oleh :

Brigjen TNI Purn. Dr.dr.Soroy Lardo, SpPD KPTI FINASIM

Ketua Departemen Hubungan Lembaga Pemerintah PB IDI

Alumni TOT Lemhannas TA 2022

 

Pendahuluan

             Program Pendidikan Spesialis saat ini mengalami perubahan dalam olah pikir dan olah kalbu, istilah kerennya dalam Ilmu Kesehatan Matra ‘Paradigma Shift’. Beragam aspek perlu disiapkan terkait dengan penyediaan lahan infrastruktur, kompetensi SDM, jejaring kerja, kondusifnya proses pembelajaran dan kultur resiliensi yang memungkinkan peserta prodi spesialis berkemampuan memiliki kemampuan adaptasi daya tahan tubuh (host) menghadapi tantangan pendidikan yang dijalani, jika istilah klasiknya memiliki daya juang yang tangguh – resiliensi sebagai kapasitas sistem imun tubuhnya yang semakin meningkat dalam memulai pendidikan, bukannya menurun.

Salah satu yang menarik dikaji adalah hasil penapisan atau skrining berbasis kuesioner Kemenkes yang dimuat Kompas  16 April, 2024, mengungkapkan 22,4 persen mahasiswa program pendidikan dokter spesialis atau PPDS terdeteksi mengalami gejala depresi. Sebanyak 3,3 persen atau 399 orang di antaranya bahkan mengaku lebih baik mengakhiri hidup atau ingin melukai diri. Hasil skrining ini mengemuka dan merespon Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (Senin, 15/4/2024) perlu ditangani dengan segera, sebagai tindakan lanjutan.

Skrining tersebut menguak suatu fenomena yang perlu dikaji secara lebih dalam, untuk menguatkan ataupun mengkritisi arah yang lebih objektif dengan validitas yang lebih tinggi, sehingga akan didapatkan suatu ‘peta geomedik’ langkah konseptual dan implementasi yang lebih komprehensif untuk mengembangkan sistem resiliensi berkelanjutan Program Pendidikan Spesialis.

Tulisan ini merupakan beberapa aspek menguak beberapa pemikiran untuk memperkuat kultur resiliensi khususnya peserta program  yang dikaji dari beberapa pendekatan terkait dengan implementasi di Rumah Sakit Pendidikan, Visi Program Pendidikan Spesialis Masa Depan dan Nilai Ketangguhan (Resiliensi) Pendidik Spesialis dan Inovasi Teknologi.

Implementasi Pelayanan Kesehatan dan RS Pendidikan

          Transformasi kesehatan untuk menjawab tantangan kesehatan terkini merupakan bola salju sinergitas yang perlu dikuatkan, mengingat beban pelayanan kesehatan saat ini baik di layanan tingkat primer, sekunder dan tersier belum tersinkronisasi dan terintegrasi dalam satu atap, kualitas SDM kesehatan yang memiliki beragam variasi dan stratifikasi dan distribusi tidak merata dan belum tegaknya topangan pemerintah daerah untuk mengoptimalkan fasyankes di daerah-nya.

          Permenkes No.31/2022 memuat keterkaitan erat antara fungsi Rumah Sakit Pendidikan dan Implementasi AHS untuk menjawab tantangan transformasi SDM kesehatan melalui peran aktif sebagai pelaksana, dan inovator bagi sistem pelayanan kesehatan di tingkat primer, sekunder dan tersier. Merujuk ayat (1) merupakan bagian dari implementasi sistem kesehatan akademis yang terintegrasi untuk peningkatan mutu pelayanan kesehatan melalui pendidikan dan riset di bidang kesehatan.

        Menuju komitmen Rumah Sakit Pendidikan yang adaptif, Kemenkes berupaya melakukan transformasi pelayanan rujukan dengan memenuhi kapasitas pelayanan rujukan. Strategi yang digunakan adalah meningkatkan akses dan mutu pelayanan rujukan. Peningkatan akses pelayanan dilaksanakan dengan cara meningkatkan jejaring rumah sakit rujukan terutama untuk sembilan penyakit prioritas pnayakit katastropik (Jantung, Stroke, Kanker, Diabetes, Ginjal, Hati, Maternal Neonatal, Tuberkulosis dan Infeksi Emerging) dan pengembangan fasilitas pelayanan rujukan di daerah terpencil. Beberapa aspek pengembangan mutu layanan adalah melalui perbaikan kualitas layanan, perbaikan layanan medis dan hospitality layanan rumah sakit bekerjasama dengan rumah sakit luar negeri untuk transfer teknologi dan ilmu pengetahuan, meningkatkan kemampuan manajemen keuangan Rumah Sakit BLU. peningkatan mutu dan kualitas penelitian translasional dan penelitian klinik di rumah sakit. Pada era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ini, Rumah Sakit Pemerintah harus meningkatkan akses layanan rujukan dengan melakukan pemenuhan SDM kesehatan terutama dokter spesialis dan subspesialis sehingga diharapkan mutu layanan juga bertambah baik dan memiliki nilai tambah dalam pendidikan dan penelitian.

          Mengurai problematika, tantangan dan harapan multisektor pendidikan spesialis yang berorientasi untuk kesejahteraan rakyat, suatu model kebijakan multihelix pendidikan spesialis merupakan suatu keniscayaan, kolaborasi lembaga pemerintah dan organisasi profesi dan institusi pendidikan merupakan suatu keniscayaan. Multihelix tersebut meliputi Kementerian Kesehatan, Kemendikbud, Fakultas Kedokteran (AIPKI), Konsil Kedokteran Indonesia, Kolegium Profesi, PERSI, dan Ikatan Dokter Indonesia. Multihelix pendidikan spesialis bertumpu kepada spirit bela negara yang mendukung penguatan layanan primer (health resilience), enam pilar transformasi kesehatan, transparansi publik dan integritas keilmuan, kolaborasi teknologi kedokteran untuk preventif dan filosofi bisnis berbasiskan tanggung jawab sosial.

Tata kelola Pendidikan Spesialis berbasis rumah sakit

          Tujuan pendidikan profesi dokter spesialis berbasis rumah sakit adalah untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan klinis praktis dan secara formal-terstruktur untuk mendukung transformasi sumber daya kesehatan menuju mitra pemerintah, menjembatani mutu pelayanan primer dan pelayanan rujukan bersinergi dengan pendidikan dan penelitian yang diayomi oleh Kolegium organisasi profesi.

          Pelayanan, pendidikan dan penelitian sebagai ranah utama rumah sakit pendidikan memerlukan suatu proses perjuangan panjang, terkait dengan karakteristik, spirit de’corps dan komitmen untuk melaksanakan pendidikan spesialis. Mengingat keberagaman secara lokasi, kultur dan akses layanan yang berbeda. Karakteristik rumah sakit pendidikan utama adalah : 1) Mendapatkan penetapan dari Menteri Kesehatan sebagai pelaksana pendidikan dokter spesialis berbasis rumah sakit 2) Mendapat rekomendasi penyelenggara berbasis rumah sakit dari kolegium terkait 3) Mempunyai visi, misi, komitmen untuk mengutamakan pelayanan, pendidikan, dan penelitian bidang spesialistik 4) Merupakan rumah sakit pendidikan rujukan dengan fasilitas yang lengkap dan terpadu yang memungkinkan kolaborasi multidisiplin dan berkomitmen menyelenggarakan fungsi pelayanan, pendidikan dan penelitian 5) Terakreditasi dengan level utama 6) Memiliki minimal tiga supervisor yang ditentukan oleh kolegium pengampu kompetensi keilmuan terkait 7) Memenuhi persayaratan sarana, prasarana dan peralatan dibutuhkan untuk pendidikan dan penelitian 8) Memiliki integrasi terpadu dalam tata kelola manajemen dan administrasi untuk pelayanan, pendidikan dan penelitian (good corporate governance)

Visi pendidikan spesialis masa depan

          Visi pendidikan spesialis dan teknologi kedokteran (presisi) adalah salah satu nilai perubahan yang harus dikembangkan secara berkelanjutan, suatu sistem pendidikan spesialis yang melibatkan perspektif multisektor kehidupan dan arus perubahan teknologi global, visi pendidikan spesialis yang menaut erat nilai-nilai fleksibilitas peradaban keilmuan. Meningkatnya mobilisasi tenaga kerja, kepedulian masyarakat terhadap perubahan iklim dan kesehatan lingkungan terhadap bahan bakar fosil, krisis air melahirkan pentingnya etika dan upaya untuk mencari energi alternatif. Energi alternatif tersebut adalah mengupayakan teknologi disrupsi yang berdampak multisektor yakni Artificial Intelligence (AI) dan big data, melalui konektivitas 5 G yang memungkinkan teknologi lainnya saling terhubung seperti kendaraan otonom dan drones. Pendidikan spesialis dengan visi teknologi kedokteran presisi akan membentuk karakter keluaran insan dokter spesialis memiliki persepektif perubahan sosiokultural dan sosioekonomi perkembangan penyakit dari perspektif demografi, keragaman budaya dan stratifikasi masyarakat.         

          Kerangka pembelajaran pendidikan spesialis bervisi teknologi adalah peserta didik yang berkemampuan memecahkan masalah, menempatkan proses sebagai inti pembelajaran, memiliki keterampilan inti (core values) dan melihat keluaran kompetensi pendidikan yang beririsan dengan nilai kesejahteraan berhubungan dengan nilai kesesuaian (availibilitas) di bidang ekonomi, pekerjaan, pendapatan, kualitas hidup, keterlibatan publik dan masyarakat. Peserta didik berfungsi sebagai ko-agen yang membangun interaksi proses pembelajaran bermakna dan bertanggung jawab secara sinergi dan kesebayaan baik dengan pendidik maupun sesame peserta didik. Interaksi tersebut melingkupi identifikasi pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai bervisi perubahan dan membangun pengetahun terhadap keterampilan (skill), sikap, nilai karakter dan kompetensi yang lebih luas (spesialis-plus).

          Pendidikan spesialis (plus) merujuk visi pendidikan spesialis tahun 2035 yaitu membangun rakyat Indonesia untuk menjadi pembelajar seumur hidup yang unggul, terus berkembang, sejahtera, dan berakhlak mulia dengan menumbuhkan nilai-nilai budaya Indonesia dan Pancasila, proses pendidikan yang tidak semata menumbuhkan pola pikir satu sisi namun multisisi (high order thinking). Pendidikan yang mendedikasikan kolaborasi dan infrastruktur yang mendukung pembelajaran melalui pendekatan heterogen, fleksibel dan formatif, yakni proses pembelajaran yang mendayagunakan teknologi, kurikulum berdasarkan kompetensi yang berfokus pengembangan karakter dan keterampilan lunak (soft skill), bervisi kebhinekaan global, berakhlak mulia, bernalar kritis, berjiwa mandiri dan bergotong royong.

Nilai Ketangguhan (Resiliensi) Pendidik Spesialis dan Inovasi Teknologi        

          Nilai ketangguhan pendidik spesialis adalah menjalankan kerangka berpikir adaptive expertisegrowth mindsetcompetitive – multidimensi bela negara dengan mengedepankan penerapan praktik pendidikan kedokteran berbasis bukti (evidence-based medicine). Pendidikan kedokteran berbasis bukti merujuk kepada validitas dan pentingnya atau kekuatan suatu bukti tentang metode diagnosis, terapi, prognosis dan etiologi, dan diakhiri dengan pertimbangan aplikabilitas terhadap pasien dengan kasus yang sedang ditangani, disertai tinjuan kritis terhadap bukti dari berbagai tatanan dan pemahaman terhadap pendidikan kedokteran yang ada.

          Salah satu karakter ketangguhan pendidik spesialis menjalankan peran Tri Dharma Perguruan Tinggi sebagai kultur kesehatan dan ketahanan, yakni membangun kultur kohesivitas dan kolaborasi dalam proses pembelajaran keseharian dalam bentuk lingkungan sistem pembelajaran yang kondusif, ruang dialog dan berefleksi menghadapi dilema profesional di lapangan dan kehadiran dosen sebagai panutan positif. Kolaborasi interaksi pembelajaran dipelihara dalam kontinuitas adanya leadership, best practises, role modelling dan implemented behavior without error dengan tujuan membentuk dosen pendidik spesialis mendapatkan kecendekiawanan untuk mencapai nilai akademis atau pembelajaran di tingkat tertinggi. Pembentukan kecendekiawanan ini akan mendorong pendidik memiliki suatu rasa memiliki terhadap institusi pendidikan-nya (spirit de’corps) mewujudkan Tri Dharma Perguruan Tinggi, tingkat pengetahuan yang dimiliki akan memiliki manfaat transformasi untuk masyarakat.

Peranan IDI: Mengawal pendidikan spesialis dan nasionalisme profesi dokter

          Tujuh pilar transformasi kesehatan yang dicanangkan oleh IDI merupakan spirit nasionalisme dokter Indonesia menghadapi tantangan ke depan. Dokter masa depan adalah dokter yang memiliki kapasitas adaptif menghadapi setiap perubahan. Karakter adaptif tersebut adalah jiwa nasionalisme dokter spirit bela negara mengedepankan perspektif ketahanan nasional untuk mewujudkan visi peradaban hidup sehat, yang memiliki kerangka kerja berkelanjutan individu dan komunitas, menghadapi keguncangan multisektoral kesehatan yang berdampak kerentanan penyakit berdaya guna mengabdikan dirinya menjejak setiap kalbu masyarakat di setiap pelosok desa. Spirit nasionalisme bela negara adalah daya juang untuk menjaga keutuhan bangsa dan kedaulatan negara mengaktualisasikan perannya sebagai dokter spesialis dengan mengabadikan identitas dan integritas kebangsaan.

Peranan IDI dalam mengawal pendidikan dokter spesialis dan nasionalisme dokter, jika mengikuti perspektif Yudi Latif (2023) adalah berkiprah dalam dua determinan yang memengaruhi gerak laju peradaban suatu bangsa (Dailo,2021). Pertama, determinan yang terwariskan (inherited factors): geografi, geologi (sumber daya alam, mineral), genealogi (genetik), dan laku alam (pandemi, banjir, kekeringan). Kedua determinan modal manusia (human capital): kehadiran mutu manusia yang memiliki kehebatan dalam pengetahuan, keterampilan dan karakter. Kendati determinan terwariskan memiliki pengaruh penting, faktor modal manusia lebih menentukan bagi gerak laju peradaban bangsa. Kemakmuran suatu bangsa ditentukan oleh kemampuannya menghadirkan suatu sistem pendidikan dan inovasi hebat yang dapat mempertinggi mutu manusia yang istimewa dalam pengetahuan, keterampilan dan karakter. Lebih lanjut, SDM (dokter spesialis) berkualitas unggul ini dapat melahirkan berbagai inovasi yang dikembangkan menjadi produksi dan alokasi sumber daya untuk kemanfaatan masyarakat. Organisasi profesi dengan kepemimpinan kuat akan melahirkan produktivitas yang memberdayakan pendidikan spesialis sebagai ujung tombak penemuan (inventiveness) dan inovasi, etika kerja dan sistem perekonomian untuk mentransformasikan ide menjadi output.

          SDM dokter spesialis yang unggul merupakan hallmark kebangsaan sebagai wadah penempaan membentuk karakter kerohanianan kejuangan menghadapi realitas kesehatan bangsa saat ini menjadi peta jalan untuk menguatkan tiang-tiang kebangsaan dalam bangunan yang kokoh. Organisasi sebagai pengayom hallmark kebangsaan berperan menguatkan effort dan gerakan partisipatif kesehatan sebagai salah satu elemen kebutuhan bangsa, menumbuhkan wujud kepemimpinan dokter spesialis yang dapat membangun kepercayaan (trust) di masyarakat dengan mengedepankan jiwa memberdayakan dan kolaboratif untuk tercapainya keswadayaan hidup sehat. Institusi pendidikan, KKI dan Kolegium Profesi sebagai pengayon hallmark ekosistem pendidikan bertanggung jawab merawat pendidikan untuk menumbuhkan varietas generasi berikutnya lebih baik yaitu proses pendidikan yang merelasikan sebagai perjalanan saintifik, produktivitas, pro-aktif dan kepemimpinan lapangan yang berkemampuan menjembatani probematika kesehatan di masyarakat untuk kehidupan yang lebih baik (sustainability health living).

Hal ini dapat dilihat dari gambar dibawah ini:

Algoritma

PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS

Dalam Transformasi Kesehatan dan Kolaborasi Integratif Ketahanan Nasional

Kesimpulan

          Multihelix pendidikan spesialis berbasis RS Pendidikan dan Kultur Resiliensi merupakan tantangan transformasi kesehatan bangsa yang memerlukan kolaborasi dan kesetaraan yang erat dari berbagai institusi, kelembagaan dan organisasi profesi (IDI), yang masing-masing memiliki peran fungsional yang saling mengisi. Penguatan kultur resiliensi melingkupi pemahaman setiap peserta program pendidikan spesialis arah pendidikan spesialis berbasiskan science of human being, berkarakter nasionalisme dengan mengedepankan mutu SDM dokter Indonesia yang yang adaptive expertise dan growth mindset competitive.

DOWNLOAD PDF LENGKAP MULTIHELIX PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS BERBASIS RS PENDIDIKAN DAN KULTUR RESILIENSI

 

Bagikan