“Dokter mohon bantuan dan dukungannya sehubungan penelitian disertasi dokter di UGM tentang Antibodi NS1 pada Demam Berdarah Dengue, Kajian Aspek Klinis, Antibodi NS1 sebagai Fungsi Prediktor dan Protektif “. Demikian komunikasi dari salah satu guru dari SMA Budi Mulia DuaYogyakarta, siswanya akan meneliti tentang Aplikasi Serat Sutra (Bombyx Mori) terhadap metode Indirect Elisa pada dengue. Saat itu yang terpatri di dalam hati, apakah benar siswa SMA ini akan meneliti tentang dengue yang akan dilombakan di LIPI dan dipublikasikan internasional? Hal yang menarik untuk disimak dan direnungkan diantara sedemikian banyaknya siswa SMA, masih ada segelintir tunas muda bangsa yang memiliki spirit untuk membangun  suatu penelitian. Tidak mudah sebenarnya memiliki “hati” sebagai peneliti. Dunia kepenelitian ini, kadangkala dilingkungan institusi pendidikan maupun rumah sakit tempat kita bekerja masih dianggap prioritas yang kesekian. Padahal dimensi penelitian akan memiliki dampak nilai insitusi dan rumah sakit sebagai lembaga yang akan makin dipercaya masyarakat, karena pelayanan yang dikembangkan berpijak kepada EBM (Evidence Base Medicine). Tiga hari yang lalu gurunya mengirim pesan WA kepada saya bahwa siswanya mendapat juara pertama dalam Lomba Karya Ilmiah Remaja LIPI 2017. Selamat kepada Amelinda M dan Alifah HS, siswa kls 12  Bunda Mulia Dua atas penghargaan The Most Innovative award dari LIPI. Bagi saya hal ini merupakan suatu naluri kejutan dan kebahagiaan. Spirit remaja meneliti memang perlu didukung dan dibudayakan oleh Kemendikti Ristek dan LIPI sejak dini.

Bersama : Sitti Rahmah Umniyati dan Irma Dwi Triningsih.

Bagikan
Translate »