oleh:
Brigjen TNI Purn. Dr.dr.Soroy Lardo, SpPD KPTI FINASIM
Direktur UPNVERI – UPN Veteran Health Research Institute
Konsultan Penyakit Tropik Infeksi RSPAD Gatot Soebroto
Makalah PIT – Konas PDUI – 2022
Website: upnveri.com – soroylardo.com
Pendahuluan
Penyakit infeksi di era saat ini tidak semata penyakit yang memiliki entitas klinik (Clinical entity) dan entitas komunitas (Community entity). Pandemi Covid-19 menumbuhkan perspektif baru penyakit infeksi sebagai transboundary diseases, penyakit yang melewati sekat – sekat batas negara dan penyakit infeksi yang berimbas multisektoral kehidupan, yaitu menyebabkan problematika dunia terkait dengan kesehatan masyarakat dan kestabilan ekonomi.
Perjalanan penyakit infeksi dalam beberapa periodik sebelumnya merupakan penyebab disabilitas dan kematian yang menghadirkan tantangan yang semakin besar terhadap keamanan kesehatan dan kemajuan bangsa. Selama tiga setengah dekade terakhir, penyakit infeksi yang bersifat zoonis berkorelasi secara signifikan dengan faktor sosial ekonomi, lingkungan, dan ekologi, setidaknya dengan ditemukannya 30 agen infeksi baru.1
Kondisi ini memberikan kesadaran pentingnya strategi yang efektif terhadap penyakit menular, terutama konsep pengendalian terhadap faktor-faktor yang meningkatkan kontak orang dengan patogen, dan kemungkinan munculnya penyakit infeksi baru. Suatu tinjauan komprehensif berbasiskan data, perjalanan klinis di lapangan, adaptasi metabolik komorbid dan dampak interaksi komunitas merupakan model yang perlu dikembangkan untuk mengatasi penyakit infeksi dan keterkaitan penyakit metabolik.1
Perkembangan Global Penyakit Infeksi
Penyakit Infeksi (Emerging dan Re-emerging diseases) kemunculannya diperkirakan oleh adanya perubahan pola global penyakit yang dipengaruhi oleh faktor sosio-ekonomi, lingkungan dan ekologi, merupakan beban yang signifikan terhadap ekonomi global dan kesehatan masyarakat dengan puncaknya pada tahun 1980, bersamaan dengan pandemi HIV. Berdasarkan basis data yang di dapatkan, kejadian penyakit infeksi emerging (EID) di dominasi oleh zoonis (60,3 %), sebagian besar (71,8 %) berasal dari satwa liar (virus pernafasan akut dan ebola) yang meningkat secara signifikan, dan ditemukan 54,3 % disebabkan oleh bakteri dan riketsia dan sejumlah mikroba yang resisten terhadap obat.2
Penyakit Metabolik dan dampak Infeksi
Pemahaman tentang patofisiologi Covid-19 terkait dengan kesehatan metabolisme, menentukan beratnya penyakit. Studi pasien yang pulih dari SARS-CoV atau penyakit kritis lainnya mendukung gagasan yang dikemukakan diatas. Satu penelitian dari China mengungkapkan, kelainan metabolisme terdeteksi pada orang dengan infeksi SARS-CoV, 12 tahun setelah pemulihan dari infeksi, kelainan ini termasuk hiperlipidemia dan kelainan kardiovaskular serta tanda-tanda metabolisme glukosa abnormal, seperti hiperinsulinemia, resistensi insulin, hiperglikemia dan diabetes tipe 1 atau Diabetes.4
Infeksi ganda dalam pendekatan Multiperspektif
Infeksi ganda (ko infeksi) merupakan fenomena klinis yang kerap dihadapi sehari-hari dokter umum, baik di layanan primer maupun di saat menjalani tugas jaga di Unit Gawat Darurat. Fenomena klinis ini perlu menjadi suatu pemahaman yang kuat dalam menjalani keseharian praktik. Infeksi ganda dapat terjadi diantara Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan Demam Tifoid, DBD dengan Malaria dan Malaria dengan HIV-AIDS. Infeksi ganda adalah suatu keniscayaan yang terjadi di Indonesia sebagai negara tropis. Hal utama adalah bagaimana menyikapinya dengan tepat.
Jika kita mengevaluasi dari imunopatogenesis demam berdarah dengue dan demam tifoid, gambaran yang dapat ditampilkan adalah sebagai berikut:
Perjalanan dan manifestasi klinis Covid-19 terdiri dari stadium I (viral response phase), stadium II (pulmonary phase) dan stadium III (hyperinflammation phase). Stadium I merupakan fase awal inokulasi dan pembentukan penyakit. Periode inkubasi ini terkait dengan gejala ringan dan sering tidak spesifik seperti malaise, demam dan batuk kering. Selama fase ini, SARS CoV-2 melipatgandakan dan menggunakan sistem pernafasan sebagai target, melalui reseptor angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2). Reseptor-reseptor ini banyak terdapat di paru-paru, epitel usus kecil termasuk endothelium pembuluh darah.14 Hal ini dapat dilihat dari gambar dibawah ini:
Menyikapi tantangan penyakit metabolik di masa depan
Sindroma Metabolik sebagai penyakit tidak menular (PTM) merupakan ancaman kesehatan global, tidak semata di dunia barat. WHO mendefinisikan sebagai kondisi patologis yang ditandai dengan obesitas perut, resistensi insulin, hipertensi, dan hiperlipidemia. Prevalensi sindroma metabolik seringkali lebih banyak terjadi pada populasi perkotaan di beberapa negara berkembang daripada di negara-negara Barat.15
Sindroma metabolik memicu penyebaran penyakit seperti diabetes tipe 2, penyakit coroner dan stroke dan kecacatan lainnya. Dua kekuatan dasar yang menyebarkan penyakit ini adalah peningkatan konsumsi makanan cepat saji tinggi kalori rendah serat dan penurunan aktivitas fisik akibat transportasi mekanis dan bentuk aktivitas waktu luang yang menetap. Tentu saja ada beberapa elemen penyebab sindrom metabolik yang tidak dapat diubah tetapi banyak yang dapat diperbaiki dan dibatasi. Misalnya, perencanaan kota yang lebih baik untuk mendorong gaya hidup aktif, mensubsidi konsumsi biji-bijian dan mungkin mengenakan pajak makanan ringan berkalori tinggi, membatasi iklan media tentang makanan tidak sehat. Selain minyak dan gula, salah satu langkah yang dapat dipertimbangkan adalah mengedukasi masyarakat tentang memilih makanan sehat/sehat daripada makanan cepat saji. Sindroma metabolik telah menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas, tidak hanya di negara maju, tetapi juga di negara-negara berkembang.15
Masyarakat sipil, di luar komunitas medis yang ketat, perlu membantu menyebarkan kesadaran akan dampak besar sindroma metabolik terhadap kesehatan secara keseluruhan di komunitas global. Masyarakat sipil dapat membantu menyebarluaskan kesadaran dan isu-isu yang relevan kepada masyarakat umum melalui diskusi, debat/ceramah, dan penggunaan media massa secara efektif. WHO atau organisasi serupa dapat bekerja dengan pemerintah tingkat negara untuk membuat rencana khusus negara untuk menghadapi epidemi, dengan mengingat matriks budaya, ekonomi, dan pendidikan masing-masing negara. Meskipun merupakan epidemi global, ada variasi luas dalam prevalensi dalam strata sosial ekonomi yang sama di negara-negara. WHO dapat mempelajari apa yang benar dengan negara-negara yang berhasil mengendalikan sindroma metabolik dan apa yang salah di tempat lain. Peran pemerintah dapat memimpin dalam mendidik penyedia layanan kesehatan tentang biaya ekonomi yang sangat besar dari epidemi sindorma metabolik dan mengamanatkan beberapa insentif untuk perawatan pencegahan.15
Penyakit Metabolik Jendela Kalbu Penyakit Infeksi
Mengkaji uraian diatas, mengemuka bahwa penyakit metabolik menggambarkan suatu kondisi kompleksitas klinis, epidemiologis, biomolekuler dan imunologi. Kompleksitas ini memberikan suatu perspektif suatu komorbid penyakit tidaklah sesederhana yang selama ini kita amati. Beragam variabel yang harus kita pertimbangkan terkait dengan kerentanan untuk terjadinya infeksi. Misalnya penderita diabetes tipe 2 dengan kadar gula tidak terkontrol memiliki kerentanan untuk terjadinya infeksi, diantaranya Tbc dan Infeksi Saluran Kemih dengan bakteruria asimtomatik. Kerentanan terjadinya infeksi pada Diabetes tidaklah berdiri sendiri, diawali adanya mekanisme imunologi bersamaan dengan dislipidemia membentuk atheroma yang merupakan awal komplikasi kardiovaskuler dengan penyebab terbesar aterosklerosis.16
Dua aspek penting pada DM Tipe-2 yang berperan dalam proses progresifitas yakni disfungsi endotel dan penurunan respon imun. Perubahan pada endotel bersamaan dengan peningkatan protein fase akut (CRP) dan marker-marker lainnya seperti VCAM-1, ICAM-1, IL1β dan TNF α, melalui peningkatan molekul adhesi terjadinya penempelan monosit dan leukosit menempel pada endotel. Pada keadaan infeksi, terjadi peningkatan sitokin pro-inflamasi (TNF, IL-1 dan IL-6), kebutuhan insulin dan resistensi insulin.16,17
Obesitas memiliki beberapa efek pada imunomodulasi yang mengurangi fungsi sel NK, respons sel B dan T dan meningkatkan predisposisi terhadap respons sitokin proinflamasi yang lebih kuat setelah infeksi virus. Bersama-sama, efek ini dapat menyebabkan proliferasi virus yang lebih besar dan kerusakan jaringan yang lebih besar yang keduanya dapat berkontribusi pada memberatnya. Empat mekanisme yang diuraikan dalam tinjauan ini dapat diambil sebagai titik awal referensi untuk menyelidiki hubungan antara obesitas dan memberatnya dengue, dan untuk menemukan strategi terapi potensial yang berpotensi mengurangi keparahan penyakit.22
Hal ini dapat dilihat dari skema dibawah ini:
Mengkaji uraian hubungan Obesitas dengan memberatnya DBD, memperkuat proses metabolik untuk saat ini dan di masa depan, akan memengaruhi suatu pendekatan diagnosis dan tatalaksanya penyakit infeksi dengan komprehensif yang didukung dengan penelitian.
Kesimpulan
Penyakit Infeksi sebagai Emerging dan re Emerging diseases merupakan entitas klinik dan komunitas transboundary diseases yang menembus multisektoral kehidupan yang mengancam kualitas kesehatan global. Penyakit infeksi dengan beragam varian dinamik, perubahan biomolekuler, mutasi, imunologi, dan infeksi ganda membangun kesadaran baru akan pendekatan multiperspektif untuk tata kelola yang lebih baik. Sindroma Metabolik dengan kompleksitasnya terutama dengan adanya pandemi Covid, membuka kotak pandora bahwa penyakit metabolik dan komorbid memiliki kerentanan infeksi berat. Suatu pendekatan baru berbasiskan penelitian dibutuhkan untuk menguatkan kemampuan prediksi dan protektif.
Daftar Pustaka
- Trebi, NIN.Emerging and Neglected Infectious Diseases: Insights, Advances, and Challenges. Hindawi BioMed Research International Volume 2017, Article ID 5245021, 15 pages https://doi.org/10.1155/2017/5245021
- KE, Patel. NG, Levy. MA, Storeygard. A, Balk.D, Gittleman. JL, Daszak.P. Global trends in emerging infectious diseases. NATURE| Vol 451| 21 February 2008, Nathan, M. B., Drager, R. D., Guzman, M. Epidemiology, the burden of disease and transmission. In: Dengue Guidelines for Diagnosis, Treatment, Prevention, and Control. New Edition.WHO 2009. p. 3-17
- Ayres, JS. A metabolic handbook for the COVID-19 pandemic. Nature Metabolism | VOL 2 | July 2020 | 572-585
- Penempelan dan kolonisasi bakteri. In: Kalim H, Handono K AP (eds), editor. Mikrobiologi, Laboratorium Kedokteran, Fakultas Kedokteran Brawijaya, Universitas; 2022.p.6-18
- Ramphal R MD. Sepsis Syndrome. In Southwick F Ed: Infectious Diseases a Clinical Short Course. McGraw Hill 2007. pp 57-65.
- Ofek I DR. R.J. Principle Bacteria Adhesion. In: Bacteria to Cells and Tissue. Published in Chapman & Hall, Inc. 1994. p.1-15
- Nugroho A. Patogenesis Malaria Berat. Dalam Buku Malaria dari Molekuler Klinis. Penerbit Buku EGC 2008. h 38 – 63
- Rowe JA, Claessens A, Corrigan RA, Arman M. Adhesion Molecule of Plasmodium falciparum-infected-erythrocytes to human cells: molecular mechanisms and therapeutic Implications. Expert reviews in molecular medicine. Cambridge University Press 2009: pp. 1-26
- Lumban Gaol, W. Setyawan, Lardo.S, Nainggolan.L. Concurrent Infection of Dengue and Plasmodium Vivax. Case Report Presentation Konas Petri.
- S. Modeling Imunopatogenesis Demam Berdarah Dengue dan Demam Tifoid. Case Report Presentation Jakarta Antmicrobial Update. 2018
- Arbab Saddique, et al. Emergence of co-infection of COVID-19 and dengue: A serious public health threat. Letter to Editor. Journal of Infection 81 (2020) e16-e18
- Deen J, Lum L dkk. Clinical Management and Delivery of Clinical Services. In: Dengue Guidelines for Diagnosis, Treatment, Prevention and Control. WHO Guidelines 2009; p. 25-29
- Siddiqi, H. K. & Mehra, M. R. COVID-19 Illness in Native and Immunosuppressed States: A Clinical-Therapeutic Staging Proposal. J. Heart Lung Transplant. (2020) doi:10.1016/ j.healun. 2020.03.012
- Saklayen MG. The Global Epidemic of the Metabolic Syndrome. Current Hypertension Reports (2018) 20: 12 https://doi.org/10.1007/s11906-018-0812-z
- Effendi, C. Immunology of Diabetic Vascular Complication: Basic Concept. Dalam Tjokroprawiro.A, Sutjahjo.A, Pranoto.A, Murtiwi.S, Soebagijo.A (Eds). Naskah Lengkap Metabolic Cardiovascular Disease Surabaya Update-2 -Surabaya Metabolic Syndrome. Perekeni Surabaya, 2008.h.212-20
- Waspadji, S. Aspek Imunologi Kaki Diabetes. Dalam: Setiati.S, Sudoyo.AW, Alwi.I,Bawazier.LA, Seojono.CH, Lydia.A. Naskah Lengkap Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Penyakit Dalam 2000. Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2000.h.121-40
- Ramphal R MD. Sepsis Syndrome. In Southwick F Ed: Infectious Diseases a Clinical Short Course. Mc Graw Hill 2007. Pp. 57- 65. In: S.Soutwick F, editor. Infectious Diseases a Clinical Short Course. Second Edi. The McGraw Hill Companies; 2007.
- Silva E, Passos Rda H, Ferri MB FL. Sepsis: from bench to bedside. Clinics (Sao Paulo). 2008;63.
- World Health Organization. (2009). Dengue guidelines for diagnosis, treatment, prevention, and control: new edition. World Health Organization. https://apps.who.int/iris/handle/10665/44188
- World Health Organization. Regional Office for South-East Asia. (2011). Comprehensive Guideline for Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. Revised and expanded edition. WHO Regional Office for South-East Asia. https://apps.who.int/iris/handle/10665/204894
- P, Chanc. K.R, Rivinoc. L, Yacoub.S. The association of obesity and severe dengue: possible pathophysiological mechanisms (Review). Journal of Infection 81 (2020) 10-16.
Download PDF Naskah Lengkap Infectious and Non-Infectious Emerging Diseases Tantangan Masa Depan