Prof Erni Juwita Nelwan
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Sebagai negara tropis terbesar ketiga di dunia setelah Brazil dan Kongo, Indonesia dihadapkan pada berbagai masalah kesehatan khususnya di bidang penyakit tropik dan infeksi. Meskipun terdapat penurunan jumlah kasus tropik infeksi dalam 10 tahun terakhir, namun masalah penyakit tropik infeksi tetap masih membutuhkan perhatian. Komitmen Indonesia untuk mensejahterakan masyarakat melalui pencapaian target dalam Sustainable Development Goals (SDG) 2030 yaitu mengakhiri epidemi malaria, AIDS, tuberkulosis, hepatitis, penyakit tropis terabaikan dan penyakit infeksi lainnya seperti diare atau demam tifoid masih membutuhkan usaha keras dari semua pihak.
Secara global di dunia, pada tahun 2020 terdapat lebih dari 240 juta kasus malaria dengan lebih dari 600 ribu kematian. Di tahun yang sama, Indonesia mencatat sebanyak 250 ribu kasus, namun sayangnya di tahun terjadi 1,5x lipat kenaikan menjadi hampir 400 ribu kasus. Sampai saat ini baru ada 5 provinsi yang telah mencapai eliminasi malaria 100% yaitu DKI Jakarta, Bali, Banten, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Stagnasi penurunan kasus terjadi sejak tahun 2014, sehingga hal ini menjadi tantangan baru dalam upaya mencapai eliminasi malaria di tahun 2030.
Penyakit yang juga ditularkan melalui nyamuk yaitu demam berdarah dengue, yang dilaporkan di Indonesia sejak tahun 1968 hingga saat ini masih terus mengalami fluktuasi kasus. Infeksi yang bisa mengenai anak, orang dewasa, hingga usia lanjut ini, telah menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) berulang kali. Tidak ada obat antivirus untuk demam berdarah dengue, namun perbaikan dalam tatalaksana pasien telah berhasil menurunkan angka kematian (case fatality rate) dari awalnya sebesar 41% menjadi dibawah 1%.
Upaya penanggulangan penyakit tular vektor melalui nyamuk baik pada malaria maupun Aedes aegypti pada demam berdarah dengue membutuhkan dan kerjasama lintas sektoral. Inovasi pada demam berdarah untuk pengendalian vektor dengan menggunakan bakteri Wolbachia yang diinokulasi ke dalam tubuh nyamuk sehingga menurunkan penyebaran Virus Dengue telah namun masih terbatas dalam penelitian. Upaya terbaru untuk pencegahan kedua penyakit ini adalah dengan disetujuinya vaksin malaria untuk anak di Afrika dan vaksin demam berdarah pada anak dan dewasa di beberapa negara termasuk di Indonesia. Selain itu, penyakit lain yang ditularkan oleh nyamuk seperti filariasis, chikungunya, Zika, dan japanese encephalitis juga masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Sementara itu, penyakit dengan penularan secara langsung juga masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, salah satunya penyakit Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS).
UNAIDS mencatat sebanyak hampir 40 juta penduduk dunia terinfeksi dengan kematian akibat AIDS pada 2022 lebih dari 600 ribu kasus. Sejak pertama kali dikenali di Indonesia tahun 1987 hingga saat ini telah terjadi kenaikan jumlah kasus yang signifikan, dan Indonesia merupakan negara dengan peningkatan kasus HIV tercepat di Asia. Perubahan pola penularan HIV/AIDS di Indonesia dari pengguna narkoba suntik (penasun) di awal epidemi menjadi penularan secara seksual membuat masalah infeksi menjadi lebih luas. Kejadian infeksi HIV/AIDS secara nasional di Indonesia sebesar 0,2%, sangat rendah dibandingkan dengan kelompok populasi kunci (pada penasun dan kelompok dengan kontak seksual berisiko) yaitu hampir 30%, hal ini dapat menyebabkan eskalasi kasus yang signifikan di populasi umum dengan perubahan pola penularan ini. Sebagai tambahan, data menunjukkan bahwa satu dari dua penasun pernah berada di dalam lembaga pemasyarakatan (lapas) dan jelas diperlukan perhatian pada populasi khusus ini dalam kaitannya dengan penularan infeksi yang lebih luas
DOWNLOAD PDF Masalah Penyakit Tropik Infeksi di Indonesia: Tantangan Saat Ini dan Peluang Masa Depan