KATA PENGANTAR
MANAJEMEN KEJADIAN LUAR BIASA (OUT BREAK) INFEKSI : PERSPEKTIF EPIDEMIOLOGI – KLINIS
Kejadian Luar Biasa Infeksi (Out Break) merupakan proses penyebaran penyakit infeksi yang berinteraksi secara kompleks dengan faktor lingkungan. Didalam manajemen penanganannya melibatkan multisektor dan memerlukan suatu pendekatan khusus dan komprenhensif. Perspektif yang terbangun adalah suatu problematika geomedik dan dinamika sosial bergerak sebagai suatu manajemen, melalui interkoneksi diantara Rumah Sakit dengan Komunitas terjadinya bencana.
Kejadian Luar Biasa Infeksi (Out Break) dalam proses epidemiologik memerlukan parameter-parameter peta geomedik, penajaman pemberdayaan masyarakat dan konsep sosiabilita, sebagai pendekatan manajemen empati bencana dan pendekatan berkelanjutan dalam memberdayakan partisipasi dan jaringan swadaya masyarakat untuk terlibat secara utuh.
Kekuatan organisasi dalam stratifikasi morbiditas, mortalitas, morbiditas menjadi alat utama dalam integrasi sistem klinis dan komunitas bencana. Integrasi berbagai komponen pelayanan bencana sejak deteksi dini (alarm dan warning sign), tanggap darurat (out break respons), pemulihan kualitas kesehatan lingkungan (recovery) sampai dengan rehabilitasi kerugian dan kerusakan lingkungan. Dalam semua tahapan ini peran komunitas dan rumah sakit menjadi kunci keberhasilan penanganan KLB Infeksi.
Adalah sebuah tantangan yang menarik untuk menyikapi upaya pelaksanaan suatu survaillans terintegrasi, monitoring dan evakuasi serta menguatkan jaringan rujukan. Kegiatan ini adalah benang merah yang menuntun dan menentukan keberhasilan dalam penanganan KLB Infeksi
Jakarta, 10 Januari 2019
Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes RI
Dr. Achmad Yurianto,
DAFTAR ISI
Peta Geomedik Penyakit Infeksi 8
Integrasi Sistem Klinis Dan Komunitas Bencana. 11
Peran Rumah Sakit Lapangan. 13
Manajemen Klinis Berbasis Komunitas. 15
MANAJEMEN
KEJADIAN LUAR BIASA (OUTBREAK) INFEKSI
PERSPEKTIF EPIDEMIOLOGI – KLINIS
oleh :
Dr. dr. Soroy Lardo, SpPD FINASIM
Pendahuluan
Kejadian infeksi merupakan proses yang berjalan dari setiap penyakit. Proses tersebut menguak sebagai infeksi primer, namun dapat juga bermanifestasi ganda sebagai infeksi sekunder. Kompleksitas penyakit infeksi yang berkembang, menuntut perubahan terhadap pola ini. Meningkatnya kasus penyakit tidak menular (degeneratif) menjadi tantangan tersendiri terhadap penyakit infeksi, memformulasi kembali pendekatan klinis dan diagnostik. Hal tersebut tentunya tidak hanya bertumpu semata perjalanan klinis, terdapat gerbang besar yang perlu dibuka untuk melihat setiap penyakit komorbid ataupun kondisi imunocompromise dalam tataran yang lebih luas dan komprehensif. Bagaimanapun, penyakit yang terkait dengan komorbid (DM, Hipertensi, Usia lanjut, autoimun) memiliki karakterisasi yang khas dalam proses inflamasi, yang berprogres secara gradual, layaknya suatu inflamasi yang kronis.
Menghadapi komorbiditas penyakit, menuntut suatu harapan baru, bahwa penyakit infeksi akan terus berkembang mengikuti zaman, dimana gaya hidup berperan terhadap perubahan pola penyakit dan kendala yang dihadapi. Analisis yang muncul saat ini, kita bisa melihat pola hidup mempengaruhi konsumsi nutrisi masyarakat, dan secara kasat mata meningkatnya angka obesitas sebagai faktor resiko penyakit metabolik. Proses metabolisme di dalam tubuh akan memicu mekanisme enzimatis dan inflamasi yang berbeda, dan hal tersebut pada saatnya akan menumbuhkan potensi terjadinya penyakit infeksi distimulasi oleh proses epigenetik.
Keterkaitan penyakit infeksi dengan metabolik menjadi keniscayaan yang harus dihadapi bagi peneliti kesehatan dan metabolik, terkait dengan fenomena terjadinya suatu out break penyakit infeksi. Pendekatan terhadap outbreak penyakit infeksi dapat direngkuh dalam dua pola yaitu pola epidemiologi yang berbasiskan komunitas dan pola komunitas sebagai penyangga dalam monitoring dan evaluasi dari suatu kejadian outbreak, sehingga dapat dibuat suatu algoritma lapangan yang berfungsi sebagai faktor preventif dan protektif outbreak berikutnya. Pendekatan kedua adalah berbasis rumah sakit, dengan memfokuskan pelayanan berkemampuan dalam rapid, detect, prevent dan respond setiap kasus infeksi yang masuk ke rumah sakit, sebagai interkoneksitas pola outbreak komunitas. Diharapkan kesinambungan interkoneksitas ini menjadi sistem penyangga yang kuat dalam manajemen outbreak infeksi.
Definisi
Outbreak adalah suatu kejadian luar biasa dari penyakit infeksi, sebagai suatu proses penyebaran penyakit yang berinteraksi dengan faktor lingkungan dengan manifestasi berpindahnya infeksi dari suatu kelompok dekat, yang dapat menyebar kepada jaringan masyarakat yang lebih luas.
Outbreak dalam konteks definisi pola penyakit, membentuk benang merah diantara kelompok terpapar – lingkungan terpapar – vektor penyebar dalam interaksi penyebaran infeksi tingkat komunitas terhadap interrelasi pelayanan kesehatan garda depan, sebagai manifestasi penyebaran infeksi pada tingkat rujukan pelayanan. Kedua konteks yang berhubungan bertaut pada satu titik yaitu epicenter awal untuk terjadinya outbreak
Dengan demikian, outbreak disatu sisi sebagai problematika tingkat awal deteksi epidemiologi dan problematika deteksi risk assesment tingkat lanjut. Potensi penyebaran pada tingkat pelayanan primer dan deteksi manajemen isolasi untuk mereduksi beratnya penyakit, dilakukan dengan menatalaksana semaksimal mungkin.
Epidemiologi Outbreak
Epidemiologi outbreak dapat dikaji melalui beberapa pendekatan, yaitu pendekatan historis, pendekatan komunitas penyakit dan pendekatan berbasis rumah sakit. Pendekatan historis memuat perjalanan infeksi sejak perang dunia ke I dan II, dimana penyakit infeksi muncul sebagai ancaman prajurit dalam melaksanakan tugasnya. Suatu kondisi pertempuran akan berhasil jika lini persiapan logistik dan kesehatan dapat dipersiapkan dengan baik. Pertempuran tidak akan menang tanpa dukungan kedua lini tersebut.
Dukungan kesehatan dalam terminologi perjalanan organisasi pelayanan kesehatan militer selanjutnya merupakan satu ikon dan basis awal kesiapan kinerja prajurit menghadapi pertempuran. Pola yang dibangun adalah kesiapan organisasi, Sumber Daya Manusia (SDM) dan perangkat pelayanan kesehatan lapangan. Kekuatan organisasi dukungan kesehatan di satuan pertempuran menjadi syarat utama berjalannya penanganan kesehatan lapangan di daerah pertempuran, melalui peran kompi kesehatan lapangan dan rumah sakit lapangan. Sedangkan SDM prajurit kesehatan dan perangkat pendukung lainnya, menjadi rujukan sejauh mana kapasitas kemampuan (kompetensi) dalam menghadapi kondisi darurat kesehatan di pertempuran dan kejadian luar biasa infeksi (KLB).
Kejadian Luar Biasa Infeksi di daerah pertempuran merupakan situasi yang melibatkan berbagai komponen analisis dalam memprediksi efek dan komponen terapetik untuk mengurai akibat yang terjadi dari KLB. Komponen prediksi adalah efek yang timbul terhadap kejadian infeksi, diantaranya kesiapan prajurit memiliki ketangguhan prima menghadapi pertempuran. Misalnya, fase persiapan pertempuran dengan sanitasi makanan dan lingkungan yang baik, mendukung kondisi kesehatan prajurit dari terhindarnya kejadian diare, sebelum masuk ke rongga pertempuran. Komponen terapetik merupakan komponen yang timbul diakibatkan paska pertempuran yang membutuhkan pendekatan dengan pola pikir dini terhadap kedaruratan medis serta jalur rujukan yang harus disiapkan. Kejadian Luar Biasa yang dapat muncul adalah luka tembak paska pertempuran, perlu ditanganani secara cepat dan tepat. Jika penanganan tidak dengan maksimal memungkinkan terjadinya kejadian infeksi dengan berkembangnya kuman (gram positif dan negatif) yang dapat berkomplikasi menjadi sepsis.
Pendekatan komunitas infeksi adalah sejauh mana pola komunitas dilibatkan dalam suatu kejadian luar biasa infeksi. Pengertian komunitas adalah suatu kelompok atau masyarakat yang dilibatkan dalam manajemen sosial sejak awal, proses yang berjalan dan diseminasi kejadian outbreak sampai dengan proses rehabilitasi. Pendekatan komunitas mengungkap beberapa asosiasi sosial dalam menghadapi suatu outbreak. Pendekatan tersebut adalah (1) Pendekatan inheren yaitu suatu pendekatan yang melekatkan partisipasi lapisan masyarakat melalui dengan memanfaatkan potensi “grass root” dari berbagai lembaga swadaya masyarakat. (2) Pendekatan profetik yaitu pendekatan dengan melibatkan edukasi sebagai wadah untuk memberikan pemahaman masyarakat kejadian infeksi dan dampaknya. (3) Pendekatan komunikasi informasi yaitu, memberdayakan jaringan komunikasi dan informasi masyarakat sebagai satu entitas yang dapat mengurai problematika isolasi, jalur rujukan dan penanganan cepat outbreak.
Interkoneksitas Rumah Sakit
Rumah sakit dalam menghadapi suatu outbreak memiliki multiperan. (1) Peran multisektoral : Rumah Sakit menjadi rantai kepentingan berbagai sektor yang berkaitan dengan sistem pelayanan, sistem organisasinya terintegrasi berbagai kebutuhan terhadap SDM, fasilitas pelayanan dan jaringan pelayanan. (2) Peran multi sintesis. Rumah sakit menjadi rantai sintesa berbagai problematika pelayanan yang muncul terkait dengan jalur rujukan. Saat pasien masuk unit gawat darurat, sudah dimulai identifikasi dan verifikasi kasus yang masuk dengan berbagai persolan kasus medik, pendekatan diagnostik dan manajemen tata laksana yang harus dilaksanakan. (3) Peran multi solutif. Rumah sakit sebagai gerbang pelayanan rujukan, menjadi media solutif untuk mengembangkan bibit pelayanan menjadi lebih baik.
Proses ini berjalan jika rumah sakit membuka diri dimensi pelayanan dan pendidikan dalam satu tautan. Pelayanan yang diberikan memberikan kotak pengembangan keilmuan untuk meningkatkan porsi pelayanan lebih baik. (4) Peran kesetaraan emergensi. Rumah sakit menonjolkan wajah untuk senantiasa memiliki kesiapan untuk menghadapi kasus emergensi, baik yang bersifat individual dan komunitas. Menghadapi kedua hal yang berbeda tersebut, diperlukan perangkat keras dan perangkat lunak yang berbeda. Kasus emergensi individual dapat dijalani dengan proses bergulir Standar Operasional Prosedur (SOP) yang sudah ditetapkan. Kasus emergensi komunitas diperlukan perangkat yang rumit terkait dengan KLB. Perangkat tersebut diantaranya tersedianya kompetensi kualifikasi SDM di Unit Gawat Darat, jaringan kerja yang sistematis dan fasilitas peralatan yang mendukung diagnosis yang tepat, sehingga penatalaksanaan dapat diterapkan dengan maksimal dan enivronmental error dapat direduksi.
Makna interkoneksitas rumah sakit adalah kemampuan dan kompetensi rumah sakit dalam mengembangkan sumberdayanya untuk memiliki suatu jejaring dengan rumah sakit lain, dengan prinsip “sharing” peran dalam kapasitas penanganan KLB Infeksi secara terpadu dan terintegrasi. Keterpaduan dan integrasi tersebut terdiri dari (1) Pola analisisis dari KLB , (2) Dampak dari KLB, (3) Kecepatan dan ketepatan penanganan di tempat kejadian, (4) Reduksi kontaminasi lingkungan dan (5) Rujukan yang tersistimatis dan terintegrasi.
Pola analisis Kejadian Luar Biasa (KLB) merupakan suatu analisis gambaran KLB berbasiskan kepada suatu kejadian dilapangan baik pola penyebaran divergen maupun konvergen. Konspirasi penyebaran ini akan memberikan suatu gambaran spesifik dari suatu KLB dari sudut sumber, proses dan interaksi yang terjadi dalam lingkungan (epicenter). Pemetaan dan penyebaran penyakit merupakan inisiasi awal untuk membangun pola analisis yang tepat dari KLB, dengan harapan menjadi basis dalam menentukan langkah berikutnya.
Dampak dari KLB menampilkan suatu fenomena dari akibat penyebaran penyakit berdimensi jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Mekanisme penilaian yang dikembangkan berdasarkan masa inkubasi penyakit infeksi yang sebagai pencetus terjadinya efek infeksi komunitas pada area lingkungan. Spesifikasi dampak (jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang) dilakukan setelah diverifikasi pemetaan penyakit. Konklusi yang diharapkan, dampak KLB menjadi pintu masuk untuk menindaklanjuti efek yang yang ditimbulkan dari segi klinis, lingkungan dan komunitas.
Kecepatan dan ketepatan penanganan di tempat kejadian melingkupi suatu proses deteksi dini adanya dampak KLB untuk menautkan akibat yang ditimbulkan, sebagai jalan memangkas mekanisme akibat penyebaran penyakit melalui suatu SOP yang dapat meregulasi dan mengeksekusi tindakan awal penanganan dan dampak KLB untuk tidak menyebar ke epicenter berikutnya. Kotak epicenter tersebut dikunci melalui tindakan terapetik yang terkena infeksi dan mencegah kaskade penyebaran.
Reduksi kontaminasi lingkungan sebagai suatu perjuangan (struggle) dengan menggunakan potensi SDM terlatih dalam bidang pemberdayaan lingkungan, sebagai penyangga penyebaran penyakit dan pembentukan lingkungan steril, yang dapat menjadi area sementara pemulihan masyarakat yang terkena infeksi. Reduksi kontaminasi lingkungan dapat berupa tindakan individual yaitu pencegahan kontak melalui hand hygiene dan intervensi lingkungan melalui pembentukan suatu lapangan sanitasi lingkungan yang sehat.
Rujukan tersistimasi dan terintegrasi merupakan pola yang terukur dari sistem rujukan yang dibentuk sejak penanganan awal di lapangan (epicenter) menuju rumah sakit lapangan dan rumah sakit rujukan berikutnya, sampai rumah sakit rujukan tertinggi. Selain struktur organisasi yang sudah terbentuk, sebenarnya prioritas adalah isi dari masing masing institusi rujukan yaitu SDM yang terlatih, tersedianya alat diagnostik dan tindakan dilapangan dan sistem evakuasi yang terjejaring berdasarkan tingkat dan beratnya kasus.
download:
Manajemen Kejadian Luar BIasa (Out Break) Infeksi : Perspektif Epidemiologi – Klinis