Toward  Hospital Research University

oleh :

Soroy Lardo

Pendahuluan

          Penelitian/Riset merupakan salah satu komponen penting  rumah sakit yang berakreditasi internasional. Rumah Sakit dengan akreditasi internasional memiliki standar pelayanan dan pendidikan berbasiskan kepada tiga aspek penting, yaitu keselamatan pasien (patient safety), mutu dan kontrol infeksi. Kebijakan untuk menggapai hal tersebut, proses dan aplikasi pelaksanaan dengan umpan balik yang kontinu menjadi suatu keniscayaan. Manajemen rumah sakit,  tenaga pimpinan menengah dan pelaksana dilapangan adalah satu tautan penting yang selalu bekerjasama melaksanakan  kegiatan rumah sakit berdasarkan standar Joint Comission International (JCI).

       Rumah Sakit Rujukan sebagai lembaga yang mengawasi dan menjembatani setiap permasalahan pelayanan dan pendidikan yang muncul dilapangan, peranan Komite Medik dan Lembaga Riset Rumah Sakit (LRRS) bertanggung jawab untuk supervisi dan memberikan pedoman yang menjadi titik pijak integrasi kegiatan pelayanan,  pendidikan dan penelitian .

        Rumah Sakit Rujukan yang sudah melaksanakan program JCI, penilaian akreditasi internasional versi pengembangan berikutnya, yaitu terselenggaranya suatu institusi dan manajemen penelitian serta kesehatan kerja yang berdaya guna, sebagai tulang punggung konsistensi prasyarat pengembangan rumah sakit menjalankan akreditasi internasional.

         Mengkaji hal yang dikemukakan diatas, peranan LRRS menjadi penting untuk mendukung program rumah sakit rujukan menjalani kegiatan pelayanan dan pendidikan secara optimal, dimana Evidence Base Medicine (EBM) kegiatan penelitian diharapkan menjadi titik tolak dalam kegiatan keseharian.

Lembaga Riset Rumah Sakit Pilar Menuju Rumah Sakit Penelitian 

             Rumah Sakit  dalam perjalanan historisnya menjadi organisasi besar padat karya dan padat modal. Padat karya memiliki makna adanya multi Sumber Daya Manusia (SDM) dengan berbagai kompetensi yang terstandarisasi dan  teruji (validasi ) dalam kurun waktu tertentu. Perspektif padat modal, seiring dengan perkembangan waktu dan perubahan pola penyakit, meningkatnya komorbid penyakit, perubahan sistem imun tubuh dan penyakit autoimun serta degeneratif, menuntut rumah sakit untuk  membangun capacity building yang terkait dengan prioritas peralatan canggih pelayanan kesehatan dengan prioritas yang kondisi tertentu memerlukan biaya tinggi. Tuntutan ini akan memberikan suatu nilai keberhasilan jika mengikuti deret ukur perubahan kompleksitas penyakit.

            Rumah Sakit Rujukan dalam perjalanan kemampuan pelayanannya, dituntut untuk mengembangkan diri sebagai rumah sakit pendidikan  terakreditasi. Rumah Sakit Pendidikan pada dasarnya bertumpu suatu proses  dan outcome (kualitas) yang membentuk para peserta didik melalui kurikulumnya dapat mencapai suatu kompetensi yang sudah ditentukan oleh UKDI (Uji Kompetensi Dokter Indonesia). RS Pendidikan merupakan sarana pembelajaran yang sangat vital bagi fakultas kedokteran saat ini. Salah satu yang sedang diupayakan oleh Kemendikti Ristek adalah menyusun suatu road map Rumah Sakit Pendidikan terkait dengan kualitas dan kuantitas SDM, penyusunan program pendidikan, penelitian, pelayanan dan pengabdian masyarakat termasuk pembiayaan (Pemerintah Susun Road Map RS Pendidikan, Republika 26 Juni 2015). Mengkaji hal tersebut, sudah tentu rumah sakit rujukan harus mempersiapkan road map dalam konteks pendidikan berbasis rumah sakit dengan mendayagunakan berbagai sumber daya, baik peralatan teknologi diagnositik maupun SDM berdimensi pendidikan dan pelayanan. Keluaran yang diharapkan adalah adanya sinergitas diantara pendidikan dan pelayanan.

            Sedangkan upaya menuju Rumah Sakit Penelitian sebagai tuntutan akreditasi Joint Comission International, mencakup peran penelitian dalam konteks organisasional, infrastruktur, sumber daya serta kebijakan untuk mendukung peran penelitian di rumah sakit. Secara organisasi untuk merumuskan dan mengembangkan penelitian, peran LRRS memiki fungsi sentral dalam kebijakan, pengembangan SDM bidang riset (metodologi, epidemiologi, biostastitika dan etichal clearance) serta fungsi kerjasama dan akuntabilitas proses riset terutama anggaran dan time line kegiatan.

            LRRS dalam mendayagunakan perannya perlu pilar  yang dapat menjadi titik tumpu pergerakannya menjadi suatu langkah yang dinamis. Pilar tersebut  diantaranya ;1) Kebijakan rumah sakit terkait pentingnya peran LRRS;2) Mendukung pengembangan SDM; 3) Program kemampuan dan kompetensi  dokter umum, dokter spesialis, perawat dan tenaga kesehatan lainnya untuk dilibatkan dalam kegiatan riset. Pemenuhan SDM diantaranya tenaga tata usaha dan kesekretariatan, logistik, tenaga administrasi, tenaga pengolahan data dan sistem informasi,  tenaga keuangan yang bertanggung jawab dalam transparansi anggaran, tenaga ahli bahasa dan penyusunan laporan penelitian dan tenaga ahli kerjasama dalam dan luar negri untuk merumuskan kaidah kerjasama penelitian dan tenaga ahli  hukum yang terkait dengan berbagai Memorandum of Understanding (MOU) program penelitian dan research assistance (RA); 4) Anggaran yang cukup diberikan secara transparan setiap tahun baik untuk pengelolaan administrasi dan program kerja LRRS.

Rumah Sakit Penelitian dan Proses Pengembangan

            Rumah Sakit Rujukan yang sedang berproses untuk rumah sakit penelitian  memerlukan    beberapa tahap  pengembangan terkait dengan infrastruktur rumah sakit , sistem dan jaringan pelayanan yang didukung oleh suatu kebijakan dan Standard Operational Procedure (SOP) yang berkesinambungan, dan peningkatan SDM dalam berbagai strata yang disusun dalam suatu proses dan analisis yang terencana.

            Pembangunan infrastruktur rumah sakit mencakup  dimensi fisik bangunan rumah sakit yang memenuhi beberapa standar penilaian rumah sakit. Rumah Sakit berdasarkan struktur bangunan hendaknya memenuhi beberapa kriteria yaitu adanya gedung manajemen, instalasi rawat jalan dan instalasi rawat inap.

            Pengembangan fisik  rumah sakit penelitian , merupakan suatu proses  gradual dan kontinu, dimulai peningkatan kompetensi dalam bidang pelayanan, secara struktural dan fungsional mengacu terhadap tingkat kompetensi yang senantiasa diasah dan dikembangkan. Pengembangan kemampuan kompetensi ini dilaksanakan sampai dengan suatu titik puncak kemampuan keahlian setiap individu yang bekerja dirumah sakit, berkomitmen untuk menjaga tingkat pelayanan pada titik optimal.

            Pengembangan fisik rumah sakit penelitian akan menjadi suatu titik kulminasi peran  fungsi pendidikan menjadi salah satu konsep  dan parameter penting penilaian sejauh mana kompetensi kemampuan keahlian dari setiap bidang keilmuan spesialistik memiliki dampak dan benang merah dalam kontribusi pendidikan kedokteran dan kesehatan di rumah sakit.  Dimensi filosofis pendidikan kedokteran dan kesehatan  bertumpu kepada kesetaraan sistem pendidikan yang berorientasi kepada basis kompetensi. Pendidikan kedokteran dan kesehatan berbasis rumah sakit, diharapkan memberikan  dampak filosofis penelitian menuju aplikasi lapangan dengan penelitian kedokteran dan kesehatan menjadi penopang penting berkelanjutannya kapasitas kemampuan dalam bidang pelayanan dan pendidikan di rumah sakit.

            Pengembangan Rumah Sakit Penelitian berdasarkan JCI adalah rumah sakit yang memiliki suatu sistem, organisasi dan SDM menyiapkan secara kontinu suatu proses penelitian dengan produknya berdampak terhadap proses pendidikan dan pelayanan. Keluaran produknya adalah meningkatnya kapasistas rumah sakit untuk senantiasa meningkatkan kemampuan pelayanan dan pendidikan berbasiskan penelitian.

            Menurut JCI suatu proses penelitian di rumah sakit merupakakan salah satu elemen penting   tahap pengembangan rumah sakit untuk senantiasa  mempertahankan akreditasinya. Produk hasil penelitian diharapkan meningkatkan beberapa aspek yang terkait dengan pengelolalan dan pelayanan di rumah sakit berbasiskan uji bukti (evidecne base medicine). Kondisi ini dapat menjadi pengawal dan pagar untuk menjaga rumah sakit berpijak kepada ketentuan dan konsensus pengelolaan dan pengembangan rumah sakit berstandar internasional.

            Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dalam kemampuan  dan kapasitas pengembangan rumah sakit penelitian adalah;1) Kebijakan penelitian yang berbasikan nilai keilmuan dan pendidikan (learning by doing);2) Kebijakan penelitian yang berbasiskan kepada jembatan diantara aspek keilmuan dan aplikasi lapangan , dan;3) Kebijakan yang memberikan suatu ruang organisasi yang luas dalam pengembangan infrastruktur , manajemen penelitian serta pengembangan SDM penelitian.

Peningkatan Kemampuan Lembaga dan Infrastruktur

            Kemampuan Lembaga dan Infrastruktur merupakan  titik awal  peningkatan kemampuan LRRS. LRRS hendaknya dikembangkan melalui  proses penguatan lembaga, yakni tersedianya lahan yang sesuai standar unit riset suatu rumah sakit internasional. Lahan yang disiapkan diharapkan memenuhi beberapa kriteria yang memuat alur kebijakan, SOP dan alur kegiatan penelitian terkoneksitas dengan berbagai unit penelitian dan laboratorium yang  menjadi  suatu network yang menyatu.

            LRRS secara kelembagaan dapat mengembangkan suatu jaringan kerja dengan berbagai unit untuk mendukung peran LRRS. Beberapa unit yang pada tahap awal dapat menjadi suatu jaringan kerja penelitian LRRS, diantaranya adalah bidang kardiovaskuler, cerebrovaskuler dan stroke, Infeksi dan Related Diseases, Resistensi Antibiotik, Kelompok Kerja Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit (Preventif dan Outbreak) , Geriatri, Sport Medicine, Kelompok Kerja Intensive Care Medicine dan Hospital and Health Community Research.

            Kemampuan Infrastruktur dibagi dua bagian dalam konteks perangkat lunak dan perangkat keras; Pertama pemenuhan SDM yang mampu mengembangkan LRRS untuk berdaya guna; Kedua perangkat keras berupa kebutuhan perangkat fisik. Perangkat lunak berupa Sumber Daya Manusia merupakan salah satu komponen penting jangka pendek dan jangka panjang  pengembangan LRRS ke depan. Program jangka pendek dipenuhinya standar optimal SDM yang mendukung kerja  operasional dari LRRS. Sedangkan jangka panjang dipenuhinya standar maksimal SDM LRRS yang tidak hanya mendukung kerja operasional dari LRRS tetapi sudah dapat mengembangkan LRRS dalam kegiatan  berkelanjutan terutama terkait dengan program kerjasama penelitian riset kesehatan di dalam dan luar negri.

Persiapan Lembaga Riset Rumah Sakit (LRRS)

                Persiapan pengembangan LRRS dimulai dari pemahaman dasar  secara sederhana menjadi tempat penampungan pengujian riset institusi luar dari rumah sakit rujukan dengan harapan adanya umpan balik  apakah hasil riset ini memiliki nilai kelayakan untuk memberikan azas manfaat dalam bidang penelitian, pendidikan dan mendukung optimasi pelayanan di rumah sakit. LRRS harus mengembangkan suatu kepribadian organisasi yang secara filosofi  menjadi dasar  kekhasan organisasi penelitian dengan memberikan suatu spirit dan kebanggan bagi rumah sakit. Setiap  SDM yang terlibat di LRRS diharapkan menjadikan organisasi ini sebagai penumbuh  motivasi, penumbuh budaya meneliti dan penumbuh motivasi pembentukan kultur rumah sakit penelitian.

           Sumber Daya Manusia menjadi andalan utama untuk pengembangan LRRS. Pada tahap awal adalah identifikasi sumber daya manusia yang memiliki kelayakan untuk duduk di LRRS. Identifikasi ini adalah untuk menskrining semangat meneliti tidak hanya menjadi kapabilitas setiap orang, namun menjadi kepentingan bersama, terkait dengan kultur meneliti sebagai budaya organisasi. Menurut Robbie Katanga, ahli dalam budaya organisasi,  kultur penelitian hendaknya menjadi  Cultur is how organizations do things.

            Pengembangan kedua adalah bagaimana mewujudkan sistem kerja penelitian. Sistem kerja penelitian mencakup komponen karakterisasi SDM LRRS yang  memiliki komitmen tinggi memajukan  riset dan karakter untuk bertahan sebagai tenaga peneliti. Komponen berikutnya adalah sistem information Technology (IT) sebagai perangkat sistem data dan networking yang memenuhi standar penelitian tervalidasi. Dengan demikian, setiap penelitian  memiliki sistem penyimpanan, analisis dan  aplikasi data terhadap   komponen pendidikan dan pelayanan rumah sakit dalam satu atap sistem manajemen rumah sakit (SIM). Sistem IT LRRS mengacu kepada keandalan kolaborasi data dengan lembaga riset kesehatan lainnya yang sudah memiliki  suatu standar Internasional.

            Pengembangan ketiga adalah membangun organisasi dan struktur berbasiskan kompetensi  keahlian, seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya. Kompetensi keahlian tersebut diharapkan dapat menjadi suatu jaringan kerja keseharian dalam penelitian dengan potensi dan peran yang berorientasi yang lebih baik.

Rumah Sakit Penelitian : Perspektif Akreditasi

            Rumah Sakit Penelitian merupakan hal yang baru dalam proses pengembangan rumah sakit. Karena selama ini bertumpu kepada aspek pelayanan dengan melibatkan pendidikan untuk mendukung kelancaran pelayanan medis. Pendidikan dan pelayanan medis dalam satu dekade terakhir telah menjadi hal yang utama untuk peningkatan kemampuan rumah sakit. Terutama sejak dicangangkannya akreditasi rumah sakit pendidikan, manajemen rumah sakit berupaya meng upgrade rumah sakit-nya dengan topangan sistem pendidikan.

            Sistem penelitian rumah sakit merupakan suatu kebijakan dan kegiatan berbasiskan Evidence Base Medicine dengan mengacu kepada asas pembuktian pelayanan medis berdasarkan kaidah keilmuan. Tolok ukur pelayanan medis adalah algoritma dan sistem skoring secara terukur dalam mekanisme pelayanan medis dari hulu ke hilir melalui monitoring untuk mengenal dan mengetahui tingkat beratnya penyakit. Kaidah keilmuan yang dimaksud adalah suatu data dasar keilmuan merujuk kepada problema kasus yang kemudian dilakukan suatu uji meta analisis dari kumpulan kasus berbagai jurnal. Selanjutnya dibuat benang merah dalam kerangka teori besar untuk mengungkap ada tidaknya korelasi yang berkonsideransi dengan sistem skoring dan algoritma penanganan penyakit.

            Berkembangnya algoritma dan skoring klinis, menunjukkan adanya kepedulian klinisi terhadap empati dan mutu pelayanan medis di rumah sakit. Melalui algoritma dan skoring sedikitnya dapat mengurai kompleksitas masalah pasien yang dihadapi dengan mencoba mengkaitkan dengan pedoman penatalaksanaan, sebagai landasan teoritis dan modifikasi variasi klinis  pasien yang masuk ke UGD. Misalnya sikap dan rencana tindak lanjut menghadapi pasien infeksi pada usia muda dan geriatri memiliki pendekatan yang berbeda sejak masuk sampai dengan perawatan di ICU/ruangan. Proses ini memerlukan ruang konsultasi untuk melihat kondisi realitas pasien di lapangan yang dipandu oleh algoritma dan skoring, dengan tujuan kualitas maksimal tahap penangan pasien selanjutnya. Algoritma dan skoring dalam beberapa tahun belakangan ini berkembang seiring penyakit infeksi dengan reemerging infectious diseases dan degeneratif berupa gangguan metabolik yang berujung dengan proses inflamasi kronik akan bertemu pada suatu kondisi infeksi komorbid disertai dengan faktor pemberat penyakit lainnya.

            Dalam tinjauan akreditasI rumah sakit, clinical pathway menjadi primadona dalam penilaian optimalisasi pasien dikaitkan dengan patient safety, infection control dan keluaran yang terukur pasien tersebut saat keluar dari rumah sakit.  Clinical pathway juga menjadi alat ukur penting, selain dapat menilai perawatan pada pasien dari hari kehari, juga dapat juga menjadi alat ukur pelayanan yang dijalankan dan pembiayaan yang dikeluarkan. Clinical Pathway juga menjadi alat uji pelayanan medis terhadap kasus-kasus terbanyak yang dirawat di rumah sakit dalam men-skrining kondisi extended syndrome dari suatu diagnostik penyakit.

            Kultur kedisiplinan merupakan alat ukur pengembangan penelitian rumah sakit rujukan. Kultur kedisiplinan memuat agenda dan nilai konsistensi dalam menjalankan tugas yakni kejujuran, kesetiaan dan sikap adil mengungkapkan hakikat kebenaran. Konsep kejujuran adalah pernyataan hati nurani dan pikiran yang termanifestasikan pada perbuatan sehari-hari. Konsep ini memiliki nilai penting untuk mengoptimalkan pelayanan kepada pasien. Kejujuran akan terpartri pada bahasa tubuh setiap petugas kesehatan, sebagai perwujudan aplikasi proses pembentukan karakter kejujuran yang dilandasi oleh ajaran agama. Kesetiaan merupakan pengejewantahan nilai-nilai kehidupan dalam dimensi sosial kemasyarakatan. Kesetiaan mengandung komitmen untuk membangun kesetaraan dalam pelayanan dengan mengesampingkan berbagai stratifikasi yang dapat menjadi suatu hambatan untuk mencapai kesejahteraan sosial, dalam hal ini kesembuhan pasien.

         Setiap petugas kesehatan RS Rujukan memiliki komitmen membangun keselarasan hati dalam pelayanan untuk tidak memandang stratifikasi sosial dan ekonomi. Setiap pasien yang masuk dengan berbagai kompleksitas-nya harus disambut dengan semangat dan solusi untuk memberikan pelayanan terbaik. Kesetiaan memiliki nilai filosofis untuk memelihara spirit dan kebersamaan melayani pasien dengan paripurna. Sikap mengungkapkan kebenaran merupakan tradisi sosial rumah sakit yang merambah secara struktural melalui peran institusi dan secara partisipatif melalui sikap budaya yang selalu dibina berkesinambungan.

            Sikap mengungkapkan kebenaran menjadi motto keseharian petugas kesehatan. Konsep ini akan berjalan dalam dua dimensi pendekatan;1) Pendekatan keilmuan yaitu mengedepankan EBM terhadap pola pelayanan yang mengutamakan sistem algoritma dan clinical pathway; 2) Pendekatan sosial yaitu mengedepankan Evidence Social Medicine (ESM) sebagai nilai dan aplikasi sosial untuk menilai pasien masuk dari sisi non medis, upaya penanganan maksimal dan keluaran pasien dengan kondisi membaik atau tidak membaik berdasarkan pertanggung jawaban medis yang dapat dipertanggung jawabkan.

            Sistem algoritma dan clinical pathway merupakan petunjuk aplikasi berjalannya proses pelayanan di rumah sakit sebagai basis penelitian. Melalui algoritma, rincian perjalanan dan manajemen penyakit menjadi lebih terukur dengan keluaran optimasi hasil pelayanan. Melalui clinical pathway rangkaian pelayanan dapat ditautkan dalam satu benang merah manajemen komprehensif berdasarkan evidence base, time line dan Root Cost Analysis (RCA). Clinical Pathway sebagai struktur dan perawatan multidisipliner di disain untuk mendukung implementasi protocol dalam pelayanan pasien dengan terintegrasi.

            Kontribusi Clinical Pathway untuk penelitian adalah  sistem dan struktur pelayanan yang dibangun berupa pencatatan dan pelaporan terintegrasi dengan merekonstruksi teknologi dan informasi pelayanan kesehatan, data elektronik pasien, sistem informasi laboratorium diintegrasikan sebagai pathway knowledge data dasar penelitian.

            Pathway Knowledge merupakan bagian dari jalur pengetahuan (epistemiologis) berdasarkan kajian keilmuan ter-update dan selalu berubah seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pathway knowledge menjadi sisi penting dari clinical pathway karena memuat proses keilmuan yang dikembangkan (kebijakan, SOP, algoritma) sebagai alat ukur monitoring keberhasilan dari clinical pathway.  Melalui pathway knowledge sistem kerja pelayanan kesehatan diuji proses efektivitas dan efikasinya, dikaitkan dengan diagnostik dan prognostik. Keluaran hasil pelayanan kesehatan  berupa angka kesakitan, angka kematian dapat dianalisis melalui pathway knowledge.

            Pathway knowledge dapat menjadi pintu masuk proses pendidikan dan penelitian yang dijalankan di rumah sakit berkonsideransi dengan proses pelayanan yang berjalan. Pendidikan merupakan dimensi peningkatan kemampuan SDM dan penelitian merupakan dimensi peningkatan kapasitas rumah sakit untuk berkembang menjadi Hospital University.

Pengendalian Mutu Penelitian

          Pengendalian mutu penelitian merupakan aspek penting bergeraknya dinamika penelitian sebagai suatu perjuangan / pertempuran untuk menemukan suatu nilai/inovasi penelitian yang bernilai novelty. Rumah Sakit Rujukan yang sudah terakreditasi sebagai rumah sakit penelitian, tentunya harus bermawas diri untuk menjaga kendali mutu mengingat trade mark yang disandang akan menarik minat berbagai institusi pendidikan tinggi  dari strata S1 sampai dengan S3 untuk meneliti di rumah sakit tersebut. Beberapa aspek yang perlu menjadi perhatian manajemen rumah sakit untuk memelihara nilai jual risetnya adalah ; 1) Manajemen Mutu Peneliti ; 2) Sertifikasi Peneliti dan ; 3) Audit Penelitian Kesehatan.

            Manajemen mutu peneliti dalam penelitian kesehatan adalah unsur peneliti di rumah sakit yang mengembangkan suatu penelitian dalam proses membentuk rumah sakit penelitian terakreditasi yang mensyaratkan adanya suatu pola mutu penelitian setiap peneliti untuk mendapatkan pendidikan TOT.

     Sertifikasi peneliti adalah suatu mekanisme kegiatan peneliti rumah sakit yang telah mengaplikasikan kegiatan operasional penelitian melalui proses learning by doing ditarik dalam konteks pola keilmuan yang berbasiskan Evidence Base Medicine dengan pola terstruktur melalui sertifikasi peneliti. Sertifikasi peneliti kesehatan secara bertahap menjadi suatu kebijakan penelitian rumah sakit, sehingga didapatkan suatu keseragaman dalam proses penelitian kesehatan di rumuah sakit.

         Audit peneliti kesehatan adalah suatu monitoring dan evaluasi suatu progress penelitian di rumah sakit yang outputnya diharapkan suatu keberhasilan hasil penelitian yang dapat diaplikasikan ilmunya, selanjutnya dapat diterapkan di bidang pendidikan dan pelayanan. Pemantauan keberhasilan proses dan hasil penelitian dengan alat ukur tertentu menjadi suatu proses yang berkelanjutan yang harus dilaksanakan oleh suatu komite khusus untuk mengaudit penelitian kesehatan sesuai dengan target dan visi penelitian kesehatan dari lembaga riset dan kerjasama riset dengan lembaga lain dengan bertumpu kepada visi dan misi rumah sakit

Menuju Universitas Riset

            Universitas Riset merupakan terminologi adanya prasarana dan sarana yang mewadahi kegiatan riset. Universitas Riset mencakup perangkat fisik berupa bangunan dengan berbagai spesifikasi ruangan yang mewujudkan filosofi dan ruh kejiwaan riset. Ruh dan kejiwaan riset yang mewakili perangkat psikis riset mewakili input dan proses riset yang dinamis berupa konsistensi dan kesinambungan. Dalam mekanisme konsistensi dan kesinambungan termuat perencanaan, kebijakan, program dan jejaring dari riset.

            Universitas Riset harus membangun beberapa aspek penting ;1) Spirit keilmuan ; 2) Epistemiologi keilmuan dan 3) Aplikasi keilmuan. Spirit keilmuan adalah perwujudan filosofi ilmu yang mengedepankan psikokognitif dari nilai-nilai keilmuan. Metokrasi keilmuan yang kaku dan teretriksi oleh organisasi dan penyimpangan perilaku sosial keilmuan, menjadi hambatan yang harus diterobos menuju sekat-sekat fleksibilitas inovasi keilmuan, bahwa spirit tersebut harus terbebas dari berbagai kendala  kebijakan dan sistem yang menaunginya, sehingga dalam kiprah keilmuan terdapat konsistensi spirit yang berlandaskan efisiensi dan kreativitas keilmuan.

            Epistemiologi keilmuan bertumpu kepada suatu bagan proses yang sudah melewati suatu uji validitas dan realibilitas. Kajian dalam membuat dan menguji bagan keilmuan ini dapat melalui suatu penelitian yang sifatnya case control  dan kohort ataupun melalui suatu metanalisis jangka panjang. Sehingga kekuatan pilar bagan epistemiologi ini dapat mewadahi setiap kegiatan, proses penelitian dan rencana tindak lanjut penelitian dengan parameter yang terukur menunjuk keluaran yang maksimal.

            Aplikasi keilmuan mencakup suatu tataran pelaksanaan yang sudah baku berbasiskan spirit dan proses epistemiologi yang teruji. Melalui aplikasi keilmuan kondisi faktual (das sein) dapat dianalisis dari proses kajian terukur tersebut menjadi suatu kondisi seharusnya (das sollen).

            Universitas Riset di rumah sakit harus membangun kohesi yang berkelanjutan diantara pendidikan dan penelitian, keduanya merupakan satu kesatuan namun juga terdapat irisan yang berbeda. Penelitian berorientasi kepada suatu produk yang belum baku melalui siklus reliabilitas dan validitas, sedangkan pendidkan merupakan produk baku  yang hasilnya dapat dirasakan setelah melalui tahap dan proses pendidikan dan diaplikasikan dalam kegiatan pelayanan kesehatan. Kedua produk tersebut memiliki kohesi yang sama, jika tujuan yang menjadi acuan adalah suatu proses untuk membentuk SDM kesehatan yang tangguh dan handal.

            Perspektif SDM yang handal adalah SDM yang mengurai sistem, organisasi dan personil dalam satu kesatuan. SDM dalam perannya harus memiliki kemampuan yang selalu berkembang dan untuk mencapai hal tersebut memerlukan suatu proses yang panjang. Organisasi yang kaku tentunya akan melihat perspektif SDM-nya secara sempit. Dengan berpegang kepada aturan yang ketat dan tidak memberikan adanya ruang fleksibilitas, pemenuhan kemampuan dan kapabilitas dari SDM akan lambat dicapai, bahkan akan berhenti pada suatu nilai stagnasi.

            Kapabilitas SDM diwujudkan melalui dua jalur utama. Jalur pertama adalah melalui pendidikan formal yang terstruktur dan terencana. Perencanaan jangka pendek SDM adalah memprioritaskan pendidikan SDM untuk level akademi kebawah dengan tujuan untuk memperkuat kegiatan pelayanan yang rutin dan berkesinambungan. Prioritas ini juga disertai dengan sistem umpan balik setelah SDM tersebut kembali dari pendidikannya. Program jangka menengah memprioritaskan kepada tenaga setingkat D3 dan S1 untuk mengisi aspek pelayanan dasar untuk mendukung pelayanan rujukan. Program pendidikan tersebut mengacu kepada pelayanan unggulan apa yang dimiliki oleh rumah sakit. Hal yang diharapkan adalah, lulusan tersebut dapat mengisi ceruk perubahan dalam setiap rangkaian pelayanan di rumah sakit yang mengikuti kompleksitas penyakit. Program jangka panjang adalah menginventarisir pendidikan khusus yang berhubungan dengan pelayanan rujukan yang menjadi prioritas dan tujuan rumah sakit jangka panjang. Pelayanan unggulan tentunya terbatas pada bidang keilmuan tertentu.

            Pelayanan unggulan merupakan titik akhir tujuan rumah sakit sebagai universitas riset. Basis riset yang kuat merupakan penopang penting pelayanan unggulan dapat bertahan dan berkesinambungan menghadapi derunya kompleksitas penyakit dan teknologi kedokteran untuk diagnostik dan terapi. Jaringan yang dibentuk adalah pelayanan unggulan senantiasa melekat dengan unit dan laboratorium riset rumah sakit, sehingga titik temunya adalah pelayanan unggulan sebagai atap rumah yang kokoh ditopang oleh rangka-rangka yang kuat berupa SDM riset, laboratorium dan publikasi hasil riset yang berkesinambungan.

            Bertitik tolak dengan keterpaduan pelayanan unggulan dan riset, mau tidak mau RS Rujukan harus memprioritaskan institusi riset rumah sakit sebagai ujung tombak didukung penuh oleh manajemen rumah sakit, dengan harapan menuai terwujudnya cita-cita tersebut sebagai komitmen yang kuat dari setiap elemen potensi rumah sakit.

Kesimpulan

            Membangun Rumah Sakit Rujukan dengan pemberdayaan Lembaga Riset Rumah Sakit (LRRS) merupakan cita-cita dan spirit inovasi daya juang setiap potensi dan elemen rumah sakit. Melalui komitmen pelayanan sebagai ujung tombak dan didukung dengan kapabilitas dan kultur pendidikan yang terintegrasi, maka perwujudan Universitas Riset dapat menjadi penopang penting berkesinambungannya suatu rumah sakit rujukan, menembus sekat stagnasi menuju kultur rumah sakit yang lebih baik.

Dr.dr. Soroy Lardo, SpPD FINASIM. Kepala Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Departemen Penyakit Dalam RSPAD Gatot Soebroto. Doktor Lulusan Universitas Gadjah Mada

Rujukan

Joint Commission International Accrediation Standards fo Hospital 5th Edition, 2014

Bagikan