oleh:
Brigjen TNI Purn. Dr.dr. Soroy Lardo,SpPD KPTI
Ketua Departemen Lembaga Pemerintah PB IDI
Alumni TOT Lemhannas 2022
Jika kita buka film Soekarno di Netflix mengemuka suatu nilai-nilai perjuangan yang membangun harkat kemuliaan dan kedaulatan bangsa, yakni cita kemerdekaan dan kemandirian. Film tersebut memuat episode-episode runut beragam interaksi dimensi kejuangan melingkupi pembentuk karakter kepemimpinan, interelasi perspektif untuk membentuk dasar negara dengan perbedaan pemikiran dan pendapat yang tajam, serta siasat dan strategi membangun kolaborasi struktural birokrasi dan partisipasi secara simultan (perjuangan semesta rakyat) yang mengerucut dengan proklamasi 17 Agustus 1945.
Soekarno, Hatta dan Sjahrir adalah tiga aktor utama yang menembuskan kohesivitas intelektual mereka melalui kotak-kotak yang berbeda dalam satu kotak bangunan: Indonesia satu. Walaupun kita tidak menafikan pejuang-pejuang bangsa lainnya, salah satunya Jenderal Besar Soedirman, melalui jalur perlawanan gerilya-nya melekatkan dan merekatkan spirit bela negara yang menggerakkan potensi-potensi perlawanan rakyat untuk kemerdekaan, mengkristal dalam bentuk titik-titik perjuangan yang tersebar di seantero negeri.
Apakah hikmah yang dapat kita sublimasikan untuk generasi saat ini? Generasi milenial yang sarat dengan ide, inovasi sekaligus sebagai agen perubahan bangsa? Sudahkah mereka memahami situasi realitas bangsa saat ini merupakan rangkaian dari idealitas spirit perjuangan bangsa yang memuncak di Pegangsaan, adanya pahlawan-pahlawan yang tanpa pamrih berdimensi keikhlasan tanpa sekat, menyatukan potensi pemikiran terbaiknya untuk mewujudkan Indonesia, tidak semata negara dengan bentuk kemerdekaan, namun Indonesia yang berlanjut untuk episodik kebangsaan dan kedaulatan sampai saat ini.
Sudah tentu pengejawantahan internalisasi nilai-nilai kepahlawan membutuhkan paradigma berbeda, perspektif yang membutuhkan kerangka teori dan kerangka konsep dengan nilai-nilai revolusi industri dan teknologi digital, human defense capital dan Sustainability Development Goal (SDG). Revolusi industri dan teknologi digital menggebrak Indonesia menuju pemberdayaan teknologi di berbagai lini, human defense capital menyeruak kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) yang Tangguh menghadapi tantangan global saat ini, tidak semata eligibilitas akademis dan praktis, namun kompetensi untuk mengurai problematika bangsa berbasiskan pendekatan prediktif dan protektif. SDG menumbuh sebagai gerbang filosofi sekaligus implementatif untuk mengawal, dan menjadi petunjuk perjalanan pembangunan bangsa ini berada dalam rel-rel on the track.
Perjalanan pembangunan bangsa sampai saat ini adalah keniscayaan, terutama kualitas SDM yang bergerak menuju dinamik-dinamik keberagaman potensi, yakni SDM berkualitas mengerek bendera kebangsaan menuju tangga-tangga peradaban dan kemandirian. Pergerakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2021 tumbuh sebesar 0,49 %, namun masih rendah dibandingkan tahun 2019 yang tumbuh sebesar 0,74 %. Jika mengacu konsep dari Sen (BPS, 2021) kita perlu berjuang lebih keras mewujudkan nilai-nilai SDM yang menjangkau akar kemasyarakatan (grass root), suatu upaya yang tidak mudah, namun perlu dibangun dengan optimisme kolaborasi.
Hari Pahlawan tahun ini adalah spirit kebersamaan yang dapat kita bangun dengan jabat erat nasionalime, integrasi dan keberlanjutan. Peta integrasi dan keberlanjutan melaksanakan tiga aspek yakni;1) Keberfungsian (functionings) merangkum elemen pemeliharaan doing and being kebutuhan dasar di bidang pangan, kesehatan dan produktivitas ;2) Kemampuan (capabilities) melingkupi kebijakan dan implementasi mengapresiasi potensi individu dalam kebebasan dan melaksanakan kombinasi peran di masyarakat sebagai suatu nilai (added value). Misalnya memberdayakan kembali usaha mikro yang berkemampuan menyediakan jaring penyediaan pupuk murah untuk petani dan pemberdayaan (enterpreunership) Posyandu sebagai pos pergerakan derajat kesehatan dan ketahanan masyarakat;3) Sumber daya (resources) memetakan sumber daya sebagai input dan fungsi berharga terwujud sebagai investasi jangka panjang ketahanan bangsa (health resilience).
Tujuan peradaban Indonesia satu sehat merupakan transformasi nilai-nilai kepahlawanan dalam konstruksi pentahelix spirit bela negara, yakni mewujudkan potensi individu dan masyarakat sebagai human defense capital bertumpu perubahan kualitas hidup sehat di masyarakat. Pentahelix nilai kepahlawan spirit bela negara melingkupi;1) Sosial dan health resilience enterpreunership sebagai integrasi pemerintah, masyarakat bisnis, akademisi dan media sebagai jaring-jaring penggerak ;2) Strategi to do more sebagai strategi kultural dan adaptif nilai-nilai kepahlawanan, terutama nilai persatuan dan keadilan sosial, diharapkan dapat membuka kebekuan dan kesenjangan kondisi realitas geografi, sosio ekonomi, kerentanan paparan penyakit (kejadian luar biasa), dengan analisis kebijakan yang belum terimplementasi maksimal, menuju kesepakatan rekomendasi struktur kebijakan dan partisipasi kualitas peradaban hidup sehat yang terintegrasi dengan peningkatan kapasitas sosial dan ekonomi di masyarakat;3) Kesetaraan jiwa academic leader dan community leader sebagai kompetensi masa depan pemimpin bangsa menghadapi tantangan dan kompleksitas yang semakin dinamis. Academic leader adalah nilai optimasi kepemimpinan berbasiskan perspektif budaya ilmiah dan inovasi teknologi dalam merajut kolaborasi kebangsaan, dan diharapkan memiliki kapabilitas dalam diagnostik dan terapeutik problematika kebangsaan secara presisi. Community leader nilai kerakyatan kepemimpinan bertumpu kepada multilayer over sight yakni kepemimpinan berlapis yang telah menjalani tangga-tangga penempaan, baik struktural dan partisipatif. Dalam perspektif lapangan, multilayers oversight leader mengacu kepada dua nilai ketahanan bangsa yaitu ketertiban bangsa dan keselamatan insani. Ketertiban bangsa merujuk kepada disiplin mutu kerja berbasiskan kepada agama dan nasionalisme. Ketertiban bangsa memilki acuan tercapainya sendi-sendi kekuatan pribadi (individual confidence) berasaskan kejujuran, kebenaran dan keadilan. ‘Disiplin adalah nafasku’ merupakan motto dari TNI yang dapat diterapkan di Hari Pahlawan tahun ini. Penempaan tersebut membangun suatu karakteristik kepemimpinan berakar di masyarakat, berkemampuan ganda sebagai problem solver (sintesis dan solusi). Jika mengambil wacana kesehatan global, memiliki kapasitas dalam rapid-detect-respond-prevent;4) Moral Community dan Expertise sebagai nilai spirit pro aktif secara terbuka dan transparan kerjasama kebangsaan berdasarkan empat pilar (Pancasila, UUD-1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI) dengan tujuan utama mencerdaskan dan momentum kesadaran masyarakat, pentingnya komunitas moral menjadi penggerak utama kualitas kesehatan internal bangsa (daya juang partisipasi masyarakat) dan kualitas kesehatan eksternal bangsa (daya juang media), untuk menjembatani kebenaran informasi yang membangun kondusivitas masyarakat terlibat secara berkelanjutan peran-peran kebangsaan di tingkat mikro;5) Kohesivitas adalah menjalin ekosistem kebangsaan sebagai pendulum yang bergerak dinamis tanpa henti seiring dengan perkembangan detik demi detik laju transformasi, yakni menciptakan iklim mental psikologis sebagai rahmat kebangsaan, berkarakter membuka tabir comfort zone menjadi climber zone untuk mengembangkan dimensi perbedaan dan potensi spesifik keadilan sosial sebagai energi kinetik dan energi potensial bangsa.
Kita memahami pentahelix spirit bela negara yang digaungkan tidak sesederhana jika menghadapi realitas kebangsaan saat ini. Perlu kekuatan untuk mengurai jaring resistensi nilai-nilai kepahlawan sebagai kerangka sensitivitas kepedulian sosial berbasiskan tanggung jawab dan kesadaran peran kemitraan dengan masyarakat dan pemerintah. Kesadaran ini bertumpu kepada fungsionalisasi katalis membantu masyarakat untuk berdaya dan mandiri.
Katalis keberdayaan dan kemandirian masyarakat bertitik tolak pernyataan Presiden RI pertama Dr.Ir Soekarno “Nilai-nilai kebangsaan adalah jiwa yang mengandung kehendak untuk bersatu dan hidup bersama, sedangkan bangsa adalah masyarakat dengan kesatuan spirit dan karakter”. Paradigma ini mengungkap spirit bela negara adalah kultur kebangsaan dan spiritualitas yang harus dibangun menghadapi kecepatan globalisasi yang mereduksi nilai-nilai kebangsaan. Pengemasan program nilai-nilai kebangsaan harus bergerak dinamis sebagai nilai instrumental dan nilai praktis yang dapat disesuaikan dengan zamannya, sebagai kunci persatuan bangsa dan nilai kebangsaan yang dapat mempersatukan komunitas budaya, etnik, agama yang berbeda dan kelompok.
Nilai-nilai kepahlawanan sebagai kekuatan ketahanan nasional adalah mengemas nilai-nilai implementasi kebangsaan untuk setiap warga negara, memuat pemahaman dan aktualisasi peran yang dapat diberdayakan sesuai perubahan dinamika yang berkembang dalam interaksi di masyarakat, berkemampuan menjembatani realitas dan problematikan kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai faktualitas tantangan nasional dan global dengan optimalisasi perimeter solutif dan sintesis yang bersifat implementatif – konkret guna memperkuat ketahanan nasional.
Salah satu pengemasan program nilai kebangsaan adalah terintegrasinya politik kesejahteraan, yaitu pengelolaan sumber daya kesehatan untuk menciptakan kemakmuran, didukung oleh struktur kekuasaan dalam menentukan pengambilan keputusan untuk distribusi produksi, alokasi dan sumber daya. Konsepsi ini adalah menjembatani dan memberikan peran sumber daya kesehatan lokal sebagai the grounding of human activities in specific places, yaitu adanya makna ruang (sphere) yang bukan sekedar arena (space) untuk hadirnya implementasi kesehatan dan kesejahteraan di arena komunikasi publik. Dengan demikian, nilai kepahlawanan tahun ini secara spesifik mengedepan peradaban Indonesia satu sehat sebagai spirit dan tulang punggung kualitas dan kesehatan bangsa dimasa depan. Selamat Hari Pahlawan.
Jakarta, 10 November 2022
Kepustakaan
BPS. Indeks Pembangunan Manusia 2021. https://www.bps.go.id/subject/26/indeks-pembangunan-manusia.html
Hamengkubuwono X, Sri Sultan. Merajut Kebhinnekaan melalui Penguatan Nilai-Nilai Kebangsaan. Majalah Swantara | Edisi 23 Desember 2017.
Paskarina, C. Politik Kesejahteraan di Tingkat Lokal. Dalam Negara, Kesejahteraan dan Demokrasi. Majalah Prisma, Volume 36; 2017. h 53-66
Sadikin, B. Peluncuran Indonesia Health Sevices (HIS) Satu Sehat. Kemenkes.26 Juli 2022
Download PDF Nilai Kepahlawanan dan Peradaban Indonesia Satu Sehat