terjadi di lapangan. Saat itu belum ada konsep evidence base medicine, pergerakan dilapangan mengisi kotak-kotak keilmuan yang saat ini sudah dikembangkan sebagai ranah kebijakan dan SOP.

Konsep dokter batalyon adalah pembinaan leadership bertumpu kepada akselerasi dan proses penempaan diri yang berjalan secara bertahap. Ruang lingkup yang menaungi adalah kerja lapangan dipatri dengan kemampuan kesehatan lapangan untuk mengatasi kasus latihan ataupun penugasan operasi. Proses yang berkesinambungan ini akan menuai pembentukan karakter diri kepemimpinan lapangan sebagai interaksi keilmuan yang diterapkan dan kapasitas kecepatan dan ketepatan dalam pengambilan keputusan.

Kepemimpinan militer menganut dua aspek penting yaitu kepemimpinan strategis dan kepemimpinan taktis. Kepribadian kepemimpinan strategis tidaklah muncul melalui proses “ujug-ujug”. Nilai kepemimpinan ini terbangun bergerak ‘bak’rel kereta yang saling menaut dan semakin panjang untuk memperkuat landasan rel sehingga menjadi kuat untuk dilalui kereta api setiap waktu. Setelah kuat, rel kereta tersebut akan memberikan kontribusi menghadapi setiap gesekan roda kereta yang melewatinya. Kepemimpinan taktis yang kuat akan muncul setelah kotak-kotak kepemimpinan lapangan terisi dengan nilai-nilai filosofi dan nutrisi kepemimpinan, kemudian bergerak menujuk sirkulasi otak dan organ penting untuk membentuk kepemimpinan strategis. Kepemimpinan strategis adalah buah kemampuan kepemimpinan taktis membawa ranum energi baru yang senantiasa diisi sebagai konsep, idea yang tidak pernah habis untuk membuka sekat-sekat kebuntuan paradigma lama yang tidak berorientasi kepada perubahan.

Kepemimpinan militer adalah energi yang bergerak dari dua tombak yang menyatu kepada satu sasaran yaitu tujuan dan cita kebersamaan. Cita kebersamaan tersebut berbasiskan kepada nilai luhur dan filosofi kepemimpinan yang berorientasi kepada potensi objektif organisasi membawa SDM-nya memupuk kebersamaan membawa organisasi, sebagai bagian egaliter dan kotak yang memuat jabat tangan dan derap kaki teratur melalui tali-tali yang mengikat, tidak terlepas dari hempasan lingkungan yang berupaya menghambat nilai kebersamaan. Tali pengikat ‘bak’ gelombang laut menaik dan menurun menuju pantai untuk menghempas tanah menjadi bersih dari kerikil karang.

Kepemimpinan militer adalah pohon yang tegak dengan akar menghunjam, batang yang tegak dan cabang yang saling menaut dengan sapta marga sebagai kuncinya. Kekuatan pohon ini dialiri oleh oksigen sumpah prajurit sebagai perwujudan agent of change yang ditempa oleh nilai ideologis dan perjuangan tanpa pamrih menguak. ranting-ranting patah untuk diganti dengan ranting baru yang bersikulasi mengisi energi terbarukan disetiap cabang ranting dengan daun dan bunga merekah.

Kultur Strategis Kepemimpinan

           Kultur strategis kepemimpinan adalah nilai dan kekuatan karakter kepemimpinan yang berdampak kepada jejak-jejak roda organisasi yang dipimpinnya. Jejak tersebut memiliki potensi dan memberikan perspektif membuka arus pikir baru transformasi perubahan sistem nilai bernaung kepada gerakkan dinamis untuk membuka sekat egilatiranisme kompetensi kepemimpinan yang proaktif. Penilaian berdasarkan kapasitas intelektual dan kompetensi profesionalisme (penugasan dan keilmuan) sebagai parameter penting dan akan menumbuhkan budaya kompetensi yang sehat dan kebersamaan saling berpegangan tangan untuk meraih karir bersama. Mekanisme egalitarianisme ini menjejak keterbukaan publik dalam penilaian suatu proses kepemimpinan berbasiskan pendekatan objektif, menguak potensi-potensi jejak karir bebasiskan bukti (evidence leadership).           

         Kultur strategis kepemimpinan harus menguak butir-butir baru adanya parameter objektif kemampuan kompetensi beranjak kepada spirit inovasi berkelanjutan sehingga menumbuhkan agent of change yang memberikan nafas baru untuk suatu perubahan.

Networking Leadership: Kolaborasi dan Spirit Berkesinambungan

         Kolaborasi dan networking leadership merupakan keniscayaan peran kesehatan militer, beranjak kepada sumber daya penelitian dan pengembangan, sebagai nilai kejuangan baru melengkapi dukungan dan pelayanan kesehatan. Tripatrit tersebut menjejak peran kesehatan TNI dalam lingkup lembaga-lembaga yang bernaung dan rumah sakit TNI. Saat ini sudah bergerak kapal penelitian yang disauh dengan ketegaran tahap demi tahap, melalui gerak dinamis kerjasama penelitian dengan tujuan untuk kesehatan bangsa dan ketahanan nasional.

          Tahapan dan fase perjuangan yang dibina melaui interaksi konsisten dengan berbagai lembaga riset unggulan, sudah memasuk fase pengembangan dan peningkatan kemampuan riset menuju perwujudan lembaga riset berkemampuan sertifikasi, dan jejaring yang berkesinambungan. Proses ini akan berjalan konsisten melalui dukungan kebijakan yang selalu memberikan rongga-rongga spirit inovatif terutama kepada generasi kesehatan TNI milenial. Satu ungkapan yang perlu dipegang adalah kultur Health Reliablility Organization (HRO) yang bertumpu kepada Leadership, Best Practises dan Environmental Without Error.

Jakarta, 3 September 2019

               

Bagikan