Bachti Alisjahbana
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Penyakit Tuberkulosis (TB) disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Mtb) telah lama hadir dan berevolusi bersama manusia di muka bumi. Kenyataan ini terbukti dengan adanya Mumi di Mesir dan Cina kuno berusia lebih dari tiga ribu tahun sebelum masehi menunjukkan adanya tanda-tanda kematian akibat penyakit tuberkulosis. Tahun 1600 hingga tahun 1800 adalah tahun kegelapan di benua Eropa di mana angka kejadian tuberkulosis demikian hebat, hingga TB berkontribusi pada 25% kematian di negara-negara itu.
Beban penyebaran penyakit tuberkulosis di dunia terbanyak adalah di Asia, khususnya dua negara terbesar yaitu India dan Indonesia. Ya, Indonesia memiliki beban kasus terbesar kedua di Dunia, dengan sekitar 1 juta kasus baru per tahun dengan 140 ribu kematian tiap tahunnya.
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang bisa dicegah dan juga dapat diobati hingga sembuh. Dengan diagnosis yang tepat dan pengobatan yang terdiri dari 4 obat selama 6 bulan, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa TB seharusnya bisa di eliminasi pada tahun 2030. Namun untuk bisa mencapai hal ini, kita harus menemukan 1 juta kasus setiap tahun dan mengobatinya hingga sembuh.
Apakah kinerja kita sudah mengarah untuk mencapai hal ini? Setiap tahun keberhasilan deteksi kasus TB di pantau oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan pencapaian program TB kita di laporkan secara internasional. Tampaknya sistem kesehatan kita belum berhasil menurunkan angka kejadian TB sesuai dengan harapan. Pada tahun 2015 estimasikan ada 800 ribu kasus baru per-tahun. Kemudian ternyata meningkat menjadi sekitar 1 juta kasus di tahun 2022. Dengan hasil pantauan ini, belum tampak adanya gradasi penurunan jumlah kasus yang mengarah ke 80 kasus baru per tahun 2030. Target bersama kita adalah penurunan jumlah kasus sebesar 80% dari kondisi 2015 (WHO).
Dan bila dilihat dengan negara tetangga. Maka angka kejadian TB kita masih lebih tinggi dari Vietnam. Angka Insidensi atau kejadian kasus TB baru kita berkisar di 350 per 100 ribu penduduk sedangkan Vietnam sudah di sekitar 170 per 100 ribu. Demikian pula India sudah di level 200 per 100 ribu penduduk.
Di antara kasus TB baru yang ada, program pengentasan TB kita masih belum bisa menemukan dan mengobati semua kasus. Sekitar 25-30% dari target penemuan kasus setiap tahun belum terlaporkan.
Mengapa kita masih sulit mengelola kasus TB kita? Tentunya banyak faktor yang berpengaruh yang membuat TB merebak di Indonesia, seperti tingkat kemiskinan, kondisi gizi dan lingkungan yang buruk, serta tingginya jumlah orang yang merokok. Namun dalam kesempatan ini, memfokuskan pada masalah diagnosis TB atau cara mendeteksi seseorang sakit TB. Sedikitnya inilah yang bisa kita lakukan dalam layanan kesehatan kita yang selalu di banjiri oleh pasien TB.
Download PDF : Upaya Meningkatkan Akses Diagnosis Tuberkulosis Untuk Eliminsi TB Di Indonesia