oleh : 

Soroy Lardo      

      Kemendikti Ristek menerbitkan regulasi untuk mendorong produktivitas akademisi agar lebih berperan untuk masyarakat. Praktisi pendidikan Itje Chodijah (Republika, 1 Februari 2017) mengemukakan peran akademisi adalah bagaimana meningkatkan kualitas hidup masyarakat dalam berbagai bidang multidisiplin dengan menciptakan sistem yang merakyat. Misalnya akademisi bidang ekonomi mampu menciptakan sistem mikrobisnis yang memiliki link ke bawah dengan masyarakat dan komunitas. Peran Akademisi TNI yang dalam beberapa dekade ini terjadi peningkatan dalam menempuh pendidikan S2 dan S3, tentunya memiliki kontribusi besar jika dilibatkan dalam mengakselerasi pembangunan di masyarakat melalui peran TNI. Mengingat tantangan kedepan adalah sejauh mana sistem teknologi pertahanan dapat menjembatani berbagai kompleksitas masalah yang terkait dengan kondisi sosial ekonomi di masyarakat. Akademisi TNI dengan berbagai institusi TNI dan jejaring pendidikan, penelitian dan pengembangannya diharapkan dengan kapasitas dan kompetensinya dapat menjadi salah satu link utama dalam memberdayakan masyarakat melalui program program kemasyarakatan seperti (AMD, AMT, Ekspedisi Nusantara dsb) yang dipertajam dengan kajian ilmiah dan pembinaan masyarakat berkesinambungan, sehingga dengan alat ukur tertentu, pemberdayaan  masyarakat dapat ditingkatkan.

               Akademisi TNI tentunya berada dalam dua sisi roda, terdapat peran kebijakan dalam ranah konsep wawasan nusantara dan ketahanan nasional dan peran  “grass root” yang dilaksanakan oleh Bintara Teritorial dipelosok negri. Mereka adalah pahlawan diam dan sunyi, namun menggerakknya energi partisipasi masyarakat untuk membangun ketahanan bangsa dengan penguatan distribusi sosial dan ekonomi yang berbasiskan partisipasi pendidikan di masyarakat. Bintara teritorial adalah  Transformer of Leadership and Agent of Change yang menggerakkan Sustainability Development Community  (SDC) tanpa pamrih.

            Kemampuan dan kompetensi keilmuan Bintara Teritorial perlu dikembangkan, tidak perlu dengan pendidikan formal (mungkin salah satu alternatif), namun digitalisasi keilmuan yang bertumpu semangat pengabdian tanpa pamrih, ditengah desa pelosok yang ditemani bunyi jangkrik dan kunang kunang di temaram malam, tetap menguatkan perannya untuk NKRI tercinta.

Bagikan