Jika kita mengkaji suatu kejadian outbreak tentunya melihat sesuatu yang “wah sulit diprediksi  nih”. Kejadian demi kejadian beruntun ‘bak’ air bah, atau derajat eksponesial melampau deret ukur, dalam monitoring dan evaluasi untuk mengendalikannya. Kita kadang berpikir apakah ilmu yang masih kurang, sistem kita yang belum siap ataupun SDM kita belum ‘tergerak’ cepat untuk berempati, peduli dan segera melakukan tindakan di lapangan.

                Kejadian “outbreak” mau tidak mau mendorong kita untuk mengevaluasi diri, misalnya kesiapsiagaan kita menghadapi  Avian Influenza, yang memakan korban jiwa tidak sedikit menyebar tanpa kompromi bahkan “sitokin storm” yang terbentuk langsung merusak elemen lapisan endotel dasar paru untuk merusak paru untuk menjemput kematian.

                Dimensi outbreak tidaklah sederhana yang selalu kita perkirakan. Terdapat dimensi komunitas dimana suatu preparedness dan public health emergency alarm sebagai penanda penting tetapi juga perlu diperhatikan dimensi klinis rumah sakit dimana initial risk assessment merupakan penanda utama untuk bergeraknya keputusan manajemen penatalaksanaan apakah pasiennya dapat bertahan atau tidka terselamatkan.

                Pendekatan komprehensif perlu untuk itu. Annex Workshop di Honolulu mencoba untuk mengkompilasi sistem yang bekerja dalam suatu negara, lintas negara dan penyebaran pandemi dunia, sejauh mana networking dapat bekerja dengan baik dan sejauh mana suatu manajemen risk  assessment dapat berkontribusi sebagai suatu energi yang multi solutif dan multi sintesis.

Bagikan
Translate »