Menjalani kehidupan sebagai dokter militer memerlukan fisik dan jiwa yang prima. Kenapa demikian? Dinamika dan gerak kegiatannya ‘bak’ gasing yang berputar. Kita memerlukan energi tubuh yang selalu siap “charging”, istilah kerennya energi terbarukan. Energi terbarukan tentunya tidak dapat dibentuk secara instan, memerlukan suatu proses dan mekanisme yang panjang, yaitu tersedianya cadangan investasi mineral dan enzim sebagai bahan bakunya. Jika bahan bakunya sudah siap, maka proses inreyen tubuh akan berjalan mengadaptasi gerak lingkungan, baik yang menghambat maupun mengakselerasi tubuh, untuk bergerak meraup tangga karir berikutnya.

Dokter militer adalah tangga panjang yang menaik setahap demi setahap, dia dibentuk di Akademi Militer untuk bertransformasi dari karakter dan kepribadian sipil menjadi karakter seorang militer dengan disiplin sebagai nafasnya, aktualisasi diri untuk berperan transformasi dan keberlanjutan. Disiplin prajurit bukanlah terminologi sederhana, dia harus dapat meniupkan tiang-tiang statis yang berjejer bergerak fleksibel mengikuti arah angin, mengurai berbagai hambatan menjadi tiang-tiang yang tegak dan memberikan solusi di tempat penugasannya.

Dinamika adaptasi dokter militer adalah menerapkan jiwa sapta marga dan sumpah prajurit dalam relung jiwanya, senantiasa menjadi kalung yang menyertai dalam migrasi penugasan. Pengabdian tersebut ‘bak’ rantai sepeda berputar, dapat bergerak pada aspal yang rata ataupun aspal yang berlobang. Dokter militer di awal penugasan sebagai dokter batalyon diharapkan berkemampuan menjaga rantai dan roda sepeda tidak putus dan bocor. Penempaan sebagai dokter batalyon sungguh menjadi  galur filosofi-nya, karakter dokter militer adalah pengabdian kepada bangsa dan negara.

Menjadi dokter militer tidak terlepas dari kungkungan penugasan, namun peningkatan kemampuan dan kompetensi diri menjadi bola-bola yang bergerak maju. Kita tidak bisa berada dalam tempurung, membuka mata untuk melihat suatu perkembangan yang luar biasa situasi dengan berbagai kompleksitas kepentingan global, yang tentunya akan memengaruhi perspektif ketahanan nasional negara masing-masing.

Suatu hari kami di panggil atasan di Pusat Kesehatan Angkatan Darat, tolong siapkan draft kerjasama dengan Kemendikti Ristek untuk membuat payung kerjasama penelitian dengan Angkatan Darat. Setelah bulak-balik sebagai caraka, alhamdulillah draft tersebut selesai. Tahun 2018 diminta bantuannya untuk terlibat dalam Pokja penyusunan Peraturan Mentri Pertahanan tentang SDM Peneliti, alhamdulillah sudah ditandatangani.

Kebijakan dan regulasi kolaborasi penelitian ini membuka kota pandora lebih jauh dengan keterlibatan kesehatan TNI dalam ICMM (International Conggress Military Medicine) yang telah dilaksanakan di Bali pada tahun 2015 dan dibuka oleh Bapak Wapres HM Jusuf Kalla. ICMM selanjutnya menjadi organisasi dinamis dalam kolaborasi dokter militer baik dalam kerjasama pelayanan, pendidikan dan penelitian.

Keterlibatan dokter militer Indonesia dalam ICMM membuka sekat-sekat kelam yang selama ini menaungi. Selama ini ruang lingkup dokter militer sangat terbatas. Dokter pasukan – rumah sakit – dan memegang kedudukan struktural. Kegiatan keseharian – pun terbatas pelayanan untuk prajurit  dan masyarakat umum dan dukungan kesehatan untuk kegiatan latihan prajurit ataupun kegiatan latihan gladi besar tingkat angkatan maupun TNI.

ICMM dan perkembangan kesehatan dunia yang sangat dinamis sejak diluncurkannya International Health Regulation oleh WHO tahun 2005 yang merujuk kepada pendayagunaan SDM kesehatan untuk menghadapi preparedness terhadap ancaman kesehatan global. Pendayagunaan SDM tersebut berada dalam ruang lingkup sistem yang memungkinkan program berkelanjutan yaitu Sustainability Development Program (SDGs). Strategi ini diharapkan dapat memandu pendekatan komprehensif terhadap kedaruratan kesehatan masyarakat.

Peran lebih lanjut adalah sejak dicanangkannya GHSA 2014, menguak fenomena baru peran dokter militer. GHSA dengan fokus kepada deteksi, respons dan preventif merupakan gerakkan nasional yang akan membentuk kekuatan politik ketahanan nasional lebih kokoh. Melalui peran dokter militer dan didukung partisipasi berbagai elemen militer (bintara teritorial), dokter militer akan memiliki ruang untuk berkiprah, berkreatif dan berinovasi untuk bangsa.

Jakarta, 28 Agustus  2019

Bagikan

Leave A Comment

Recommended Posts

Investigating the Antibacterial Effectiveness of Zinc Particles in Different Forms within Alginate-Based Hydrogels Incorporating Nanocellulose

Soroy Lardo

Muhammad Alif Razi, Gerald Ensang Timuda, Deni Shidqi Khaerudin, Ni Putu Ratna, Ayu Krishantia, Andri Pramesyanti Pramono, Luciasih Agustini, Wahyu Ramadhan, Safrina Dyah Hardiningtyas, Maya Ismayati, Novitri Hastuti.   Abstract In contrast to zinc oxide (ZnO), the antibacterial potential of zinc hydroxyacetate […]

Bagikan
Read More
Translate »