oleh:

Brigjen TNI Purn. Dr.dr.Soroy Lardo, SpPD KPTI FINASIM

Direktur UPNVERI-UPN Veteran Health Research Institute

Alumni TOT Lemhannas – 2022

 

Pendahuluan

 Tera kehidupan adalah signifikansi kesetimbangan diantara pertahanan diri dengan kepedulian komunitas yang dirajut semangat untuk memiliki peran di titik-titik kritis masyarakat. Masyarakat yang butuh perbantuan, tidak sekedar untuk sesaat, namun mengalir sirkulasi perspektif dan dinamik berkesinambungan adanya perubahan kualitas kesehatan yang lebih baik.

Tera sirkulasi tubuh adalah dinamik yang mengalir melalui saluran bernafaskan oksigenasi tubuh, untuk mengurai berbagai jaringan dengan mekanisme biokimia memperkuat lapisan-lapisannya yang mengandung energi terbarukan. Bangunan nilai-nilai pemeliharan jaringan sehat menopang aktivitas tubuh tetap energik secara metabolik, membentuk paradigma akal untuk memberikan solusi problematika kesehatan di masyarakat dan paradigma kalbu membumikan tangan-tangan berdaya sosial kesehatan mengangkat energi masyarakat bawah kembali berdaya.

Tali sirkulasi tubuh adalah dinamik yang mengalir melalui saluran pencernaan tubuh untuk mengisi nutrien-nutrien jaringan tubuh melalui fase proses pencernaan mengurai berbagai enzim untuk memuatkan bahan-bahan nutrisi energi yang baru, melekatkan peran metabolisme tubuh agar seiring dengan perubahan kegiatan tubuh bekerja untuk mencapai tatanan input dan output energi yang seimbang.

Tera dan Tali sirkulasi di bidang kesehatan adalah sejauh mana nilai-nilai ketahanan bangsa memuat nafas-nafas oksigenisasi dan nutrien pencernaan yang senantiasa mengalirkan enam pilar transformasi kesehatan bersinergi dengan kebutuhan masyarakat akan kualitas sehat dalam rengkuhan terjaminnya dua kutub paradigma hidup sehat yaitu kesehatan komunitas dan kesejahteraan komunitas yang di dukung oleh ketahanan publik.

Paradigma kesehatan dan kesejahteraan komunitas: transformasi posyandu

Kesehatan dan kesejahteraan komunitas merupakan dua sisi yang perlu dirajut di setiap program pemberdayaan masyarakat, mengingat keduanya akan bersinergi menjadi ujung tombak di setiap strata layanan kesehatan, merambah setiap sudut desa dan sudut kota metropolitan. Bagaimana menautkannya, sudah tentu melalui tenaga-tenaga enterpreunership kesehatan yang memahami kondisi lapangan di beragam daerah, didukung dengan inovasi teknologi yang berkemampuan memetakan (geomedik) kebutuhan masing masing daerah.

Kita memiliki 300 ribu posyandu dan 10205 ribu Puskesmas (2020) yang tersebar di pelosok bangsa, menguak bahwa infrastruktur layanan terpadu kesehatan berbasis rakyat sudah terbangun sejak periode Orde Baru, merupakan warisan dan jejak sejarah kesehatan yang perlu kita rawat. Di tempat-tempat tersebut bergerak spirit pemberdayaan kesehatan dalam keseharian denyut-denyut kehidupan di desa, menjadi salah satu penjaga kualitas kesehatan dan gerbong penggerak kehidupan sosial ekonomi masyarakat untuk tumbuh dan berkembang.

Posyandu adalah modeling partisipasi masyarakat. Kita masih ingat, kegiatan organisasi desa ini menjadi andalan pemberdayaan kesehatan masyarakat, walaupun saat itu tekanan politik kesehatan cukup kuat. Posyandu merupakan kekuatan nilai dan spirit yang dibangun dari kultur masyarakat setempat (kebersamaan dan empati sosial), sebagai mata pisau yang tajam untuk mengurai tali tali atau sekat ego sektoral di daerah tersebut. Posyandu diharapkan menjadi wadah yang dapat mengakomodasikan nilai-nilai tersebut sebagai perwujudan aplikasi sosial yang berimbas kepada perubahan perilaku di masyarakat. Modeling yang dikembangkan diharapkan dapat menguak fenomena posyandu mendistribusi kekuatan organisasinya untuk menembus beberapa nilai perubahan yang belum menjadi kesepakatan sosial. Posyandu memahami perannya tidak semata memberikan penyuluhan kesehatan, pendidikan kesehatan dan layanan kesehatan preventif terbatas, tetapi menggiring masyarakat untuk memiliki semangat sebagai agen perubahan, yaitu niat dan kultur membangun kesehatan yang lebih baik.

Model perubahan adalah mentransformasi posyandu sebagai organizing of change, kekuatan promotif kesehatan, pusdiklat kesehatan desa dan pelayanan preventif integratif terbatas. Posyandu sebagai organizing of change adalah fungsionalisasi terkait dengan tantangan global kesehatan yang menuntut kecermatan dalam deteksi penyakit dan sebagai gerbang dalam menentukan skala prioritas kegiatannya. Posyandu diharapkan menjadi salah satu mata rantai Puskesmas (FKTP) yang dapat menyerukan suara hati pelayanan di masyarakat, tidak bersandar kepada basis kegiatan blusukan di lapangan, namun proses pemanfaatan digitalisasi teknologi sudah saatnya dimulai, peran posyandu sebagai organisasi pembaharu.

Posyandu sebagai kekuatan promotif kesehatan adalah fungsionalisasi akses kebijakan desa yang meliputi: (1) Integrasi budaya dan kulturisasi untuk hidup sehat. Penduduk desa memiliki spirit gotong royong sebagai bagian lapangan sosial yang luas dalam berinteraksi, sehingga mewujud loyalitas dalam membina intensifikasi tingkat lokal dan ekstensifikasi tingkat relasi dengan daerah perkotaan. Bagi para penentu kebijakan dan perencana pembangunan, masyarakat desa memiliki konsep untuk menyediakan dan menciptakan adanya kepentingan lokal. (2) Sekolah promosi kesehatan. Jika mengacu kepada konsep health promotion WHO dengan meningkatnya populasi remaja, mendayagunakan sekolah sebagai promosi kesehatan, menjadi andalan strategis untuk mempromosikan perkembangan positif dan perilaku sehat.

Posyandu sebagai Pusdiklat Kesehatan Desa adalah: (1) Fungsionalisasi sentra pengembangan karakter yang secara fisik memberikan aura filosofi pelayanan dan pendidikan kesehatan kepada masyarakat. (2) Karakterisasi jaringan pendidikan dan pelayanan yang tidak hanya menjembatani aspek kuratif, namun promotif dan preventif menjadi bagian kolaborasi dengan berbagai lembaga swadaya masyarakat dan bintara teritorial. (3) Karakterisasi budaya empati. Budaya empati merupakan suatu gerbang karakter yang menempatkan adanya kreasi dan inovasi lingkungan yang sehat untuk terciptanya suatu interaksi dan integrasi wahana pendidikan latihan, menjadi kekuatan internalisasi sikap dan perilaku masyarakat desa. Konsep posyandu sebagai pusdiklat kesehatan desa menapak dan menjejak kuat mendukung peran agent of change yang berkelanjutan.

Pelayanan integratif preventif terbatas adalah fungsionalisasi layanan mendorong perilaku peduli kualitas kesehatan, mencegah penyakit, mengobati penyakit dan membantu pemulihan. Program nutrisi sebagai prioritas utama di masyarakat merupakan elemen dasar terbentuknya generasi bangsa yang lebih kuat. Penguatan nutrisi tersebut mencakup bidang hulu dan bidang hilir. Bidang hulu mempresentasikan sejauh mana kebijakan gizi nasional menjadi komitmen utama yang dapat menggerus tingkat gizi buruk di akar rumput. Kondisi yang perlu diupayakan adalah penyebaran dan perluasan lahan pertanian melalui intensifikasi dan diversifikasi pangan, yang tidak melibatkan slogan politik. Bidang hilir adalah membuat peta geomedik gizi nasional sebagai basis untuk membuat kebijakan dan gerakan berkelanjutan menurunkan tingkat nutrisi yang rendah di pelosok negri.

Penguatan komunikasi kesehatan publik

Komunikasi kesehatan publik adalah tekstual kehidupan yang kita dapatkan di keseharian yaitu kondisi faktual yang merealitas sebagai lajur-lajur perbedaan harapan setiap insan mendapatkan cita kehidupannya. Cita kehidupan tersebut meraup jengkal demi jengkal, strata demi strata, namun situasional yang menguak, adanya kesenjangan cita dan harapan. Cita harus dibangun dengan konsep pemikiran insani berlandaskan nilai-nilai kebenaran, universal, pola komunikasi sebagai ciri dan perspektif pemikiran berorientasi prediktif – protektif – modern berasaskan scientific continuity. Harapan harus digapai dengan merekatkan kalbu keikhlasan berkemampuan merancang suatu cita dengan nilai-nilai epistemiologi (proses) keilmuan yang bergerak diantara efikasi dan dampak. Substansi komunikasi kesehatan publik sesungguhnya merupakan kehidupan dengan cermin yang menguak keseharian untuk mengedepankan integritas komunikasi berbasiskan nilai-nilai insani dan menjalin beragam problematika (internal dan eksternal) dalam satu garis lurus, guna mencapai kesejahteraan bersama.

Transformasi kesehatan yang bergerak dinamis saat ini merupakan sinergitas tekstual komunikasi kesehatan dan substansial komunikasi kesehatan. Keduanya merekatkan enam pilar transformasi kesehatan (hulu dan hilir) untuk merangkum berbagai lintas sektor keilmuan sebagai tombak-tombak pendukung, yakni filsafat, psikologi, sosiologi, antropologi, ekonomi dan politik yang merajut dalam satu tombak besar, kelak terwujudnya pohon integrasi yaitu kesehatan dan ketahanan bangsa yang kokoh. Integrasi kesehatan dan ketahanan bangsa yang kokoh dapat dikelola dengan baik melalui Komunikasi kesehatan publik, memuat pemberdayaan dan pemerataan kesehatan, tata kelola kebijakan yang mengarustamakan partisipasi masyarakat sebagai tujuan utama kesejahteraan. Kebulatan komunikasi kesehatan publik ini memerlukan adanya suatu kesatuan dalam trias komando, kontrol dan komunikasi itu sendiri, yang bergerak dalam tataran elastisitas, fleksibilitas, mobilitas dan adaptibiltas.

Komunikasi kesehatan publik mengarustamakan enam pilar transformasi kesehatan sebagai kebijakan kesehatan yang berorientasi wawasan kebangsaan melalui pemberdayaan organisasi/publik, sumberdaya (lokal dan nasional) merajut potensi-potensi di masyarakat sebagai sikap dan tanggapan mewujudkan Indonesia Maju yang Maju yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian, berlandaskan Gotong Royong. Upaya ini merupakan spirit nasionalisme yang perlu dibangun berkelanjutan sebagai kultur kesehatan dan ketahanan bangsa dengan tujuan tercapainya masyarakat sehat, produktif dan berkeadilan. Komunikasi kesehatan publik yang melingkupi elastisitas, fleksibilitas, mobilitas dan adaptibilitas merupakan penggerak utama untuk proteksi masyarakat mengkreasi kebutuhan kesehatannya seiring dengan perubahan zaman, salah satunya teknologi yang menjangkau layanan kesehatan di daerah terpencil

Kultur kesehatan dan ketahanan bangsa yang terbentuk merupakan buah dari komunikasi kesehatan publik dalam mengawal enam pilar transformasi kesehatan terutama dalam penguatan layanan primer (health resilience) dan kolaborasi teknologi kedokteran untuk preventif. Strategi komunikasi kesehatan publik yang dikembangkan melingkupi: (1) Membuka ruang perubahan (shaper of change) implementasi kesehatan di lapangan dengan memberdayakan segenap potensi lokal daerah yang spesifik. Misalnya di suatu daerah dengan keanekaragaman hayati bahan obat, kultur ketahanan yang menjadi prioritas adalah melengkapi berbagai sentra budi daya obat herbal lokal yang di dukung dengan basis teknologi dan riset. (2) Membuka suatu jejaring dengan potensi lokal di daerah lain yang berbeda sebagai bagian dari sinergitas akses pemberdayaan kesehatan yang saling melengkapi antar daerah. Misalnya suatu daerah dengan akses sanitasi lingkungan yang belum baik, menjadi tanggung jawab daerah yang sudah memiliki sistem kesehatan lingkungan untuk alih transfer kapasitas kemampuannya.

Kesimpulan

Transformasi kesehatan menuju kesejahteraan dan ketahanan kesehatan publik adalah suatu cita kesehatan bangsa yang bervisi ke depan melalui pemberdayaan Posyandu sebagai agen perubahan berbasiskan organizing and community change diperkuat oleh suatu komunikasi kesehatan publik berbasiskan kultur yang membuka ruang perubahan dan jejaring potensi kesehatan lokal.

Jakarta, 8 Desember 2022

Download PDF Transformasi Posyandu Menuju Kesejahteraan dan Ketahanan Kesehatan Publik

 

 

Bagikan